Keberhasilan menjalankan ritual

Keesokan malamnya Sundari masih tetap menjalankan semedinya untuk ritualnya.

Namun di saat mulai tengah malam perut Sundari mulai berbunyi.

Tidak kuasa menahan rasa lapar, karena sudah satu hari tidak makan. Sundari mulai membuka matanya menghentikan mantra yang ia baca.

Di dalam goa sangat gelap sinar dari bulan tidak bisa menembus sampai ke dalam goa.

Sundari mulai keluar dari goa itu, di saat sudah berada di luar goa. Sundari mulai berjalan menyelusuri hutan di terangi oleh cahaya bulan.

Sundari bingung tumbuhan apa yang bisa ia makan di sana. 

Hingga di saat Sundari menyelusuri hutan ia melihat serangga kumbang yang menempel di batang pohon.

Tanpa pikir panjang Sundari menangkap serangga kumbang itu.

Serangga kumbang itu berhasil Sundari tanggap.

‘Aku sangat lapar, tapi aku hanya menemukan serangga ini, kata kakek aku harus memakan hasil dari hutan tanpa di masak,' Sundari yang bermonolog.

Krukk

Suara perut Sundari yang berbunyi.

‘Ah sudahlah, sebaiknya aku makan saja. Aku sangat lapar,' gumam Sundari.

Sundari pun mulai memasukkan serangga kumbang itu ke dalam mulutnya, lalu mulai mengunyah serangga kumbang yang berhasil Sundari tangkap.

Sesekali Sundari meringis, karena rasa yang tidak enak yang di hasilkan oleh serangga kumbang itu lalu Sundari pun berusaha untuk menelannya.

Merasa sudah cukup  Sundari mulai kembali lagi ke goa itu dan melanjutkan Semedinya, karena pesan Baskoro yang Sundari ingat dirinya hanya bisa keluar dari goa  selama 15 menit saja.

***

Hari-hari berikutnya pun juga seperti itu, Sundari yang mendapatkan hasil buruannya berupa ular piton di makan dengan mentah-mentah.

Hingga malam terakhir malam ke 7 di mana malam ini yang menentukan berhasil apa tidaknya ilmu mengkujiwa ia pelajari.

Sundari yang duduk bersila dengan mata tertutup sembari membaca mantra.

‘Yen siro teko, wenehene tondo (Aku memanggilmu, aku memanggilmu, datanglah dari bayangan),' gumam Sundari Sundari.

Mantara itu ia baca tanpa putus.

Hingga ada sebuah bayangan hitam yang berlari sangat cepat di dalam hutan seperti hembusan angin 

Bayangan hitam itu mendatangi goa tempat Sundari bersemedi.

Sesampainya di dalam goa bayangan hitam itu terlihat seperti berjalan merangkak di dinding goa.

Lama-kelamaan bayangan hitam itu mendekati Sundari yang sedang bersemedi  tepat di hadapannya.

“Ada apa kau memanggilku!” ucap Kuntilanak berjalan merangkak dengan suara yang serak serta menggema di dalam goa itu.

Sundari yang mendengar ada yang berbicara kepadanya pun mulai membuka mata.

Sundari terkejut begitu jelas yang ia lihat walaupun di dalam goa itu sangat gelap akan tetapi Sundari dapat melihat.

Sesosok makhluk yang sedang merangkak di hadapannya mengenakan baju kusam, compang-camping, rambut panjang serta mata yang merah, mulut yang lebar dan giginya berupa gigi taring.

Sundari yang melihat makhluk menyeramkan itu mulai terkejut terdiam tidak bersuara sepatah kata pun.

Kuntilanak yang berjalan merangkak itu pun mulai mendekati Sundari sedikit demi sedikit hingga sangat dekat dengan wajah Sundari.  

Kuntilanak itu mencium wajah serta tubuh Sundari.

“Bau dendam,” ucapnya berbisik di telinga Sundari 

Sontak saja Sundari semakin terkejut dan takut.

Namun di saat Sundari sedang ketakutan ia teringat akan ucapan Baskoro.

Baskoro yang menasihati dirinya agak tidak takut jika kuntilanak itu muncul.

Sundari mulai mengumpulkan keberaniannya dan berbicara dengan Kuntilanak itu.

“Bantu aku untuk membalaskan dendamku!” ucap Sundari dengan lantang.

“Itu sangat mudah untukku, kau cukup membacakan mantra yang kau baca saat bersemedi maka aku akan muncul untuk membalaskan dendammu Sundari, Hi-hi-hi-hi,” ucap Kuntilanak itu sembari tertawa melengking memecah heningnya malam.

Setelah itu kuntilanak itu pun hilang di kegelapan goa.

