Teror

Siang mulai di gantikan oleh malam, Sundari sudah berada di dapur menyiapkan makan malam untuk Hendra sang majikan.

Hendra kini telah menjadi pengusaha di kota besar yang terbilang cukup sukses.

Hendra pun sudah menikah dengan anak pengusaha di bidang furniture, dan mempunyai anak laki-laki yang masih berumur 8 bulan.

Karena Hendra beserta istri sama-sama mempunyai usaha mereka berdua tidak terlalu banyak waktu untuk mengurus buah hati mereka sehingga Hendra berinisiatif memakai jasa baby sitter untuk mengurus anak mereka.

Jam sudah menunjukkan jam tujuh malam, Sundari telah selesai menyiapkan makan malam untuk mereka.

Sundari yang telah selesai meletakan makan di meja makan pun segera memanggil Hendra.

Sundari berjalan menuju kamar Hendra beserta istri.

“Permisi Tuan, makan malam telah siap,” ucap Sundari di balik pintu kamar Hendra.

“Iya Bi Sun, nanti aku keluar,” pekik Hendra yang sedang di dalam kamar.

Setelah itu Sundari pergi dari depan kamar Hendra ia berjalan menuju kamar tengah, Sesampainya di kamar tengah Sundari memanggil pengasuh yang mengurus bayi Hendra.

“Mbak Retno ayo makan,” pekik Sundari di balik pintu kamar bayi Hendra.

“Iya Bi,” pekik Retno di balik kamarnya.

Setelah selesai memanggil mereka semua untuk makan malam Sundari pun kembali ke dapur.

Beberapa menit kemudian Hendra berserta sanga istri Dina pergi ke meja makan di susul juga oleh Retno pengasuh bayi mereka.

Mereka semua sudah berada di meja makan. Dina mengajak Retno untuk makan malam bersama mereka.

“Mbak Retno ayo makan sama-sama,” ucap Dina.

“Iya Bu,” sahut Retno.

Mereka bertiga pun menikmati makan malam  yang dibuat oleh Sundari sembari mengobrol santai.

“Oh ya Mbak Reno, bagaimana Angga apakah sudah tidur,” tanya Dina tentang anaknya kepada Retno.

“Sudah Bu, barusan saja Angga tertidur,” sahut Retno.

Beberapa menit telah berlalu mereka bertiga pun telah selesai menikmati makan malam mereka, dan kembali ke kamar masing-masing.

Sundari membereskan piring-piring kotor yang berada di atas meja makan.

Setelah piring kotor ia bereskan dan selesai menyucinya dengan bersih lalu meletakkan di tempat semula.

Sundari kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Beberapa jam telah berlalu, malam mulai semakin larut.

Sundari yang sedang berada di kamarnya duduk dengan bersila di lantai memejamkan matanya membaca mantra memanggil kuntilanak itu.

‘Yen siro teko, wenehene tondo (Aku memanggilmu, aku memanggilmu, datanglah dari bayangan),' mantra yang di ucapkan di dalam hati oleh Sundari.

Teror dari sang kuntilanak sudah di mulai oleh Sundari.

Di saat Hendra beserta Dina sedang melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri.

Terlihat Dina yang sedang berada di atas tubuh Hendra sedang fokus menikmati permainannya.

Hendra di kejutkan oleh raut wajah Dina yang berubah.

Hendra yang secara samar-samar melihat wajah sang istri yang berada di atasnya berubah menjadi sosok Sundari gadis yang pernah Hendra perkosa waktu dulu.

‘Sundari,' batin Hendra.

Hendra mengusap-ngusap matanya memastikan apa yang dilihat oleh dirinya itu salah.

Dan benar saja yang sedang berada di atas tubuh Hendra bukan Sundari melainkan Dina sang Istri yang sedang menikmati permainannya.

Merasa dirinya salah melihat Hendra pun kembali menikmati permainan Dina.

Namun keanehan mengerikan semakin terjadi.

Hendra yang sedang menikmati permainan sanga istri pun sangat terkejut mana kala sanga istri yang dilihat oleh dirinya berubah menjadi sesosok kuntilanak yang sangat mengerikan.

Sosok kuntilanak itu menyeringai di hadapan Hendra.

Kuku yang panjang serta tangan kuntilanak yang terdapat penuh koreng berusaha mencekik Hendra.

Sontak saja Hendra sangat terkejut dan tidak dapat bernafas.

