Bu Mirah

Dokter Putra bersiap untuk pergi ke kota bersama pak Tarmiji. Tegar membantu menyiapkan mobil dan keperluan ayah Nayla. 

"Semuanya sudah saya siapkan di dalam dok, minum, makanan kecil, juga tas, komplit!" Tegar menyerahkan kunci mobil pada ayah Nayla.

"Wah makasih ya nak Tegar, nggak nyangka kamu cekatan banget. Cocok ini saya suka." 

"Ehm, cocok jadi menantu ya dok?" tanya Tegar cengengesan.

"Bukan, asisten saya!" kilah dokter Putra sembari melirik ke arah Nayla yang asik membaca berita online melalui ponselnya.

"Kirain, jadi menantu. Saya kan jadi ngarep dok." sahut Tegar yang tersenyum penuh harap.

"Hhm, ngarep ya? Harus lolos tes dulu dong." Dokter Putra kembali menggoda Tegar, ia merasa senang karena Nayla akhirnya bisa kembali memiliki teman akrab.

Kematian Nuraini memang berpengaruh banyak pada kehidupan dokter Putra dan Nayla, dan keputusan pindah ke desa sedikit membawa perubahan untuk keduanya. Berinteraksi lagi dengan orang -orang baru ampuh untuk melupakan kejadian traumatis yang berhubungan dengan orang yang pergi meninggalkan kita.

Bukan berarti melupakan mereka, tapi terkadang ada bagian hidup yang memang harus diakhiri untuk disimpan sebagai kenangan.

"Ayah sama Tegar lagi ngomongin apa sih seru bener?" Nayla rupanya tak menyadari obrolan dua lelaki dewasa di depannya. Ia terlalu asyik dengan ponselnya.

"Ah nggak, ini Tegar mau bantuin ayah di klinik. Iya kan Gar?"

"Eh, saya? Tapi kan saya …," 

Dokter putra memberi kode pada Tegar untuk mengikuti perkataannya, untungnya Tegar cukup kreatif merangkai kata. "Oh iya, saya mau bantu kamu biar lolos tes!"

"Tes? Tes apaan?"

"Jadi menantu!" jawab Tegar singkat dan yakin.

Nayla terbelalak mendengarnya, ia tertawa kecil. Wajahnya merona mendengar ucapan Tegar. Pemuda di depannya ini memang selalu menyenangkan, ceria, manis, dan selalu ada untuk Nayla dan ayahnya. Apalagi Tegar sangat menyayangi mbok Dar, perhatian dan kasih sayangnya pada sang ibu patut diacungi jempol.

"Ayah pergi dulu ya Nay, semoga nggak kemalaman di jalan." Dokter putra berpamitan, "Tegar, jagain Nayla ya! Awas jangan sampai lolos dari pengawasan!" pesannya khusus sambil berbisik pada pemuda berkulit eksotis itu.

"Siap 86, dok! Saya jagain sampai dokter pulang!" sahutnya diikuti gerakan menghormat layaknya petugas.

Mobil dokter putra baru saja menghilang, saat pak Agus datang tergopoh-gopoh. "Dokter Putra sudah berangkat belum ya?"

"Barusan pergi pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Iya mbak, ikut saya ke rumah Bu Mirah. Dia pingsan mendadak, anaknya bingung!"

Tanpa banyak bertanya Nayla segera menyambar tas kerjanya. Ia dan Tegar mengikuti pak Agus ke rumah janda tua yang tinggal dekat perkebunan kol.

"Cepat sedikit mbak dokter!"

Mereka mempercepat langkah agar segera sampai tujuan. Jalanan berbatu sedikit menyulitkan Nayla yang setengah berlari, Tegar sesekali membantunya dengan mengaitkan tangannya pada Nayla.

Rumah Bu Mirah sedikit naik ke bukit, jalan tanah ditambah hujan yang melanda semalam membuat jalanan licin. Dengan berhati hati, Nayla berjalan naik ke atas. Ia hampir terjatuh, untunglah Tegar menariknya ke atas.

Wajah lelaki tua yang beberapa malam lalu menemui Nayla muncul dibalik punggung Tegar. Ia tersenyum pada Nayla, jantung dokter muda itu terkesiap. Matanya terbelalak.

"Tegar,"

"Hhm, apa? Mau bilang makasih atau mau bilang sayang nih?"

"Iiish kamu, bisa nggak sih serius dikit!" 

"Lah terus kenapa?" Tegar membantu Nayla berdiri.

Nayla celingukan mencari sosok pria tadi. Tapi tak ada siapapun dibalik punggung Tegar. Nayla pun mengurungkan niatnya bicara pada Tegar tentang lelaki misterius itu, ada hal yang lebih penting dari itu.

"Bu Mirah, ini dokter Nayla datang!" Pak Agus berteriak agar si empunya rumah keluar.

"Nggih, Monggo mlebet pak Agus! Ibu teng kamar!" (Iya, silahkan masuk pak Agus! Ibu di kamar!) jawab suara wanita dari arah dalam.

"Ayo mbak dokter kita masuk!"

