Tamu tak Diundang

Beberapa hari setelah peristiwa yang menggemparkan desa, suasana kembali normal. Warga yang semula ketakutan ketika malam menjelang kini berangsur normal. 

Rumor buruk tentang arwah penasaran yang akan mendatangi para tetangga bisa ditepis dengan kegiatan pengajian di mushola yang selama beberapa hari terakhir ini terus menerus diadakan setiap malamnya. Pak Agus dan pak Tarmiji sebagai perangkat desa lega karena tidak lagi harus ikut ronda malam.

"Assalamualaikum, pak dokter?!" pak Tarmiji mengetuk pintu rumah dinas yang selalu terbuka untuk para warga.

"Waalaikumusaalam, eeh pak RT? Wah mari silahkan masuk. Ada apa ini tumben datang kemari, apa ada yang sakit?" dokter Putra menyambut tamunya dengan ramah.

"Ah, nggak ada yang sakit. Saya sama pak kades kesini cuma mau main aja kok pak dokter. Saya lihat pintu belum ditutup jadi kita mampir dari mushola tadi." jawab pak Tarmiji sambil melirik ke arah pak Agus.

"Oh begitu, kebetulan pak saya juga mau ngobrol sama pak kades." 

"Ohya, ada masalah apa ini pak dokter?" Pak Agus langsung menanggapi.

"Ini, masalah klinik pak. Jadi begini …," 

Dokter Putra memberitahukan pada pak kades perihal kendala yang ia alami di klinik. Obrolan pun bergulir terus, sambung menyambung tak pernah berhenti bagai kereta. Dari dalam kamarnya Nayla tersenyum, ayahnya terdengar bahagia. Mungkin memang benar ini yang mereka butuhkan, suasana baru.

Nayla merebahkan tubuh penatnya diatas ranjang. Kamar yang ia tempati lebih luas dan lebar jika dibandingkan dengan miliknya di kota. Seharian bersama warga, berkeliling dan memeriksa kesehatan dengan sistem jemput bola sungguh sangat melelahkan. Nayla memejamkan mata tak lama setelah empuknya bantal membuainya dengan kenyamanan.

Nayla … Nayla,

Bisikan halus menggelitik telinga Nayla yang terlelap tidur. Dokter muda itu gelisah dalam tidurnya.

Nayla … Nayla,

Perlahan Nayla membuka matanya, rasa penasaran membuatnya tergelitik untuk mencari tahu siapa yang memanggilnya. Ia celingukan, tak ada siapa pun di dalam kamarnya. Nayla memasang telinga, sepi.

Tak ada suara bapak-bapak yang sedang mengobrol. 

Nayla membuka pintu kamarnya, benar saja tak ada orang diluar hanya menyisakan pintu depan yang masih terbuka. Nayla melihat jam di dinding, ia menggelengkan kepala saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Hhm, namanya ngundang maling kalo begini! Udah malam kenapa sih nggak sekalian ditutup pintunya." ia menarik kedua gagang pintu lalu menutupnya rapat dan menguncinya.

"Yah, ayah di dalam kan? Nay kunci ya pintunya?!" Nayla bertanya sambil berlalu menuju ke kamarnya.

Tok … tok … tok, 

Suara ketukan pintu mengagetkan Nayla, ia berbalik dan mendengarkan suara ketukan pintu itu.

Tok … tok … tok, suara ketukan itu kembali terdengar.

"Siapa?" Nayla sedikit meninggikan suara.

Tak ada jawaban dari luar tapi Nayla memberanikan diri untuk membuka pintu. Bukan tidak mungkin jika yang datang adalah pasien gawat darurat. Nayla dan sang ayah sudah terbiasa menerima pasien di jam-jam tak biasa seperti saat ini.

"Sebentar!"

Pintu terbuka lebar tapi tak ada seorang pun disana. Nayla keluar dan celingukan sendiri di teras rumah. Sepi, berkabut, dan tak ada seorang pun diluar. Nayla menyentuh tengkuknya, suasana horor terasa semakin kental dengan suara jangkrik dan burung nocturnal yang berbunyi nyaring.

"Nay,"

Mata Nayla membulat mendengar suara berat memanggilnya dari belakang.

"Aduh, kan tau gitu nggak buka pintu!" gumamnya lirih.

"Nayla,"

Nayla masih tak bergeming, tubuhnya terasa kaku dan juga gemetar, jantungnya berdegup tak karuan, Nayla perlahan menoleh ke belakang dan seraut wajah membuatnya nyaris pingsan.

"Doooor! Yaelah Nay, kamu pikir aku hantu apa?" Tegar terkikik geli melihat wajah pias Nayla yang ketakutan.

"Haduuuh, sialan kamu! Bikin jantung saya mau copot aja sih!"

Tegar kembali tertawa mendapat pukulan bertubi dari Nayla, "Lagian, dipanggil panggil dari tadi malah liat ke depan bukannya noleh! Kerjain aja sekalian!"

"Kamu jahat deh, kalo saya jantungan terus pingsan gimana coba?" protes Nayla dengan wajah cemberutnya.

"Gampang, aku tangkep kalo pingsan! Kalo perlu sekalian kasih napas buatan!"

"Iiish, nyebelin!"

