Pergi ke Desa

Keesokan paginya Sundari berpamitan kepada Baskoro ingin pergi ke desa.

“Kek, Sundari pergi dulu titip Adit,” ucap Sundari sembari mencium tangan Baskoro dan memeluk anaknya.

“Iya Sundari, semoga misimu berhasil,” ucap Baskoro.

Sundari pun mulai berjalan meninggalkan Baskoro di bilik bambunya berjalan menuju desa.

Sundari berjalan menyelusuri hutan hingga satu jam telah berlalu terlihat dari kejauhan desa yang pernah ia tinggali dengan neneknya desa yang memberikan kenangan masa kecil di sana.

Melihat desa itu dari kejauhan Sundari rindu akan neneknya, hatinya sakit ketika teringat akan Hendra yang pernah memperkosanya hingga memprovokasi seluruh warga untuk mengusirnya dari desa itu.

Sundari yang mengingat kejadian itu meneteskan air mata sembari ia terus berjalan menuju desa.

‘Tunggu aku Hendra, kau akan merasakan rasa sakit yang aku rasakan,' Batin Sundari.

Sundari pun mengusap air matanya sembari berjalan memasuki desa.

Sundari pun pergi terlebih dahulu ke kuburan neneknya yang di kuburkan di alkah warga desa.

Sesampainya di kuburan Lasmi, Sundari pun menangis memeluk nisan Lasmi.

“Maaf Ndari Nek, karena Sundari nenek seperti ini,” ucap Sundari yang merasa bersalah.

“Sundari akan membalaskan sakit hati ini kepada Hendra!” ucapnya dengan penuh dendam.

Sundari yang terus menangis di makam Lasmi, ia merasa sedih di tinggal satu-satunya orang yang paling Sundari cintai.

Setelah Sundari merasa tenang, ia pun pergi meninggalkan kuburan neneknya dan kembali berjalan mencari informasi tentang Hendra.

Sundari yang terus berjalan mulai kelelahan, Sundari pun singgah di warung bu Tinah.

“Bu, Teh hangatnya satu,” ucap Sundari yang memesan minuman.

“Iya Mbak, sebentar ibu buatkan terlebih dahulu,” sahut Bu tidak membuatkan pesanan untuk Sundari.

Selang beberapa menit bu Tinah membawakan teh hangat untuk Sundari.

“Ini tehnya Mbak,” ujar bu Tinah menyodorkan teh hangat kepada Sundari.

“Terima kasih Bu.”

“Mbak seperti bukan warga desa di sini ya?” tanya bu Tinah yang tidak mengenali Sundari.

“Iya Bu, saya pendatang ingin melamar kerja menjadi buruh pemetik teh,” ucap Sundari merangkai alasan.

“Aduh Mbak, mendingan jadi istri saya saja. Cantik-cantik gini kok jadi buruh pemetik teh,” celetuk salah satu pemuda desa yang sedang duduk di warung bu Tina.

“Uh dasar Samsul, ada cewek cantik langsung menggoda, gak usah di dengerin Mbak ucapannya,” sahut bu Tina menegur Samsul.

“Iya Bu gak papa kok, Masnya mungkin hanya bercanda,” balas Sundari.

“Mbak yakin mau kerja jadi buruh di perkebunan teh pak Gunawan?” tanya bu Tinah yang meyakinkan Sundari.

“Iya Bu, memangnya kenapa?” ucap Sundari.

“Mbak tahu, anak pak Gunawan ya itu Hendra membawa kabur semua harta milik Ayahnya terus kebun teh yang berhektar-hektar itu telah di jual Hendra kepada pengusaha yang mempunyai pabrik pengelola teh bernama pak Rehan. Jadi sekarang kebun teh itu bukan milik pak Gunawan lagi,” tutur bu Tina menjelaskan kepada Sundari.

Sundari terkejut dengan informasi yang ia dapatkan dari bu Tina, Sundari pun ingin mengetahui lebih dalam tentang keberadaan Hendra.

“Lalu Bu, anak pak Gunawan sendiri sekarang di mana?” tanya Sundari yang penasaran.

