Peringatan di dalam mimpi

Malam mulai semakin larut Nisa yang berbaring di kasur yang telah di sediakan di kamar Angga. Nisa mulai mengantuk matanya terasa berat dan akhirnya tak kuasa menahan rasa kantuk  Nisa pun tertidur.

Di dalam tidurnya Nisa bermimpi sosok kuntilanak yang dia lihat di dapur tadi.

Di dalam mimpinya Nisa berada di hutan.

“Di mana aku, kok aku berada di hutan belantara,” ucap Nisa dalam mimpi.

Nisa pun menyelusuri hutan itu untuk mencari jalan pulang Nisa berteriak-teriak di hutan dalam hutan itu berharap ada seseorang di sana yang dapat menolongnya untuk pulang.

“Ada orang di hutan ini,” teriak Nisa di dalam mimpi.

Teriak kan Nisa hanya sia-sia tidak ada satu pun orang di hutan itu.

Nisa terus berjalan menyelusuri hutan itu hingga dari kejauhan terlihat seseorang ibu-ibu yang sedang mengendong kayu bakar di punggungnya.

Nisa yang melihat ibu-ibu itu pun berlari menghampirinya.

“Permisi Bu, di mana jalan keluar hutan ini,” ujar Nisa yang bertanya.

Ibu-ibu itu menoleh ke arah Nisa.

Lagi-lagi Nisa sangat terkejut ternyata ibu-ibu itu adalah sang kuntilanak.

“Pergi dari rumah ini jika kau ingin selamat, pergii!” teriak sang kuntilanak.

Nisa pun terbangun dari mimpi buruknya itu.

Terlihat keringat dingin yang mengalir dari wajahnya, jantungnya berdetak kencang, wajah Nisa menjadi pucat karena rasa takut di teror sang kuntilanak itu tubuh Nisa pun gemetar di kala dirinya mengingat kejadian-kejadian yang sangat menyeramkan.

Nisa mulai mencoba menenangkan dirinya.

‘Ini semua hanya mimpi,' Nisa yang bermonolog.

‘Tapi mimpi ini serasa nyata dan berkaitan dengan kuntilanak yang aku lihat di dapur tadi,' batin Nisa.

‘Ah ... Aku harus pergi dari rumah ini, aku tidak ingin kenapa-kenapa siapa tahu mimpi ini sebagai tanda untukku,' sambung batin Nisa kembali.

Nisa mulai merapikan bajunya kembali ke dalam tas.

‘Besok aku akan berbicara kepada pak Hendra dan bu Dina tidak dapat bekerja di rumah ini lagi,' gumam Nisa.

Setelah selesai merapikan bajunya ke dalam tas Nisa pun kembali melanjutkan tidurnya yang sempat terbangun karena mimpi seram itu.

Keesokan paginya di kala Hendra beserta Dina sedang berada di meja makan.

Nisa menghampiri mereka.

“Permisi Pak dan Bu, seperti saya tidak dapat melanjutkan pekerjaan untuk menjaga Angga lagi,” ucap Nisa.

“Ada apa Mbak Nisa kok mendadak sekali, kemarin baru Mbak bilang kalau Angga sangat mudah untuk mengurusnya tapi kenapa sekarang Mbak Nisa malah ingin berhenti?” ucap Dina yang ingin mengetahui alasan Nisa.

“Emm ... Maafkan saya Bu Dina dan Pak Hendra, ada sesuatu hal yang tidak dapat saya ucapkan, intinya saya ingin berhenti bekerja di tempat Bapak dan Ibu. Sekali lagi maafkan saya Pak Hendra beserta Ibu Dina,” Nisa yang enggan memberi tahukan kepada mereka berdua.

“Aku rugi kalau Mbak Nisa berhenti mendadak seperti ini, bisa aku laporkan ke yayasan kalau Mbak bekerja tidak profesional,” Hendra yang sangat marah tidak terima Nisa berhenti secara mendadak.

“Maafkan saya Pak Hendra, saya tidak bermaksud mengecewakan Bapak beserta Ibu, tapi ada alasan yang mungkin Bapak ibu tidak dapat memahami,” sahut Nisa membela dirinya.

“Pokoknya aku tidak mau tahu, nanti akan aku laporkan kepada yayasan!” ancam Hendra.    

“Mas sudahlah masalah ini jangan di perpanjang lagi pula mbak Nisa tidak ingin bekerja di sini jangan di paksa” sahut Dina yang memahami posisi Nisa.

