Mas Dukun Joko

Nayla masih tergolek lemas di kamarnya, mbok Dar dengan setia memijat telapak kaki dokter muda itu, memberinya minyak angin di pelipis. Darah di hidungnya sudah berhenti setelah dokter putra memberinya obat.

"Mbak Nay, kecapean ya?" tanya mbok Dar dengan wajah sangat khawatir, Nayla hanya tersenyum.

"Mbok, lukanya sudah diobati?" 

"Udah pake Betadine sama plester, tadi pak dokter yang bantuin pake mbak."

"Ooh," Nayla menatap sendu wajah mbok Dar, ia jelas melihat wajah wanita paruh baya itu dalam rekognisi-nya. 

Mbok Dar menyembunyikan sesuatu tapi apa? Apakah itu berkaitan dengan kemunculan Wak Dadan sesaat sebelum ia pingsan? Atau mbok Dar memiliki hubungan khusus dengan salah satu istri Wak Dadan. 

Aah, kepalaku pusing memikirkan hal itu?! 

Nayla merutuki kemampuannya yang bisa melihat masa lalu. Kemampuan yang membuatnya harus berhadapan dengan hal tak wajar. Jika boleh memilih ia lebih baik tidak memiliki kemampuan apapun ataupun menjadi sensitif. Nayla hanya ingin menjadi orang biasa, dokter normal yang membantu masyarakat.

Suara burung Kedasih kembali terdengar nyaring, memecah kesunyian malam. Nayla dan mbok Dar saling memandang. 

"Mbok, burung itu lagi! Sudah dua kali terdengar hari ini."

"Dua kali non?" wajah mbok Dar memucat, Nayla mengangguk.

"Kenapa mbok? Takut banget sih." Nayla sedikit heran.

"Ah, ehm nggak apa-apa mbak Nayla. Udah nggak usah dipikirin. Semoga nggak ada kejadian aneh lagi deh." 

Sepertinya benar mbok Dar tahu sesuatu, semoga saja dugaanku salah. batin Nayla lagi.

"Ayah kemana mbok, kok sepi?"

"Dokter Putra sama mas-mas polisi lagi muter mbak keliling kampung."

Malam semakin dingin dan kabut juga mulai mengepung desa. Nayla ditemani mbok Dar mengobrol sambil menunggu rombongan dokter Putra kembali pulang. 

...****************...

Pak Tarmiji, dokter putra dan salah satu anggota bernama Rizky berjalan menyusuri jalan desa di sebelah timur. Mereka bukan mau bergabung dengan warga lain untuk meronda tapi mengunjungi mas dukun Joko yang katanya paling sakti.

Sepanjang jalan pak Tarmiji banyak bercerita tentang kiprah mas dukun Joko. Selain umurnya masih muda, mas dukun Joko juga banyak membantu warga desa tetangga dalam hal pengusiran hantu. Bisa dibilang mas dukun Joko ini ahli yang tak terbantahkan.

Mendengar penjelasan panjang lebar pak Tarmiji layaknya tim marketing mas dukun Joko, Rizky terkekeh geli. Jujur ia tak percaya sedikitpun dengan yang namanya dukun. Meski ia meyakini makhluk halus itu ada.

"Nah itu rumahnya pak dokter!" Pak Tarmiji berjalan mendahului.

Rizky menarik tangan dokter Putra, "Pak dokter yakin mau kesini? Memangnya ada perlu apa?"

"Yakin nggak yakin mas Rizky, saya cuma mau melindungi Nayla aja. Tadi pagi ada kejadian aneh yang membuat Nayla ketakutan ditambah sama kejadian tadi. Saya jadi nggak tenang mas."

"Ya tapi kenapa juga ke dukun dok? Kalo mau jagain dokter Nayla saya juga bisa jagain dia! Maaf bukan maksud ikut campur, kita baru kenal dan saya juga tidak tahu apa masalahnya tapi Nayla sepertinya nggak setuju kalau ayahnya datang kesini." 

Rizky memang baru mengenal Nayla tapi dokter muda itu begitu menarik perhatiannya. Ia memperhatikan Nayla saat mereka berada di dalam rumah tua itu. Rizky tahu Nayla memiliki kelebihan dan ia juga mendengar jika Nayla tak suka dengan segala hal yang berbau praktek perdukunan.

"Makasih sarannya mas, tapi biar saya mencobanya dulu. Saya mau tahu maksud mas dukun Joko itu meminta Nayla datang untuk apa. Benar untuk ruwat atau ada maksud terselubung lainnya." Dokter Putra beralasan.

"Hhm, baiklah. Saya cuma mengingatkan saja dok, dan saya juga cukup penasaran dengan penjelasan pak Tarmiji. Udah kayak sales obat aja pas jelasin." sahut Rizky cengengesan.

