Kuntilanak Durmo

Di dalam perjalanan menuju rumah sakit Dina membuka pembicaraan.

“Mas, kenapa bisa seperti ini?” Dina yang bertanya kembali kepada Hendra.

“Aku pun tidak mengerti sayang,” sahut Hendra.

“Anggap saja semua ini musibah, Pak dan Bu,” sahut Iwan.

“Oh iya Mas tolong telepon bi Sun, untuk menjaga Angga terlebih dahulu,” pinta Dina.

“Iya sayang aku akan menelepon bi Sun terlebih dahulu.”

Hendra mengambil telepon genggamnya mencoba menelepon Sundari, meminta tolong untuk menjaga Angga bayi mereka berdua selama mereka belum pulang ke rumah.

Setelah selesai menelepon Sundari Hendra mematikan telepon genggam miliknya.

“Bagaimana Mas sudah meminta tolong bi Sun,” tanya Dina.

“Sudah sayang,” sahut Hendra.

Satu jam di perjalanan akhirnya mereka sudah tiba di rumah sakit harapan kita di mana Retno di rawat.

Sesampainya di rumah sakit Hendra menanyakan kepada Dokter yang menangani Retno.

“Bagaimana keadaan Retno Dok?” tanya Hendra kepada Dokter yang keluar dari kamar Retno.

“Ibu Retno mengalami patah tulang leher, serta patah tulang kaki. Sementara pasien belum sadarkan diri,” tutur Dokter yang menjelaskan kondisi Retno.

“Terima Kasih Dok,” ucap Hendra.

Hendra beserta Dina dan Iwan masuk ke ruangan di mana Retno dengan di rawat.

Terlihat Retno yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan keadaan memperhatinkan belum sadarkan diri.

“Bagaimana ini Mas, keadaan Retno sangat memperhatinkan kita harus secepat mungkin mencari pengantinya untuk menjaga Angga,” ucap Dina yang melihat kondisi Retno.

“Iya sayang, aku masih menyimpan nomor telepon yayasan penyalur baby sitter, nanti akan aku telepon sesudah kita sampai rumah,” ujar Hendra yang memberitahukan Dina.

30 menit mereka berada di rumah sakit, Hendra memutuskan untuk kembali ke rumahnya karena khawatir kepada bi Sun dalam menjaga Angga, menurut mereka Sundari belum cukup piawai dalam menjaga bayi.

“Sebaiknya kita pulang saja Mas, aku khawatir dengan Angga,” Dina yang mengajak Hendra untuk pulang.

“Iya sayang,” sahut Hendra.

Akhirnya mereka pun meninggalkan rumah sakit dan kembali pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah Dina mendatangi Angga yang berada di kamar mengurus Angga selama masih mencari baby sitter yang baru penganti Retno.

Hendra yang sedang duduk di ruang tamu menelepon yayasan penyaluran baby sitter.

“Hallo pak saya ingin mencari jasa baby sitter,” ucap Hendra di telepon.

“Oh pak Hendra, iya pak bisa kapan pak Hendra memerlukannya, tenaga kerja kami siap.”

“Secepatnya pak, besok kalau bisa sudah harus bekerja menjaga putra kami.”

“Besok ya pak Hendra, kalau begitu bisa pak.”

“Baik kalau begitu pak saya tunggu besok,” sahut Hendra sembari mematikan teleponnya.

Dina yang mengendong Angga mendatangi Hendra di ruang tamu menanyakan kepada Hendra tentang baby sitter yang baru.

Dina duduk dekat Hendra sembari memangku Angga.

“Bagaimana Mas, apa kamu sudah mendapatkan penganti Retno?” tanya Dina.

“Sudah sayang, besok baby sitter yang baru akan datang dan langsung bekerja.”

“Syukurlah jika begitu Mas.”

Dina beserta Hendra pun berbincang-bincang di ruang tamu.

Matahari sore mulai memudar sinarnya, di gantikan oleh senja hingga berangsur menjadi gelap.

Sundari sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

“Tuan, Nyonya makan malam telah siap,” kata Sundari di balik pintu kamar Hendra.

“Iya Bi Sun,” ucap Dina.

Dina beserta Hendra keluar dari kamarnya, sementara Angga sedang berada di box bayinya yang sekarang di letakan di kamar mereka berdua.

Hendra beserta Dina pun menikmati makan malam mereka sembari berbincang-bincang.

“Mas, aku masih tidak percaya Retno mengalami musibah seperti itu, Retno selalu bekerja dengan hati-hati Mas,” pungkas Dina.

“Sudahlah sayang, mungkin ini musibah kamu tidak perlu terlalu memikirkannya,” kata Hendra.

