Balas dendam

“Mmm ... Boleh aku mengantarmu pulang?” tanya Rian.

“Tidak perlu Mas, aku bisa jalan kaki sendiri,” Sundari menolak secara halus.

“Jika begitu baiklah, tapi suatu saat boleh kan aku mengantarmu pulang Mbak Sun,” tanya Rian kembali.

Sundari hanya tersenyum ia tidak menjawab iya pertanyaan Rian atau pun tidak.

Setelah berbincang-bincang cukup lama Rian pun melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 10 pagi matahari pun sudah mulai naik ke atas.

Sundari menghentikan memetik pucuk teh, karena jika matahari mulai menyinari pucuk teh. Daun teh yang kuncup akan mekar.

Sementara Rian pun berpamitan kepada Sundari.

“Saya pergi ke pabrik terlebih dahulu Mbak Sun,” ucap Rian.

“Iya Mas,” sahut Sundari secara singkat.

Rian pun pergi meninggalkan Sundari kembali tempat motor besarnya di parkirkan.

Sesampainya di motornya Rian mulai menyalakan mesin motornya lalu mengendarainya pergi menuju pabrik pengelola teh.

Sementara Sundari sendiri setalah selesai memetik daun teh ia pergi ke gudang untuk menimbang daun teh yang baru ia petik.

Sesampai di gudang penyimpanan, hasil daun teh Sundari di timbang setelah itu hasilnya pun langsung di berikan kepada Sundari.

Sundari terkejut karena sistem dari Pak Rehan berbeda sekali dengan pak Gunawan pemilik pertama perkebunan teh itu.

Di dalam sistem pak Rehan, Sundari tidak harus menunggu hingga seminggu untuk mendapatkan upah melainkan setiap kali bekerja akan mendapatkan upah harian.

Dan buruh pun di hargai lumayan tinggi per kilo 1500,  tidak seperti pak Gunawan per kilo hanya di harga 500 rupiah.    

Sundari sangat sekali senang mendapatkan upah sesuai dengan hasil kerjanya.

 Setelah mendapatkan upah pergi ke pasar untuk membeli bahan makan.

Merasa sudah cukup membeli bahan makan Sundari pun pergi kembali ke rumah Baskoro.

Seperti biasa Sundari harus melewati hutan untuk sampai ke rumah Baskoro.

Satu jam Sundari yang terus berjalan sampai akhirnya tiba di rumah Baskoro.

Seperti biasa Adit sedang bermain di ruang tengah bersama Baskoro.

Kebetulan pintu tidak di kunci oleh Baskoro sehingga Sundari bisa masuk tanpa mengetuk pintu.

“Bagaimana pekerjaanmu hari ini Sundari?” tanya Baskoro.

“Alhamdulillah, berjalan dengan lancar kek,” ucap Sundari.

“Seperti wajahmu terlihat bahagia Sundari.” 

“Iya kek Sundari mendapatkan upah kerja yang sesuai. Dan satu lagi ada anak laki-laki bernama Rian anak dari pemilik perkebunan teh yang baru sepertinya sedang ingin mendekati Sundari,” Sundari yang menjelaskan kepada kakeknya.

“Tidak papa Sundari anak itu kakek lihat, anak baik-baik. Dapat menjadi teman hidupmu kelak, tapi ingat jangan lupakan misi dendammu hanya karena laki-laki itu,” ucap Baskoro.

“Memangnya kenapa kek?” tanya Sundari.

“Semua ilmu hitam yang kau pelajari akan sia-sia Sundari. Dan ingat makhluk itu tidak akan pergi kecuali kau yang mengusirnya pergi. Pesan kakek yang kuat yang akan menang camkan baik-baik Sundari,” Baskoro menasihati Sundari.

“Maksudnya apa kek yang kuat yang akan menang?” tanya Sundari yang bingung.

“Nanti kamu akan mengeti dengan sendirinya Sundari,” sahut Baskoro dengan senyum misterius.

“Baiklah Kek, Sundari mau masak terlebih dahulu untuk makan siang kita,” ujar Sundari yang pergi ke dapur untuk memasak makan siang.

Selang beberapa menit telah berlalu Sundari pun telah selesai memasak makan siang, Baskoro beserta Sundari menikmati makan siang mereka sementara Adit kembali tertidur saat Baskoro mengendongnya lalu di tidurkan di kamar Sundari.

***

Hari demi hari telah Sundari lewati sebagai buruh pemetik teh di perkebunan ayah Rian.

Kini Sundari telah mulai dekat dengan Rian, namun terkadang masih terbesit di hatinya akan trauma masa lalunya. 

