Pergi ke kota

Keesokan harinya Sundari telah mempersiapkan barang yang akan ia bawa di tas yang berukuran kecil.

Tidak lupa Sundari berpamitan kepada Baskoro.

“Kek Sundari pamit, titip Adit ya Kek,” ucap Sundari sembari memberikan anaknya kepada Baskoro.

“Iya Sundari, kamu tidak usah mengkhawatirkan Adit, dia akan aman bersama ku,” tutur Baskoro.

“Terima kasih kek,” sahut Sundari.

Sundari pun mencium punggung tangan Baskoro serta memeluk Adit.

Adit yang merasakan kontak batin kepada Sundari ibunya yang akan meninggalkannya Adit menangis tidak ingin di tinggalkan oleh Sundari.

Sundari berjalan dengan cepat tanpa memedulikan tangisan Adit, sesekali Sundari mengusap air matanya sembari berjalan.

Satu jam Sundari berjalan menyelusuri hutan hingga akhirnya ia telah sampai di desa.

Sundari terus berjalan menuju warung bu Tinah.

Sesampainya di warung bu Tinah, Sundari sudah di tunggu Iwan anak bu Tinah yang akan membawa Sundari ke Hendra.

Sundari berpamitan kepada bu Tinah barulah ia masuk ke dalam mobil.

“Hati-hati di jalan,” sahut bu Tinah sembari melambaikan tangan ke mobil yang dinaiki  Sundari.

Iwan menjalankan mobil, saat di perjalanan tanpa sengaja mobil yang di tumpangi Sundari berpapasan dengan Rian tanpa sengaja mata mereka saling bertemu karena kaca mobil itu tidak tertutup sepenuhnya.

Sundari merasakan kesedihan namun di saat Sundari teringat akan Hendra kesedihan itu berubah menjadi rasa dendam dirinya untuk membalas sakit hati dan trauma yang Hendra berikan kepadanya.

Di dalam perjalanan Iwan membuka obrolan.

“Neng, nanti kalau sudah sampai di rumah pak Hendra bilang saja Mbak saudara saya dari desa. Soalnya pak Hendra ini orangnya agak susah Mbak, dia tidak mau cari pembantu yang tidak di kenal katanya panjang tanganlah ini lah pokoknya ribet Neng. Sudah berapa pembantu yang tidak kuat dan tidak cocok dengan pak Hendra, semoga saja Neng pembantu yang terakhir,” Iwan yang menjelaskan kepada Sundari tabiat dari Hendra.

“Iya Kang Iwan, saya akan semaksimal mungkin kerja di rumah pak Hendra,” sahut Sundari.

“Nah gitu, semoga saja pak Hendra menyukai pekerjaan Neng ya, sebenarnya saya juga sudah capek Neng kerja di tempat pak Hendra tapi mau gimana lagi saya belum dapat pekerjaan lain lagi pula nanti kalau menganggur kasihan  ibu malah jadi beban beliau nanti,” Iwan yang berkeluh kesah tentang dirinya kepada Sundari.

“Sabar Kang, nanti pasti ada pekerjaan yang baik kok buat Akang,” kata Sundari memberi nasehat kepada Iwan.

“Iya Neng terima kasih, oh iya siapa nama Neng?” tanya Iwan.

“Nanti panggil aja Bi Sun, ya kang,” ucap Sundari.

“Gak salah Neng di panggil Bi Sun, Neng kan masih muda?” Iwan yang heran.

“Tidak apa-apa Kang, saya kok yang minta di panggil Bi Sun,” sahut Sundari dengan senyumnya.

“Ya sudah kalau begitu Neng, eh salah Bi Sun maksudnya.

Setelah berada cukup lama di dalam mobil serta berbincang-bincang dengan Iwan.

Mobil yang di kemudikan Iwan sudah masuk ke dalam pelataran rumah Hendra.

Terlihat pagar yang menjulang tinggi, serta di dalamnya terdapat tanaman hias yang di tanaman di depan teras rumah Hendra, belum lagi di sebelah kiri terdapat kolam ikan koi.