“Lalu bagaimana dengan Angga? Siapa yang mengurusnya jika Nisa mendadak seperti ini ingin berhenti,” ujar Hendra yang bingung.

“Biar aku yang mengurusnya, mungkin Angga butuh perhatian dari ibunya,” sahut Dina.

“Lalu jika kamu yang mengurus Angga bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Hendra yang semakin bingung.

“Pekerjaanku untuk sementara kamu yang pegang Mas, aku ingin menjadi ibu sepenuhnya mengurus Angga,” sahut Dina.

Ucapan Dina membuat Hendra terdiam sesaat.

“Sudahlah kalau begitu, kalau kamu ingin berhenti ya sudah aku tidak akan menelepon yayasan dan memperpanjang masalah ini,” ucap Hendra.

“Terima kasih Pak Hendra dan Ibu Dina,” tutur Nisa.

“Sekali lagi maafkan saya Pak dan Bu,” sambung Nisa.

Setelah Perdebatan yang panjang akhirnya Nisa bisa berhenti secara baik-baik.

Nisa pun kembali ke kamar Angga untuk mengambil tas yang telah dia siapkan sedari malam tadi.

Setelah itu Nisa pun pamit kepada Hendra beserta Dina.

Dina yang hari ini memutuskan tidak bekerja mengurus Angga, terlihat Dina sangat piawai mengurus buah hatinya.

Dina memberikan Angga MPASI setelah itu memberikan Angga ASI yang sudah di kumpulkan di taruh di dalam kulkas.

Dina pun menidurkan Angga, setelah itu mengajak Angga bermain dan terakhir memandikan Angga hingga Angga tertidur kembali.

Hendra yang hari ini pulang malam karena pekerjaannya bertambah mengurus kantor sang istri.

Di saat Hendra ingin masuk ke kamarnya untuk beristirahat terlihat Dina yang telah tertidur dengan pulasnya di atas kasur, terlihat rasa lelah di wajah Dina mengurus Angga.

Walau sangat lelah dalam mengurus Angga namun Dina sangat bahagia dapat bersama buah hatinya.

Di malam harinya di saat Dina sedang tertidur dirinya bermimpi buruk tentang Angga. 

Saat itu Dina yang berada sendirian di rumah meninggalkan Angga yang sedang tidur di box bayinya.

Terdengar tangisan Angga yang histeris.

Mendengar anaknya menangis Dina segera menghampiri Angga di kamarnya.

Saat Dina tengah membuka pintu kamar Dina di kejutkan oleh sosok kuntilanak yang sedang berdiri di box Angga.

“Menjauh dari anakku!” teriak Dina mengusir sang kuntilanak itu.

Namun bukannya menjauh sang kuntilanak justru mengambil Angga dari box bayinya.

“Jangan kau ambil anakku,” Dina yang menangis sembari memohon.

Kuntilanak itu tidak menghiraukan Dina dia masih saja mengendong Angga.

Angga pun semakin menangis histeris mana kala sang kuntilanak mengendongnya.

“Berikan anakku kepadaku ,aku mohon jangan sakiti dia dan ambil dia,” ucap Dina yang memohon

Kuntilanak itu tetal tidak menghiraukan ucapan Dina, sang kuntilanak malah menyeringai kepada Dina.

Setelah itu sang Kuntilanak itu pergi dengan cepat membawa Angga keluar dari Jendela. 

Dina yang melihat dalam mimpi kuntilanak itu membawa anaknya berteriaka.

“Jangan bawa anakku,” teriak Dina.

Sontak saja Dina pun terbangun sementara Hendra yang terkejut akan teriakan Dina ikut terbangun.

“Ada apa sayang?” tanya Hendra.

“Angga di bawa makhluk itu.”

Tiba-tiba Dina teringat akan Angga.

“Angga, anakku.”

 Dina pun bergegas turun dari tempat tidurnya guna untuk melihat keadaan Angga di dalam box bayi.

Dina yang telah tenang melihat Angga yang tertidur di box bayinya.

“Syukurlah itu hanya mimpi, Angga baik-baik saja,” ucap Dina.

Hendra yang mengetahui istrinya sedang gelisah pun menghampiri Dina yang berdiri di box bayi.

“Mungkin kamu sangat kelelahan sayang seharian mengurus Angga, sebaiknya kamu tidur kembali dan beristirahat,” Hendra yang memberikan perhatian kepada Dina.

“Iya Mas.”

Mereka berdua pergi ke tempat tidur mereka melanjutkan kembali tidur yang sempat terbangun oleh mimpi Dina.

 

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

wow ngeri juga ceritanya

2023-02-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!