Keesokan paginya Sundari yang telah selesai melaksanakan ritual ilmu hitamnya pun bersiap-siap untuk pulang ke rumah Baskoro.

Sundari yang keluar dari dalam goa berjalan menyelusuri hutan.

Hingga satu jam lebih Sundari berjalan akhirnya Sundari telah sampai di rumah Baskoro.

“Kek! Kakek!” pekik Sundari sembari mengetuk pintu.

Mendengar ada yang mengetuk pintu Baskoro yang berada di dalam kamar pun berjalan menuju pintu utama.

Sesampainya di pintu utama Baskoro membukakan Sundari pintu.

“Ayo masuk Sundari,” Baskoro yang mengajak Sundari masuk.

Baskoro mengajak Sundari duduk di ruang tamu, dan menanyakan perihal ilmu hitam mengkujiwa yang Sundari pelajari.

“Bagaimana semedimu Sundari? Apakah berjalan dengan lancar?” tanya Baskoro.  

“Berjalan dengan lancar Kek, tadi malam tepatnya malam terakhir aku pertemu dengan makhluk yang kakek ceritakan!”  Sundari yang menjelaskan.

“Lalu?” Baskoro bertanya.

“Sundari awalnya takut, tapi setelah itu Sundari teringat akan pesan kakek.”

“Baguslah jika begitu Sundari, kamu sudah berhasil mempelajari ilmu tersebut.”

“Baiklah jika begitu, Sundari akan pergi ke desa untuk membelaskan dendam Sundari. Tapi—“ ucap Sundari yang terhenti.

“Tapi apa Sundari?” 

“Bagaimana jika mereka mengenali wajah Sundari?” ucap Sundari yang bingung.

“Ha-ha-ha-ha, itu sangat mudah serahkan saja kepada kakek Baskoro, Sundari.”

Ucapan Baskoro membuat hati Sundari lebih tenang dan ia bisa membalaskan dendamnya kepada Hendra.

Saat tegah asyik berbincang-bincang Sundari teringat akan Adit anaknya, Sundari menanyakan keadaan Adit selama ia tinggal.

Baskoro yang memberitahu Sundari bahwa Adit anak yang pintar yang tidak jarang menangis dan periang.

Mendengar hal itu membuat Sundari senang. Sundari pun menghampiri Adit yang tengah tidur di kamarnya.

Namun saat Adit terbangun ia langsung menangis melihat Sundari.

Mendengar tangisan histeris Adit, Baskoro menghampirinya Sundari ke kamarnya.

Saat Baskoro berada di kamar Sundari, ia pun menanyakan perihal Adit.

“Kek kenapa Adit menangis di saat melihat Sundari?” tanya Sundari yang bingung.

“Anakmu menangis bukan karena melihatmu tapi karena melihat makhluk itu yang sekarang mengikutimu di belakang,” ujar Baskoro.

“Lalu bagaimana ini kek? Apakah makhluk itu akan mengganggu Adit?” tanya Sundari yang khawatir.

“Tidak, Sundari anakmu sudah kakek berikan penangkal sehingga kuntilanak itu tidak dapat mengganggu Adit, hanya saja karena Adit masih bayi dia dapat melihat makhluk itu, nanti setelah dia beranjak 7 tahun. Adit tidak akan bisa melihat Kuntilanak itu lagi,” Baskoro yang menjelaskan.

Sundari terdiam mendengar penjelasan Baskoro ia bingung harus melakukan apa.

“Sudah Sundari, jangan terlalu di pikirkan Adit biarkan kakek yang menjaganya, nanti juga dia terbiasa melihat sosok di belakangmu,” ucap Baskoro yang mencoba menenangkan Sundari.

“Iya kek, terima kasih,” ucap Sundari.

 Baskoro mengendong Adit yang menangis. Sundari hanya bisa melihat Adit yang menangis tanpa bisa berbuat apa-apa.

Di benak Sundari, ia semakin membenci Hendra yang membuat dirinya menahan sakit hati hingga  sekarang ini.

‘Hendra tunggu pembalasan dendamku. Kamu telah membuat diriku sampai seperti ini aku akan membalas semua rasa sakit yang pernah kamu berikan kan Hendra,” batin Sundari.

    

   

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

semoga saja kuntilanaknya nggak nempel sama Sundari ya.

2023-02-08

0

nath_e

nath_e

🙈🙈🙈hadeeeh nda berat tu punggung mbak Sun...dendam memang luar biasa yaa mengubah orang baik jadi jahat

2023-01-21

0

Gadis Gaul

Gadis Gaul

Semangat sundari kamu bisa membalas lnya 😂

2023-01-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!