Sundari pun masih ragu untuk membuka hatinya kepada pria mana pun termasuk Rian.

Akan tetapi Rian yang mengetahui sikap dingin dari Sundari tak lantas untuk menyerah.

Rian berusaha untuk meyakinkan Sundari bahwa dirinya mencintai Sundari dengan setulus hati.

Hingga satu tahun telah berlalu benih cinta di hati Sundari mulai timbul kepada Rian.

Tapi Sundari  masih enggan untuk memberitahukan kepada Rian tentang dirinya, Sundari masih saja menyembunyikan identitasnya dan rumahnya yang dia tempati bersama Baskoro beserta Adit.

Di hari itu saat Sundari berada di warung bu Tinah, ia mendapatkan kabar tentang Hendra yang saat ini berada di Jakarta.

“Mbak Sun, ibu mendapatkan kabar tentang Hendra,” ucap bu Tinah dengan serius.

Sundari yang mendengarnya pun sangat antusias.

“Di mana pak Hendra sekarang Bu? Lalu ibu mendapatkan kabar pak Hendra dari mana?” tanya Sundari yang sangat antusias.

“Itu anak laki-laki ibu bernama Iwan ternyata bekerja dengan Hendra sebagai sopir pribadinya.”

“Lalu Bu, di mana pak Hendra berada?”

“Hendra sekarang berada di kota besar Mbak Sun di Jakarta, nah kebetulan anak ibu tadi menelepon katanya Hendra sedang ingin mencari pembantu rumah tangga. Karena pembantu yang sebelumnya telah pulang kampung tidak sanggup menghadapi sikap Hendra berserta istrinya. Sudah banyak pembantu yang berhenti dari sana. Dari dulu sikap Hendra tidak kunjung berubah Mbak Sun,”  jelaskan bu Tinah kepada Sundari.

“Bu jika anak ibu menelepon kembali, saya bersedia jadi pembatu untuk pak Hendra,” ujar Sundari menawarkan diri.

“Mbak Sun serius mau jadi pembantu rumah tangga untuk Hendra? Anak ibu saja sudah tidak betah bekerja dengan Hendra Mbak Sun.”

“Iya Bu saya serius,” Sundari yang meyakinkan bu Tinah. 

“Ya sudah kalau Mbak Sun tetap menginginkan pekerjaan itu, ibu akan menelepon anak ibu terlebih dahulu. Mbak Sun tunggu ya.” 

“Iya Bu silakan.”

Bu Tina menelepon anaknya dan menanyakan jika ada yang bersedia untuk menjadi pembantunya Hendra. 

Hal itu pun di tanggap positif oleh Iwan yang sedang berteleponan dengan ibunya.

Iwan menyuruh untuk ibunya mempersiapkan pembatu yang akan di bawanya minggu depan.

Selesai mereka berdua berbicara di telepon bu Tinah mematikan teleponnya lalu memberitahukan Sundari.

“Bagaimana Bu?” tanya Sundari yang sangat antusias.

“Kata anak ibu, Mbak Sun minggu depan harus siap, karena anak ibu mau ke desa untuk menjemput Mbak Sun,” ujar bu Tinah yang menjelaskan kepada Sundari.

“Iya Bu, saya sudah siap” sahut Sundari meyakinkan bu Tinah.

Setelah Sundari mendapatkan informasi tentang Hendra, ia pun pamit pulang dan membayar makanan dan minuman yang ia beli di warung bu Tina.

“Bu saya pamit pulang ini uangnya, terima kasi atas infonya,” sahut Sundari.

Sundari pun pergi meninggalkan bu Tinah kembali pulang ke rumah Baskoro, untuk memberitahukan kabar yang selama ini Sundari cari-cari tentang keberadaan Hendra.

Sundari pun berjalan menyelusuri hutan.

Di dalam perjalanan pulang Sundari berbicara di dalam hatinya.

‘Rupanya kau sudah memiliki keluarga Hendra, kau akan merasakan sakitnya di tinggal keluarga yang kau sayangi,' batin Sundari yang penuh amarah serta dendam.

‘Tunggu Hendra, aku akan membalas perbuatan masa lalumu,' sambung batin Sundari kembali.

  

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

cerita yang menarik thor

2023-02-10

0

Tutik Lestari Nasa

Tutik Lestari Nasa

ceritanya ini mirip film Suzana ya Thor yg judulnya ilmu hitam,,\titisan Dewi ular🤭

2023-01-15

0

jenny

jenny

klo Hendra disuruh nunggu balas dendam dari Sundari, akupun disuruh menunggu update dari kk author. . ha ha ha

ayooo thor crazy up
tetap semangat, tetap jaga kesehatan.

2023-01-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!