Siapa Dia

Mbok Dar membuat minum di dapur untuk dokter Putra majikannya, teh tubruk dengan sedikit gula pesan dokter putra padanya. Ia begitu bersemangat melayani majikan baru. Sekian tahun rumah dinas ini kosong akhirnya berpenghuni juga.

Sebelumnya mbok Dar juga mengabdikan  diri sebagai pembantu rumah tangga pada dokter sebelumnya, dokter Arini. Sayang sekali dokter itu menghilang setelah membantu persalinan warga desa sebelah. Tak ada yang tahu dimana dia sekarang, pak kades dan perangkat desa sudah berusaha mencari tapi tidak menemukan dokter Arini. Begitu juga dengan pihak kepolisian, dokter Arini akhirnya ditetapkan dalam daftar orang hilang.

Lima tahun berlalu dan kini desa terpencil ini mendapatkan kembali dokter yang bersedia mengabdi pada masyarakat. Apalagi dokter putra adalah dokter spesialis penyakit dalam, keahlian yang sangat dibutuhkan warga desa yang mayoritas berusia lanjut. Bak mendapat bonus, dokter putra juga memboyong Nayla yang juga seorang dokter, meski belum diperbolehkan membuka praktek tapi keberadaan Nayla pasti akan sangat membantu warga.

"Alhamdulillah, sekarang bisa periksa lagi. Nggak perlu lagi jauh-jauh ke kota." Senyumnya sumringah terkembang bak bunga di musim semi.

Bunyi ketel air menandakan air masak memekakkan telinga. Mbok Dar perlahan menuangkan air panas ke dalam gelas besar. Di luar rumah gerimis masih turun, udara dingin menggigit mulai dirasakan mbok Dar. 

"Ademe yo, udan meneh!" --dinginnya, hujan lagi!-- ia merapatkan sweater coklat kesayangannya.

Telinga mbok Dar menangkap suara lirih dari arah kebun belakang. Suara wanita yang bersenandung tak jelas, awalnya mbok Dar mengabaikan hal itu tapi lama kelamaan ia dibuat penasaran. Mbok Dar berbalik dan mencari sumber suara.

"Weh, kok enek sing nembang?" --wah, kok ada yang nyanyi?--

Ia berjalan perlahan menuju sumber suara yang menurutnya berasal dari kebun belakang. Suara itu terdengar makin jelas, tembang Jawa yang meremangkan bulu roma. Mbok Dar celingukan mencari suara yang terdengar sangat menyayat hati.

"Sopo to sing nembang?" --siapa yang menyanyi?--

Sejauh mata memandang, ia tidak menemukan siapapun di luar. Rintik hujan semakin deras, mbok Dar kembali merapatkan sweater-nya. Karena tidak menemukan siapa pun ia kembali masuk ke dalam tiba-tiba ekor matanya menangkap kelebatan sosok di dekat rerimbunan pohon bambu.

Wanita berkebaya kuning dengan selendang merah di lehernya, menari membelakangi mbok Dar.

"Eh, siapa itu? Lha kok udan-udanan malah nari. Golek penyakit wae!" --kok hujan hujan malah menari. cari penyakit aja-- gumamnya sendiri, rasa penasaran membuatnya terus melihat ke arah wanita berkebaya dengan rambut terurai itu.

Suara kidung Jawa terus terdengar di telinga mbok Dar, rasanya semakin dekat dan terus mendekat. Mbok Dar seolah terbius dengan merdu suaranya.

"Iih aku kok merinding,"

Rasa takut menyergap dirinya, wanita berkebaya itu berhenti menari bersamaan dengan hilangnya suara  nyanyian. Perlahan wanita berkebaya itu membalik tubuhnya ke arah mbok Dar. Senyum ganjil, wajah pucat seputih kapas, dan rambut berantakan tak karuan. Mbok Dar tercekat, kakinya lemas seketika, darah seolah hilang dari tubuhnya.

"Demit, to-tolong … astaghfirullah, ya Allah! Setan, pie iki? Tolong!" Mbok Dar berusaha menjerit, suaranya tergagap jangankan berteriak untuk bicara saja mbok Dar harus berusaha keras.

Dengan penuh perjuangan, mbok Dar berusaha menggerakkan kaki tapi kakinya itu tak juga mau digerakkan seolah mengeras dan membatu. Wanita berkebaya itu kembali melambaikan tangan pada mbok Dar.

"Ya Allah, mbak'e ojo ngawe ngawe to! Aku jek pengin urip mbak'e!" --ya Allah, mbaknya jangan melambaikan tangan! saya masih ingin hidup, mbak!--

Mbok Dar akhirnya berhasil menggerakkan tubuhnya tapi malang, saat ia berbalik wanita berkebaya itu sudah ada di belakangnya. Menatap dengan mata penuh amarah, darah perlahan keluar dari kedua matanya dan membasahi kebaya kuning yang dikenakan.

"Duh Biyung, apes tenan aku!" 

Mbok Dar memejamkan matanya, ia ketakutan dan menjerit sekuatnya. Bau anyir darah terasa begitu pekat seperti masuk ke dalam indra pengecap dan penciumannya. Mbok Dar pasrah.

