Ilmu hitam

Di saat Sundari ingin mengakhiri hidupnya secara kebetulan ada seorang kakek yang sedang berjalan menyelusuri hutan guna mencari kayu bakar.

“Apa yang ingin kamu lakukan Nak?” tanya kakek itu yang menegur Sundari.

Sundari tidak menjawab pertanyaan kakek itu ia hanya dapat menangis.

“Bunuh diri bukan jalan untuk menyelesaikan masalahmu!” ujar kakek itu.

Sundari seketika terdiam mendengar kata-kata dari kakek itu.

Kakek itu mencoba menolong Sundari.

Mengajak Sundari untuk berbicara.

“Apa yang terjadi kepadamu Nak? Sampai tindakan ini yang kamu ambil?” tanya kakek itu dengan lembut.

“Aku tidak pantas hidup di dunia ini lagi Kek, semua telah hancur,” ucap Sundari yang berputus asa.

“Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semua ini Nak, mari ke rumah kakek, agar kamu bisa tenang lagi pula kakek tinggal sendiri di hutan ini.”

Sundari yang memang sudah bingung ingin ke mana lagi tidak ada arah dan tujuan.

Akhirnya Sundari ikut dengan kakek itu ke rumahnya.

Sesampainya di rumah kakek itu Sundari sedikit terkejut, di dalam rumah kakek itu terdapat pajangan beberapa kepala hewan, dan juga pusaka seperti keris yang terpanjang di dinding rumahnya yang hanya terbuat dari bambu.

“Silakan duduk Nak! Namaku Baskoro!” ucap kakek itu mengajak Sundari duduk di ruang tamu.

“Nama saya Sundari Kek,” sahut Sundari memperkenalkan dirinya.

“Ada apa dengan mu Sundari sampai kamu ingin melakukan hal itu?” tanya Baskoro.

Sundari mulai menceritakan semua kejadian yang ia alami, Baskoro yang mendengar hal itu pun sangat simpatik kepada Sundari dan ingin membantunya.

“Kamu bisa membelaskan dendammu Sundari kepada Pria yang tidak bertanggung jawab hingga membuatmu seperti ini?” ucap Baskoro.

“Bagaimana caranya Kek?” tanya Sundari yang sangat antusias.

“Dengan ilmu hitam! Kamu bisa membalaskan dendammu!” kata Baskoro.

“ilmu hitam, jika memang bisa Sundari ingin mempelajari itu Kek.”

“Persiapkan dahulu, jiwa, mental, dan hatimu Sundari barulah kau bisa mempelajarinya apa lagi kau masih mengandung, kau belum bisa mempelajari itu tunggu sampai anak yang di perutmu telah lahir!” ucap Baskoro.

Sundari terdiam, melihat perutnya yang mulai besar memasuki usia kandungan 8 bulan.

“Baiklah jika begitu kek selepas anak ini lahir dan Sundari memberikannya Asi terlebih dahulu barulah Sundari mempelajari ilmu hitam yang kakek ucapkan.”

“Ha-ha-ha, baik Sundari persiapkan dirimu terlebih dahulu, aku akan mewariskan ilmu hitam yang aku miliki kepadamu, asalkan kau sanggup menjalankan ritualnya.”

“Apa pun ritualnya, Sundari harus bisa mempelajarinya. Sundari ingin mempelajari ilmu itu untuk membalaskan semua dendam Sundari kepada Hendra!” sahut Sundari dengan amarah.

Mengingat semua perbuatan keji Hendra kepada dirinya.

“Sebaiknya kamu beristirahat terlebih dahulu Sundari, kasihan anak yang di dalam perutmu,” Baskoro yang menasihati.

Beberapa hari telah berlalu Sundari pun telah beradaptasi dengan rumah Baskoro, dan tinggal berdua di rumah Baskoro.

Sundari pun membantu Baskoro, ia membersihkan rumah Baskoro, memasak, mencuci.

Hingga berbulan-bulan telah berlalu usia kandungan Sundari sudah memasuki usia ke sembilan bulan.

Tinggal menunggu waktunya, malam itu Sundari yang sedang tertidur di kamarnya terbangun karena mengalami kontraksi hebat di perutnya. 

Sundari pun memanggil Baskoro.

“Kek! Perut Sundari sakit Kek!” pekik Sundari di kamarnya.

Baskoro yang mendengar hal tersebut pun, terbangun mendatangi Sundari di dalam kamarnya.

Terlihat Sundari yang merintih kesakitan di atas tempat tidurnya.

Dengan cepat Baskoro mendatangi dan membantu Sundari untuk melahirkan.

Hingga Suara tangisan bayi terdengar memecah kesunyian malam itu.

“Selamat, Sundari anakmu laki-laki,” ucap Baskoro yang tersenyum.

Sundari yang melihat anaknya pun menangis terharu.

Sundari memeluk anak laki-lakinya dan memberikan Asi untuk anaknya itu.

Lalu Sundari pun memberikan nama untuk anaknya itu.

“Anak ini Sundari beri nama Aditiya, dan kelak anak ini akan menjadi seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab,” ucap Sundari.

Baskoro tersenyum melihat anak Sundari, Baskoro sendiri sudah menganggap Sundari seperti anak kandungnya sendiri.

Seminggu telah berlalu Sundari mulai kembali sehat, di saat sedang duduk di teras Sundari mencoba menanyakan kembali akan ilmu hitam yang pernah di ucapkan oleh Baskoro.

“Kek kapan Sundari bisa mempelajari ilmu yang pernah kakek ucapkan itu? Tanya Sundari.

“Nanti Sundari, kau harus benar-benar memulihkan kondisi mu dan jiwa mu terlebih dahulu, karena ritual yang kamu jalani untuk ilmu hitam itu tidak sembarangan!” jelaskan Baskoro.

“Kalau Sundari boleh tahu ilmu hitam apa yang sebenarnya ingin kakek ajari kepada Sundari?” tanya kembali Sundari.

“Mengkujiwa, ilmu ini dapat memanggil makhluk astral dan menyuruh makhluk untuk membunuh seseorang yang kamu benci,” Baskoro yang menjelaskan.

Mendengar hal itu membuat Sundari tidak sabar ingin mempelajari ilmu itu dengan cepat, Sundari sudah sangat dendam dengan Hendra yang membuatnya seperti sekarang ini dan ingin membunuh Hendra.

  “Baiklah Kek, jika memang belum saatnya Sundari akan menunggunya sampai ilmu mengkujiwa itu bisa Sundari miliki dan membunuh Hendra,” sahut Sundari dengan wajah penuh kebencian.

Baskoro hanya tersenyum melihat Sundari, sampai terdengar suara Adit yang sedang menangis di kamar Sundari.

“Tunggu ya Kek, Adit menangis?” ucap Sundari bergegas menunggalkan Baskoro.

Baskoro yang sendirian pun masih tersenyum seperti ada hal yang ia pikirkan.

‘Balaskan dendammu Sundari! Kepada lelaki yang menyakitimu’ batin Baskoro.

‘Kau akan aku akan aku ajari menjadi wanita yang kuat,' batin Baskoro kembali.

Kini Sundari akan mewariskan ilmu mengkujiwa oleh Baskoro tinggal menunggu saatnya tiba.

Bersambung dulu gaes

Tunggu cerita selanjutnya dukungannya seikhlasnya saja terima kasih.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***