“Neng tunggu di sini dulu ya, eh Bi Sun maksudnya,” ucap Iwan yang belum terbiasa memanggil Sundari dengan sebutan Bi Sun.

Sundari yang di tinggal di pelataran rumah Hendra mendatangi kolam ikan koi.

Sementara Iwan sedang memencet bel pintu rumah Hendra.

Hendra yang sedang di dalam rumah pun mendengar ada yang memencet bel, akhirnya Hendra berjala ke pintu utama untuk membukakan pintu untuk Iwan.

Setelah pintu telah di buka Iwan tanpa basa basi memberitahukan kepada Hendra tentang pembantu barunya.

“Permisi tuan, itu pembantu barunya sudah datang,” sahut Iwan sembari menunjuk Sundari yang berada di tepi kolam.

“Suruh dia masuk!” sahut Hendra dengan nada tegas 

“Ba-baik Tuan,” ujar Iwan yang pergi mendatangi Sundari.

Iwan yang telah sampai di tempat Sundari pun memberitahukan dirinya.

“Bi Sun ayo kita masuk, pak Hendra sudah mengizinkan mu untuk masuk,” ujar Iwan memberitahukan Sundari.

“Iya Kang,” sahut Sundari secara singkat.

Sundari beserta Iwan pun mendatangi Hendra yang sedang duduk di ruang tamu menunggu mereka berdua.

Setelah Sundari masuk ke dalam rumah Hendra beserta Iwan.

Iwan mengajak Sundari menghampiri Hendra yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

“Eh sini kamu,” ujar Hendra.

“Iya Tuan,” sahut Sundari sembari menunduk.

“Ya Sudah pak Hendra, saya mau cuci mobil terlebih dahulu,” Iwan yang pamit pergi.

“Iya sana cuci yang bersih,” sahut Hendra dengan angkuh.

 Sundari yang menghampiri Hendra duduk di bawah lantai, sedangkan Hendra duduk di atas sofa.

Hendra tidak mau antara majikan dan pembantu itu sama, menurut Hendra pembantu derajatnya di bawah dirinya.

“Kamu sudah tahu pekerjaan di sini?” tanya Hendra.

“Belum Tuan,” sahut Sundari yang selalu menunduk enggan melihat wajah Hendra.

“Tugas kamu, siapin makan pagi, siang, dan malam terus kamu juga harus bersih-bersih rumah ini, jangan sampai debu menempel di perabotan ku yang mahal ini ya!” ujar Hendra yang memberitahukan tugas-tugas Sundari.

“Baik Tuan,” 

“Ya Sudah kamu ke kamarmu dulu, kamarmu ada di ruangan dapur ya.”

“Iya Tuan terima kasih,” ucap Sundari yang berdiri ingin meninggalkan Hendra.

“Eh tunggu sebentar siapa namamu?” tanya Hendra.

“Panggil saja Bi Sun, Tuan,” kata Sundari sembari meninggalkan Hendra.

Sundari pun beranjak pergi meninggalkan Hendra menuju kamar yang telah di persiapkan.

Sundari yang masuk ke dalam kamar yang telah di sediakan sangat terkejut, di saat ia buka terlihat bukan seperti kamar melainkan seperti gudang rongsokan.

Yang di dalamnya hanya terdapat barang-barang tidak dapat di pakai lagi.

Kasur busa yang tidak layak di pakai lagi, kipas angin rusak, Tv rusak, serta bantal dan guling yang tidak bisa di pakai lagi.

Sundari yang melihat itu semua hanya terdiam saja. Sundari mulai perlahan-lahan membereskan kamarnya dari debu yang menumpuk beserta sarang laba-laba.

Hingga satu jam lebih Sundari telah selesai merapikan kamarnya.

Sundari pun merapikan barang bawaannya ke dalam lemari yang telah rusak pintunya sehingga pintu lemari tidak dapat di tutup.

Setelah semua telah rapi Sundari pun beristirahat sebentar sebelum dirinya melaksanakan pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga.

    

   

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

semoga mendapat rezeki yang berkah di kota ya Sundari.

2023-02-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!