"Mbok, mbok! Lah kok malah merem, simbok!" Tegar menepuk ringan bahu ibunya.

"Bangun mbok, itu tehnya ditungguin pak dokter!"

Perlahan mbok Dar membuka mata, ia celingukan bingung dengan apa yang baru saja terjadi. "Mbok mana tehnya? Malah tidur disini lho?" tanya Tegar tak sabaran.

Mbok Dar masih tak menjawab, ia bingung. Seingatnya, ia tadi berdiri diluar sana bertemu wanita menyeramkan tadi tapi sekarang mbok Dar mendapati dirinya duduk di meja makan. 

"Le, simbok kenapa le?" pikirannya kacau, kepalanya juga sedikit pusing.

"Lha kok nanya aku to mbok? Mbok kalo ngantuk tidur aja dikamar, biar aku yang ngelayanin dokter Putra sama Nayla." Tegar mengaduk teh tubruk yang wanginya mulai menyengat hidung.

"Simbok tadi nggak tidur le, tadi simbok keluar ke kebun! Terus ketemu sama …," mbok Dar menghentikan kalimatnya, rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Ketemu sama siapa mbok?" tanya Tegar lagi, ia meletakkan segelas teh hangat untuk ibunya.

"Ehm, itu … ah udahlah nggak usah dibahas. Simbok kecapean kayaknya." 

Tegar memperhatikan wajah ibunya yang terlihat pucat, ia menggeleng pelan. "Istirahat dulu mbok, biar aku yang anter minuman ke depan."

"Tamunya masih le?" 

"Masih mbok,"

"Yo wis sisan bawa kue itu ke depan."

Tegar meninggalkan ibunya sendiri di dapur. Gerimis masih mengguyur desa, suara berisik air berkah dari langit beradu dengan dedaunan membuat mbok Dar tak nyaman. Ia kembali menoleh ke arah kebun belakang, meraba bulu di tengkuknya yang mulai berdiri lagi.

"Apa iya aku mimpi? Kok rasane koyo tenan lho!"

Ia berjalan perlahan kembali mendekati pintu. Mbok Dar mencari sosok yang tadi menakutinya, tapi kebun itu kosong tak ada siapa pun yang berdiri di dekat rimbun bambu.

"Iiih, lha kok medheni!" --Iiiih, kok menakutkan!--

Mbok Dar menutup pintu secepat kilat, lalu bergegas pergi menyusul Tegar. Dari balik kaca jendela, sosok wanita berkebaya itu kembali muncul dengan seringai mengerikan.

...----------------...

"Monggo diminum, seadanya pak dokter. Maklum di desa ya begini nggak seperti kota yang makanannya enak-enak." Tegar mewakili perangkat desa lain menjamu Putra dan Nayla.

"Wah nggak juga lah mas Tegar, ini juga enak lho. Singkong rebus anget, bolu jadul sama teh tubruk wasgitel. Siip tenan, perpaduan yang pas di saat gerimis." sahut Putra seraya meminum teh tubruk pesanannya.

"Alhamdulillah kalo pak dokter suka makanan desa." Pak Agus selalu kades ikut tersenyum bahagia.

"Mbak Nayla nggak ikut ngeteh? Ini enak lho teh tubruk buatan mas Tegar lagi." Pak kades menyapa Nayla yang duduk tak jauh dari pintu masuk.

Nayla tersenyum, ia mendekati meja dan meraih salah satu gelas teh hangat. Dengan canggung ia meminum teh yang memang terasa lebih nikmat.

"Enak to buatan aku mbak?" Tegar bertanya pada Nayla, ia senang gadis cantik di depannya itu menikmati teh buatannya.

"Enak mas, enak banget malah. Makasih ya." 

Melihat keduanya saling tersipu pak kades dan putra pun berdehem dan kompak menyindir. "Waah, cucok ini!"

"Ehm, iya pak serasi." timpal putra meledek putrinya Nayla.

"Ayah, apaan sih!" Nayla pun tersipu sementara Tegar garuk-garuk kepala.

Obrolan pun berlanjut, apalagi mbok Dar ikut bergabung. Sementara hujan masih turun membasahi tanah desa, tak ada warga yang berani keluar rumah. Mereka memilih tetap di dalam rumah menikmati cemilan sore dan kehangatan keluarga.

Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara tembang Jawa mengalun merdu disela rintik hujan. Nayla pun terkesiap.

...Dewana candra ratri kang rereb...

...Ngacarya jiwa nisun kang kingkin...

...Lolita koripan ndika ing rasa...

...Manunggal carub jeroning atma...

Terpopuler

Comments

❤️Nurjehan❤️

❤️Nurjehan❤️

penulisan yang mantap..baru mula membaca..terus semangat update ya author 🥰🥰🥰🥰

2023-02-20

3

A B U

A B U

Mbok Dar, Mbok Dar aku mah jadi ngakak baca celiteh mu

2023-02-13

2

A B U

A B U

kebih mantap teh tubruk tanpa gula

2023-02-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!