Sukir Kendhat

Embun masih enggan meninggalkan dedaunan, matahari mulai mengintip di balik awan kelabu. Pagi yang basah karena semalam hujan kembali turun mengguyur desa. Warga desa kembali menggeliat, meregangkan otot dengan berkebun. sebagian lagi pergi ke kota menjual hasil kebun.

Kepulan asap tipis dari secangkir kopi hitam menggoda Nayla untuk segera bangun dari tidurnya. Ia melirik jam dinding, menghela nafas panjang dan memaksa dirinya untuk membuka mata. 

"Jam enam, cepet banget. Perasaan baru saja tidur." Nayla duduk ditepi ranjang melipat selimut dan merapikan bantal.

"Nay, udah siang lho bangun! Nanti kita telat!" suara ayahnya terdengar dari balik pintu.

"Iya, ini udah bangun."

Nayla menjawab sambil membuka pintu. Ayahnya sudah berdiri di depan pintu kamar dengan secangkir kopi.

"Mbok Dar bikin sarapan apa yah?" 

"Nasi goreng, mandi terus kita sarapan bareng."

Nayla berjalan menyeret kakinya dengan malas menuju kamar mandi. Pagi pertama di tempat baru, cuaca dingin dan lembab membuat Nayla harus kembali beradaptasi. Sangat berbeda dengan situasi di rumahnya yang dulu. Disana setiap pagi Nayla terganggu dengan bisingnya suara kendaraan tapi disini Nayla hanya mendengar suara jangkrik dan burung yang berkicau atau suara binatang yang hidup dimalam hari. Begitu tenang dan damai.

Nayla mengguyur tubuhnya dengan air hangat, mbok Dar sengaja menyiapkan air hangat dalam ember terpisah untuk Nayla. Dokter muda itu sungguh bersyukur memiliki asisten rumah tangga yang pengertian. Mbok seakan mengerti jika Nayla memang belum terbiasa dengan udara dingin.

"Mbak Nay, mau teh, susu apa kopi? Tinggal pilih!" Mbok Dar menyodorkan mapan berisi tiga gelas minuman hangat, teh, kopi dan juga susu.

Nayla yang sedang mengeringkan rambut terkekeh, "Mbok, kayak mau kasih sesaji aja pake macem-macem bikinnya. Saya kalo pagi cukup kopi aja mbok, mau hitam mau putih it's ok." Nayla berkata sambil meraih segelas kopi hitam.

"Oh gitu, mbok kan belum tahu kesukaan mbak Nay apa? Ya udah ini susu biar buat Tegar aja nggak apa-apa ya mbak?"

Nayla mengangguk dan menarik kursi di meja makan untuknya. "Ayah, ayo kita sarapan!" Nayla memanggil ayahnya, ia mengambil dua centong nasi, telor ceplok dan kerupuk untuk sang ayah.

Nayla meletakkan piring tepat di depan Putra yang baru saja duduk. Tak lupa menuangkan segelas air untuk ayahnya.

"Kamu hari ini bantu ayah dulu di klinik, terus siang bisa mulai keliling ke rumah warga."

"Oke yah," jawab Nayla memasukkan sesuap nasi ke mulutnya 

"Nanti biar Tegar yang anter mbak Nayla keliling pak dokter." Mbok Dar menyela sambil mencuci piring.

"Ohya mbok, mana Tegar kok nggak sarapan sekalian aja?"

"Tegar belum bangun, mbak. Semalam dia ikut muter ronda sama warga." terang mbok Dar, ia kemudian menyiapkan sepiring nasi goreng buatannya lengkap dengan telur untuk Tegar.

"Ronda? Hhm, semalem serem juga ya mbok, saya denger suara burung Kedasih di luar kata Tegar itu pertanda buruk."

Mbok Dar mendekati meja makan, ia menghela nafas berat, "Iya mbak pertanda kematian, sudah lama kami disini nggak denger burung Kedasih manggung sejak …,"

Mbok Dar mengurungkan niatnya bicara, wajahnya murung dan matanya mulai berkaca.

"Sejak apa mbok?"

"Sejak … ehm," mbok Dar ragu, bibirnya kelu. 

"Kulonuwun! Pak dokter … assalamualaikum! Pak dokter!" suara lelaki terdengar lantang dari teras rumah.

Dokter Putra diikuti Nayla dan mbok Dar segera keluar melihat siapa gerangan yang memberikan salam pagi dengan nada panik.

"Pak dokter!" wajah lelaki berusia empat puluhan itu nampak pucat pasi.

"Lho, ono opo Jo? Lha kok ngundang ngundang pak dokter koyo bar dioyak setan!"

(Lho, ada apa Jo? Lha kok manggil pak dokter seperti baru dikejar setan!)

Seru mbok Dar saat mengetahui yang memanggil adalah Paijo, salah satu hansip desa.

"Anu mbok, pak dokter," kalimatnya terputus sejenak, ia mengambil nafas memenuhi paru-paru nya sebelum kembali bicara.

"Itu pak dokter, ada … mayat!"