Nayla mengikuti pak Agus masuk, ia menemukan sosok wanita tua yang tak sadarkan diri diatas kasur kapuk tak beralas sprei.

"Bu Mirah," Nayla memberikan pertolongan pertama pada Bu Mirah, tubuhnya ditelentangkan, memeriksa mata, denyut jantung dan kemungkinan cedera lain.

"Dimana anaknya pak Agus?"

"Saya Bu dokter," jawab wanita muda yang usianya hampir sama dengan Nayla.

"Ibu jatuh tadi dikamar mandi, saya panggil panggil nggak nyahut juga." terangnya dengan wajah menahan tangis.

"Gimana nih Bu dokter?" Pak Agus ikut khawatir karena Bu Mirah masih terhitung bibinya.

"Nadinya lemah, saya curiga Bu Mirah kena stroke. Kita harus bawa dia secepatnya ke kota. Saya cuma bisa kasih pertolongan sementara di klinik pak." 

Pak Agus dan anak Bu Mirah berdiskusi, dengan mempertimbangkan biaya anak Bu Mirah meminta agar ibunya cukup dirawat di klinik saja. Nayla tidak bisa memaksakan pendapatnya, ia mengikuti kemauan keluarga Bu Mirah. 

Pak Agus bergegas meminta bantuan warga lain untuk membawa Bu Mirah ke klinik. Nayla menunggu di kamar bersama anak perempuannya. Mereka mengobrol singkat untuk mengetahui riwayat penyakit Bu Mirah. Tapi obrolan mereka terhenti saat mata Nayla menangkap foto lelaki yang sangat mirip dengan lelaki misterius yang menemuinya beberapa malam lalu.

"Mbak, itu foto siapa ya?" Nayla menyelidik.

Wanita muda bernama Neni itu melihat kearah yang dimaksud Nayla. "Oh, itu mamang saya dok. Dia tinggal nggak jauh kok dari sini."

"Mamang? Om, paklek ya maksudnya?" Neni mengangguk. "Beliau disini atau …,"

"Mamang tingggal sendiri, biasanya dia kerumah minta makan. Tapi tumben udah dua hari kok nggak keliatan."

DEG!

Jantung Nayla berhenti berdetak. Firasatnya buruk, sesuatu pasti terjadi pada lelaki paruh baya yang berpose bersama Bu Mirah disebuah acara pernikahan. Tangannya gemetar dan sedikit basah karena gugup. 

"Siapa nama mamangnya mbak?"

"Mang Adi."

Bulu di tengkuk Nayla meremang, punggungnya terasa berat saat mendengar nama pria yang dimaksud. Lututnya lemas tatkala sosok bernama Adi itu kembali menampakkan diri pada Nayla di sudut kamar Bu Mirah.

Rasanya Nayla ingin menangis tapi tak bisa, suaranya tercekat. Sosok Adi menatapnya tanpa ekspresi, matanya kosong dan ia menoleh perlahan ke arah Bu Mirah yang tergeletak tak berdaya.

Waktu seolah berhenti, bagi Nayla ruangan kamar bak lemari pendingin yang membekukan kejadian. Flashback kejadian berputar begitu saja.

Bu Mirah jatuh di kamar mandi karena shock melihat Adi muncul tiba-tiba dihadapannya dengan wajah mengerikan. Mulut Adi bergerak seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi Nayla tak bisa mendengarnya. Nayla hanya melihat, tubuh Bu Mirah melorot ke lantai dan jatuh pingsan.

Nayla tersedot kembali ke alam nyata, sosok Adi masih berdiri disudut ruangan menatapnya dengan mata hitam kelam yang mengerikan, lalu perlahan sosok itu menghilang. Bu Mirah menggeliat pelan, mulutnya berbisik seolah hendak mengatakan sesuatu. Nayla berinisiatif untuk mendekat.

"Bu Mirah, syukurlah ibu susah sadar."

Bu Mirah membuka matanya sedikit, mulutnya bergerak lemah. Ia ingin menyampaikan sesuatu. Nayla mendekatkan telinganya.

"Adi, Adi, tolong dia … lari, menjauh dari dia,"

"Ehm, Bu Mirah apa maksudnya? Bisa ulangi sekali lagi?" pinta Nayla setengah memohon meski hal itu akan sulit dilakukan bu Mirah.

"Jauhi dia, jauhi rumah itu … Adi, tolong dia!" suara Bu Mirah terdengar sangat lemah, lalu menghilang.

Nayla mendelik, ia segera memeriksa nadi Bu Mirah dan juga kedua matanya. Memeriksa respon Bu Mirah sebelum mengatakan, "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un,"

Yang terdengar selanjutnya teriakan panjang yang menyayat hati dari Neni. Bu Mirah meninggal dunia sebelum mendapatkan pertolongan berarti. Nayla terhenyak, ia merasa gagal memberikan pertolongan untuk Bu Mirah. 

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next

2023-02-16

2

A B U

A B U

apakah Nayla seorang indig atau demitnya yang bisa menyamakan frekuensi sama Nayla.,??

2023-02-16

2

A B U

A B U

kebun kol ya, kebunku cuma cabe ma tomat

2023-02-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!