Hendra yang berusaha sekuat tenaganya melepaskan cekikan kuntilanak itu, lalu mendorongnya sekuat tenaga.

Namun kejadian berubah saat yang Hendra dorong dari atas tubuhnya itu adalah istrinya sendiri.

“Kamu kenapa Mas!” tanya Dina yang murka karena Hendra bertindak kasar kepadanya.

Hendra yang melihat ternyata itu bukan sang kuntilanak melainkan sang istri sendiri merasa bersalah.

“Maafkan aku sayang, aku sedang tidak fokus pikiranku sedang ke mana-mana,” ujar Hendra yang berbohong.

“Ah ... Sudahlah aku mau tidur saja, aku kesal kamu yang menggebu-gebu memintanya malah jadi seperti ini,” sahut Dina yang sangat kesal.

Dina pun kembali tidur membelakangi Hendra.

“Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud kasar kepadamu,” ucap Hendra yang memohon.

Tiba-tiba di saat Hendra memohon maaf kepada sang istri teriakan terdengar di kamar Angga.

“Teriakan  mbak Retno, Mas,” ujar Dina.

Hendra beserta istri pun memakai kembali baju yang mereka lepaskan tadi dan pergi ke kamar Angga.

Sesampainya di dalam kamar Angga terlihat Retno yang sedang ketakutan.

“Ada apa Mbak Retno?” tanya Dina.

“I-itu tadi ada yang sedang berdiri sosok kuntilanak di box bayi Angga,” ucap Retno yang ketakutan menunjuk box bayi tempat tidur Angga.

Dina yang khawatir pun mendatangi box bayi tempat tidur anaknya.

Terlihat Angga sedang tertidur dengan sangat nyenyak.

“Tidak ada apa-apa di sini, Angga pun sedang tidur dengan nyenyak apa Mbak Retno tidak salah lihat?” sahut Dina yang tidak melihat apa-apa di sekitar bayinya.

“Iya Bu, saya melihat dengan jelas sosok kuntilanak itu ingin mendekati Angga,” Retno yang menjelaskan apa yang dia lihat.

“Mungkin kamu sangat lelah Mbak Retno, di sini tidak ada apa-apa?” ujar Hendra.

Retno yang bercerita kepada mereka berdua namun tidak ada satu pun yang mempercaya dirinya akhirnya menghentikan cerita.

“Iya Bu, Pak, mungkin saja saya kelelahan jadi berhalusinasi,” ujar Retno yang membenarkan ucapan Dina dan Hendra.

“Ya sudah Mbak Retno, mumpung Angga sedang tidur dengan pulas sebaiknya Mbak Retno beristirahat saja, jika ada apa-apa nanti Mbak Retno bisa mengetuk kamar kami,” Dina yang memberikan saran untuk Retno.

“Terima kasih Bu.”

“Ya sudah kami tinggal terlebih dahulu,” kata Hendra.

Hendra berserta Dina pergi keluar meninggalkan Retno dan Angga di kamarnya mereka berdua pun kembali ke kamar untuk melanjutkan istirahat.

Setelah mereka berdua berada di dalam kamar hendak menuju tempat tidur.

Hendra masih merasakan rasa bersalah kepada sang istri dan mencoba untuk meminta maaf kembali.

“Sayang maafkan aku,” ucap Hendra.

“Sudahlah Mas, tidak usah di bahas lagi aku sudah memaafkanmu,” sahut Dina.

“Mari kita tidur malam sudah semakin larut besok akh ada meeting bersama klien ,” sahut Dina dengan ketus.

“Kamu tidak ingin melanjutkan permainan yang sempat tertunda tadi?” kata Hendra yang berharap.

“Tidak!” sahut Dina dengan ketus lalu meninggalkan Hendra tidur.

 Sementara di sisi lain Sundari yang menyeringai dengan jahat di dalam kamarnya.

‘Ini baru permulaan Hendra,' Sundari yang menggumam.

Teror baru saja di mulai oleh Sundari kepada Hendra beserta keluarganya.

Tunggu kisah selanjutnya ya.

Jangan lupa gaes dukungannya sekilasnya saja terima kasih   

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

mantap Thor lanjut

2023-02-10

0

Romi Tama

Romi Tama

yang salah Hendra..anak nya jangan di apa2 in.. kasihan masih kecil tidak tahu apa2

2023-02-09

0

Gadis Gaul

Gadis Gaul

Pusing pas liat tante kun

2023-01-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!