"Pak dokter, mas polisi! Ayo masuk sudah ditunggu sama mas dukun!" Pak Tarmiji berseru dari teras rumah sang dukun.

Keduanya menyusul pak Tarmiji masuk ke dalam rumah milik mas dukun Joko. Rumah mas dukun tidak seperti rumah dukun pada umumnya, terlihat modern dan cenderung mewah jika dibandingkan dengan rumah warga desa lain. 

Tak ada pajangan aneh seperti keris dan hal-hal mistis lain seperti layaknya rumah dukun kesohor. Yang terpampang jelas hanya foto-foto mas dukun Joko dengan beberapa pasiennya, mulai dari kepala desa sampai pejabat teras. Entah hasil editan atau bukan yang jelas foto-foto itu tampak natural dan mencerminkan kehebatan mas dukun Joko.

Rizky memperhatikan satu demi satu foto yang tertata rapi di dinding dan juga lemari kayu. Matanya tertarik pada salah satu foto mas dukun Joko dengan salah satu wanita. Dahi Rizky berkerut, ia seperti mengenal wanita yang ada dalam foto.

"Wanita ini kan …,"

Suara deheman keras dari dalam rumah membuat Rizky dan juga dokter putra menoleh. Mas dukun Joko datang dengan baju santai tanpa melepas atribut batu akik dan kalung akar hitamnya. Ia menatap satu persatu ke arah tamunya.

"Lho mbak dokter nggak ikut?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Maaf, Nayla sedang sibuk jadi nggak bisa ikut kemari." jawab dokter putra berbohong.

"Wah sayang sekali, padahal malam ini jatuhnya hitungan tepat buat nge-ruwat dia." cetusnya kesal, sudut bibirnya naik keatas dan berkedut kedut konstan.

Rizky hampir saja tertawa melihat ekspresi mas dukun jika saja bunyi ponselnya tidak mengganggu, ia berpamitan keluar sejenak untuk menjawab telepon. 

"Mas dukun, saya mau menanyakan perihal pagi tadi. Apa benar, anak tadi …,"

"Kerasukan? Iya bener, pak dokter nggak percaya? Wajarlah, orang pinter mana percaya sama hantu. Iya kan?" Mas dukun Joko menyindir dokter putra dan hanya ditanggapi senyuman olehnya.

"Saya percaya hal itu ada hanya saja kenapa ada hantu yang mau mencelakai Nayla. Apa itu berbahaya?"

"Karena mbak dokter itu spesial, dia wangi, wong saya juga suka!"

Pak Tarmiji mengernyit, "Eh gimana, mas dukun? Mas dukun suka sama mbak dokter?" ulang pak Tarmiji memastikan.

"Eeh, anu maksud saya siapa yang nggak suka dokter Nayla, udah cantik, pinter, juga …," mas dukun Joko menghentikan ucapannya, ia keceplosan bicara.

Dari awal kedatangan Nayla ia memang sudah menaruh hati padanya. Wanita muda bergelar dokter itu membuat jiwa laki-laki mas dukun meronta. Dirinya yang betah menjomblo langsung terpesona pada senyum dokter Nayla yang diam-diam ia perhatikan saat Nayla melakukan kunjungan warga.

Rumah mas dukun Joko yang berada di dataran yang lebih tinggi memudahkan dirinya melihat kegiatan para warga desa. Slamet, pesuruh setianya selalu ditugaskan untuk menguntit Nayla dan memberinya laporan tentang kegiatan dokter muda itu.

Dokter putra tersenyum simpul, kini ia yakin perkataan Nayla ada benarnya juga. Untunglah putrinya cerdas jadi tidak mudah terperangkap muslihat mas dukun yang berkedok ruwat. 

Obrolan dilanjutkan lagi dengan penemuan mayat kedua, Adi. Rizky sudah bergabung dan ia ikut bertanya pada mas dukun yang konon sakti itu. 

"Menurut mas dukun, ada hubungannya nggak dua kasus kematian ini?" tanya Rizky iseng.

"Ohya mungkin saja mas polisi. Mungkin kalian tidak menyadari jika Sukir dan Adi keduanya pernah bekerja pada juragan Dadan?" 

Rizky mulai tertarik, mas dukun Joko meski kemampuannya masih sulit ia terima tapi analogi yang tak sengaja ia berikan telah memberi sedikit ruang informasi. 

"Lalu?"

"Ya coba pikir sendiri lanjutannya, masa saya sih! Kalo ada uang baru saya bantuin!"

"Hhhm, kirain sakti taunya tetep saja ujung ujungnya duit!" gerutu Rizky.

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next

2023-02-22

2

A B U

A B U

dukun mata-nya duit

2023-02-22

2

Yuli

Yuli

pengen tak jentuskan dukun e 🤣🤣🤣

2023-01-21

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!