Tegar terus menggoda Nayla membuat keduanya semakin akrab. Nayla tidak keberatan dengan sikap Tegar, toh dia juga senang karena ada teman bicara. Begitu juga dengan Tegar, kehadiran Nayla membawa suasana baru dihatinya setelah putus dari Najwa, gadis yang dipacarinya sewaktu merantau di kota.

"Kamu belum tidur?" tanya Tegar setelah puas mereka tertawa.

"Udah tadi, kebangun karena … sesuatu." jawab Nayla tak berterus terang jika ia terbangun karena ada yang memanggilnya.

"Sesuatu? Maksud kamu, aku?"

"Diih ge-er deh kamu!" Nayla tertawa. "Kamu sendiri kok belum tidur?" sambung Nayla.

"Belum ngantuk, entah nih biasanya juga udah tidur. Mungkin karena ada bu dokter cantik yang sekarang tinggal disini."

"Hhhmm, jam gombal mulai dari jam empat sore yaa!" sahut Nayla tergelak.

"Eeh tunggu disini, aku buatin susu jahe ya biar anget!" tanpa menunggu jawaban Nayla, Tegar masuk ke dalam begitu saja.

"Eeh, lah aku kok ditinggal sendirian sih! Dasar Tegar!" Nayla hanya bisa menggelengkan kepala tanpa bisa mencegah kemauan Tegar.

"Dokter!" suara lemah menyapa Nayla.

"Astaghfirullah! Ya Allah, kaget saya pak!"

Nayla memperhatikan lelaki bersarung dan mengenakan peci yang berdiri dihadapannya. Wajahnya terlihat pucat, bibirnya pun membiru.

"Ya Allah, bapak baik-baik aja? Sini pak masuk biar saya periksa."

Dengan sigap Nayla menghampiri pria paruh baya itu lalu membawanya masuk kedalam. Ia mengambil peralatannya dan segera memeriksanya.

"Coba tarik nafas pak, hembuskan … bagus, ada yang sakit saat menarik nafas?"

Pria itu menggeleng pelan, Nayla kembali memeriksa. Tapi sejujurnya Nayla merasa sedikit aneh, tubuh pria paruh baya didepannya ini begitu dingin dan berbau tak sedap. 

"Bapak apa yang dirasa sekarang?"

"Takut, saya haus. Boleh minta minum?"

"Haus, oh ya sebentar saya ambilkan." Nayla mengambil satu gelas mineral kemasan yang tersedia di meja, lalu memberikannya pada lelaki itu.

"Makasih ya mbak, saya pulang dulu."

"Lho bapak belum saya periksa lho, obatnya juga belum saya kasih." cegah Nayla khawatir karena bapak itu nekat pergi.

Pria itu menggeleng pelan dan berjalan pelan meninggalkan Nayla yang masih mencegah nya.

"Pak, bapak! Sebentar, saya anter pulang gimana?"

"Nayla!" Tegar memanggilnya lantang, pemuda itu bergegas menarik tangan Nayla.

"Hei, kamu mau kemana?"

"Itu nganterin bapak itu pulang, kasian pucet banget mukanya! Yuk temenin aku!"

Tegar bingung, ia celingukan mencari sosok yang dimaksud sebagai bapak dengan wajah pucat. "Dimana Nay?"

"Duh, kamu kebanyakan nanya sih! Dia dah belok tuh disana!"

Tegar sungguh tak melihat siapa pun yang dimaksud Nayla. "Ya udah masuk dulu, paling bapaknya juga nggak ngerepotin kamu!" 

Nayla berdecak kesal, ia menoleh ke arah lelaki tadi dan akhirnya mengikuti langkah Tegar. Sesampainya di dalam, Tegar memberi Nayla segelas air. 

"Minum deh!"

"Lho, mana susu jahenya?"

"Ini dulu, biar kamu tenang." sahut Tegar tanpa berkata banyak.

Nayla meminum hingga tandas air dari Tegar, ia lalu duduk di kursi. Matanya menatap pada gelas minuman kemasan yang masih utuh di atas meja. Ia memandang Tegar yang masih memperhatikannya.

"Loh ini tadi kan …,"

"Kenapa?"

"Bapak tadi, dia minum habis air ini. Tapi kok ini masih utuh ya?" Nayla bingung.

Tegar menghela nafas panjang lalu duduk disebelah Dokter muda yang tengah kebingungan.

"Kamu daritadi sendirian disini. Aku nggak liat siapapun yang datang kesini buat periksa. Pas di dapur aku denger kamu ngomong tapi begitu aku liat, kamu ngomong sendiri. Nggak ada siapa-siapa disini selain aku."

Mendengar cerita Tegar, Nayla lemas. "Serius Gar, kamu nggak liat bapak pake sarung sama peci yang aku periksa tadi?"

Tegar menggeleng yakin. Nayla menyandarkan punggungnya dengan lemas ia menoleh keluar, kabur tipis masih menyelimuti desa. Temaram cahaya penerangan jalan membuat keadaan semakin dramatis dan mengerikan. Sang dokter muda terbuai dengan ilusi yang secara nyata menipunya telak.

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next

2023-02-15

2

Iyut Muhaya

Iyut Muhaya

Kok jawabnya wassalamu'alaikum, kak....??? Harusnya kan wa'alaikumussalam

2023-02-03

2

🌹*sekar*🌹

🌹*sekar*🌹

ngbrit nyari ayang jdi.y🤭
krsa srem.y k'thor ,wlopun bca.y siang hari...😅😅👻

2023-01-30

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!