“Iya Mas benar katamu mungkin saja ini musibah,” sahut Dina membenarkan kata Hendra.

Di saat mereka sedang asyik menikmati hidangan makan malam sembari berbincang santai.

Terdengar suara tangisan Angga yang sangat histeris.

Dina yang mendengar Angga menangis pun segera menghampiri anaknya yang berada di kamarnya.

Di saat Dina membuka pintu kamarnya Dina langsung mendatangi Angga lalu mengendongnya.

“Ada apa anak mamah menangis,” ucap Dina yang mengangkat Angga dari box bayinya lalu mengendongnya.

Krek ... Krek ...

Suara jendela kamar yang terbuka dan di tiup angin.

Dina yang melihat jendela kamarnya terbuka pun menghampiri jendela itu lalu menutupnya kembali.

Setelah jendela di kamarnya Dina tutup Dina pun ingin keluar dari kamarnya sembari mengendong bayinya.

Namun baru selangkah Dina berjalan menjauhi jendela kamarnya.

Jendela itu kembali terbuka, Dina pun merasa heran jendela yang dia kunci mengapa bisa terbuka kembali.

‘Perasaan tadi aku sudah mengunci jendela kamar itu, kenapa bisa terbuka kembali,' gumam Dina sembari menghampiri jendela kamar yang terbuka kembali.

Dina pun berjalan mendekati jendela itu sembari mengendong bayinya. 

Dina meraih gagang jendela itu untuk di tutupnya kembali.

Saat Dina memegang gagang jendela itu dirinya seperti di genggam kencang namun Dina tidak melihat apa-apa di sekitarnya.

Dina yang terkejut terdiam sesaat saat ingin menutup jendela kamarnya.

Setelah Dina melihat tidak ada apa-apa Dina pun kembali menutup jendela kamarnya.

Lalu Dina pun berbalik ingin keluar dari kamar.

Saat Dina berbalik, dia pun di kejutkan kembali oleh sosok kuntilanak yang tiba-tiba berdiri di depannya.

Dina melihat sosok kuntilanak itu memakai baju compang-camping dengan wujud bayangan hitam keabuan yang biasa di sebut durmo.

Seketika Dina pun berteriak histeris karena terkejut melihat sosok makhluk yang menyeramkan itu.

Hendra yang sedang makan di meja makan mendengar teriakan Dina pun sangat terkejut dan bergegas menghampiri Dina.

Sesampainya Hendra di dalam kamar dirinya menanyakan kepada Dina apa yang terjadi.

“Ada apa sayang?” tanya Hendra.

Dina yang melihat Hendra pun menghampirinya sambil mengendong Angga Dina memeluk Hendra.

Dina pun menceritakan sosok kuntilanak yang menyeramkan yang sempat Dina lihat.

“Sayang tidak ada apa-apa di kamar ini coba kamu lihat,” Hendra berusaha meyakinkan Dina bahwa tidak apa-apa di kamar mereka.

Dina memberanikan dirinya melihat di sekeliling kamarnya namun benar apa yang di katakan Hendra tidak ada apa-apa di kamar mereka.

“Sini biar aku yang mengendong Angga, mari kita keluar,” ajak Hendra.

Mereka berdua pun keluar dari kamar menuju ruang keluarga  yang berada di ruang tengah.

Menurut cerita ada berbagai macam jenis dan wujud kuntilanak.

Yang sering di jumpai di pohon-pohon besar itu jenis kuntilanak biasa kemunculannya di tandai bau wangi seperti aroma bunga melati tertawa tergantung tempat dia berada, jika dekat ia suaranya akan terdengar pelan namun jika jauh suarnya terdengar nyaring.

Kuntilanak merah itu biasanya kemunculannya berbau amis atau anyir suara  tertawa paling keras dan suka mengganggu bahkan meneror.

Kuntilanak hitam biasanya di untuk ilmu santet dan peliharaan dukun.

Sedangkan kuntilanak Durma berwarna hitam keabu-abuan kuntilanak ini dapat di panggil dan dapat mengabulkan permintaan tapi harus memakai tumbal agar permintaannya terwujud, dan kuntilanak Durma dapat menjadi peliharaan tuan sang pemanggil. 

Nantikan cerita selanjutnya ya gaes jangan lupa dukungan sekilasnya saja. 

 

  

 

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

widih macam nama kuntilanak nya Thor

2023-02-13

0

jenny

jenny

waaah... jadi nambah pengetahuan nih tentang per-kuntilanakan 🤣🤣🤣

2023-01-17

1

Gadis Gaul

Gadis Gaul

Aah tidak durmo kek leak ternyata y

2023-01-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!