Nayla dan ayahnya saling memandang sementara mbok Dar menghampiri Paijo dan menepuk bahunya keras.

"Lambemu iki lho ditata! Mayat piye, sing jelas le ngomong!" (Mulutmu itu diatur! Mayat gimana, yang jelas kalo ngomong!)

"Piye to mbok? Wong aku tenanan, ora ngapusi mbok!" (Gimana to mbok? Ini betul, nggak bohong mbok!) Paijo memprotes tindakan mbok Dar sembari memegang bahunya yang terasa panas akibat pukulan keras mbok Dar.

"Walah, serius Jo? Sopo sing mati?" (Siapa yang mati?)

"Sukir, mbok! Sukir kendhat!" (Sukir, mbok! Sukir gantung diri!)

"Astaghfirullah! Sukir?!"

"Pak dokter, ayo ikut saya. Pak kades juga udah disana." Paijo meminta dokter Putra untuk segera ikut bersamanya menuju lokasi kejadian.

Dokter putra bergegas masuk ke dalam mengambil peralatan, begitu juga dengan Nayla. Sementara mbok Dar segera membangunkan Tegar yang masih tertidur lelap.

Kerumunan warga mulai memenuhi halaman sebuah rumah terbengkalai di tengah perkampungan. Rumah itu masih terbilang cukup bagus, rumput liar tumbuh memenuhi halaman depan dan juga di beberapa bagian rumah. Debu tebal menutupi hampir seluruh kaca jendela dan juga perabotan yang tersisa.

Dokter putra dan Nayla segera masuk ke dalam. Pak kades dan perangkat desa yang ada disana menatap tak percaya pada jasad kaku Sukir yang masih tergantung. Nayla ngeri melihatnya, lidahnya terjulur dengan mata sedikit terbuka.

"Polisi sedang dalam perjalanan," pak kades langsung bicara saat dokter putra mempersiapkan diri.

"Kapan ditemukan?" Dokter putra mengerjakan tugasnya sambil menunggu pihak kepolisian.

"Pagi ini, pak Arif menemukan Sukir tanpa sengaja. Kucingnya lepas dan masuk ke rumah ini, sialnya malah nemuin mayat begini." Pak Agus menerangkan.

Nayla memperhatikan mayat Sukir dengan seksama, ia juga mengamati sekitar. "Murni bunuh diri," gumamnya menyimpulkan.

Jasad Sukir ditemukan di dekat dapur, Nayla melongok ke halaman belakang yang juga dipenuhi rumput liar. Dua pohon mangga menjulang tinggi menutupi sebagian cahaya untuk masuk ke dalam. Beberapa perabotan dapur terlihat masih utuh, berdebu dan menggantung di dinding.

"Sayang banget, padahal rumahnya masih bagus. Kenapa kosong ya?" ia kembali bergumam.

Hawa mistis menyapa saat Nayla menatap cermin yang ada di atas wastafel. Cermin berkerak dan buram itu memantulkan sosok lain yang bukan bayangan Nayla. Jantung Nayla seketika berdetak kencang, kakinya lemas dan suaranya tercekat. Meski samar tapi Nayla yakin itu bukan dirinya.

Wanita berbaju kuning dengan kain merah melilit dileher, ia berdiri tepat ditempatnya berdiri. Wajahnya tak terlihat jelas, tapi rasanya begitu menyeramkan bagi Nayla. Ia menoleh sejenak ke arah dokter putra yang kini meriksa jasad kaku Sukir dilantai.

Nayla hendak memanggil ayahnya tapi kemudian ia mengurungkan niat. Ia tak mau warga lain ikut panik jika tahu apa yang ia lihat. Nayla kembali menatap ke cermin tapi wanita berbaju kuning itu menghilang. Nayla kini melihat dirinya ada dalam cermin.

"Ilusi, ini hanya tipuan mata." sugestinya sendiri.

Tapi saat ia berbalik hendak membantu ayahnya, sebuah suara menyapanya lembut. Begitu halusnya hingga membuat seluruh bulu ditubuhnya berdiri, hanya Nayla yang mendengarnya. Senandung Jawa yang sama seperti yang ia dengarkan sore kemarin saat rintik hujan turun. Nayla gemetar lalu berbalik menghadap belakang, matanya terbelalak. Sosok itu muncul dihadapannya, menyisir rambut sembari bersenandung.

Nayla tak sanggup lagi berteriak. Matanya terpaku dan tak bisa memalingkan wajah dari sosok wanita berkebaya kuning itu. Nayla terus menatap hingga kidung itu selesai dinyanyikan. Tangan wanita itu berhenti menyisir lalu menatap Nayla. Bola mata menghitam dengan darah yang mengalir dari kedua matanya. Kulit wajah mengelupas dan luka menganga terlihat jelas dilehernya. Luka itu dipenuhi belatung dan mengeluarkan bau busuk yang menganggu hidungnya.

"Temani aku disini!"

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next

2023-02-13

2

A B U

A B U

wah nasgor paforit banget tuh

2023-02-13

3

uutarum

uutarum

demit kesepian golek konco

2023-01-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!