“Sampai detik ini tidak ada warga yang tahu akan keberadaan Hendra, sampai bapaknya sakit pun Hendra tidak pernah pulang untuk menjenguk orang tuanya, ibu jadi ingat para warga mengusir gadis yang bernama Sundari, kasihan dia karena ucapan Hendra warga jadi mengusir dirinya dari desa ini,” bu Tina yang bercerita menyesali perbuatannya.

“Sudahlah Bu, mungkin saja gadis yang bernama Sundari itu sudah hidup dengan bahagia,” ucap Sundari sendiri.

“Semoga saja Mbak, oh iya nama Mbak siapa?” tanya bu Tina.

“Panggil saja Mbak Sun,” sahutnya.

“Oh ya Bu, boleh saya minta tolong?” ucap Sundari kembali.

“Iya Mbak ada apa ya?” tanya bu Tina yang bingung.

“Jika ibu mendapatkan informasi tentang keberadaan Hendra bisa kasih tahu saya?” ucap Sundari.

“Memangnya kenapa Mbak Sun, apa Mbak Sun ada masalah kepada Hendra,” tutur bu Tina.

“Tidak Bu,” ucap Sundari dengan tersenyum sembari membayar teh yang ia pesan tadi.

Lalu Sundari pun pergi meninggalkan warung bu Tinah menuju perkebunan teh, Sundari tidak kembali ke rumah Baskoro melainkan ingin pergi ke perkebunan teh yang sekarang milik pak Rehan.

Sundari yang terus berjalan dengan pikiran yang kalut ia bingung harus mencari keberadaan Hendar di mana. 

Secara tiba-tiba di jalan menuju perkebunan ada sebuah motor yang melaju agak cepat.

Bruk

Sura motor yang menyerempet Sundari.

Seorang pria yang mengenakan helm dengan postur tubuh tinggi.

Pria itu menghentikan laju motornya, lalu turun dari motor dan membuka helmnya ingin menolong Sundari yang terjatuh.

“Ma-maaf Mbak saya tadi ingin cepat-cepat, Mbak tidak apa-apa?” ucap pria itu membantu Sundari untuk bangun.

“Tidak apa-apa Mas hanya lecet saja,” ucap Sundari

“Saya antar ke puskesmas ya,” ucap pria itu.

“Tidak usah Mas.”

Namun karena pria merasa bersalah dan terus memaksa Sundari akhirnya Sundari pun mengiyakan ajakannya pria itu untuk pergi ke puskesmas.

Di jalan menuju puskesmas pria itu membuka obrolan dan menanyakan tentang Sundari.

“Maaf ya tadi saya bawa motornya agak laju.”

“Iya tidak apa-apa Mas, saya yang salah jalan tidak melihat-lihat.” 

“Mbak bukan orang sini? Dan Mbak mau ke mana?” 

“Iya Mas saya bukan orang sini, rencana tadi saya ingin pergi ke perkebunan untuk mencari kerja menjadi buruh pemetik teh,” ucap Sundari.

“Wah kebetulan Mbak, saya anak dari pak Rehan pemilik perkebunan teh itu. Perkenalkan nama saya Rian Laksmana, kalau Mbak?” 

“Panggil saja Mbak Sun,” Sundari yang enggan memberi tahukan nama aslinya.

“Kalu Mbak ingin bekerja di sana besok Mbak Sun boleh langsung bekerja,” sahut Rian yang melihat wajah Sundari kaca sepion di motornya.

“Terima kasih Mas Rian,” sahut Sundari dengan tersenyum

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di puskesmas, Sundari pun di obati lengan tangannya yang terluka akibat ke serempet motor.

Setelah selesai di obati Rian ingin mengantar Sundari untuk pulang. Namun Sundari menolak untuk di antar pulang oleh Rian.

“Sudah Mas, saya berhenti di sini saja,” ucap Sundari yang di bonceng oleh Rian.

“Gak apa-apa Mbak Sun, biar saja saya antar pulang?” Rian yang meminta.

“Tidak usah Mas,” sahut Sundari yang enggan orang lain tahu tentang dirinya.

“Ya sudah kalau memang begitu, semoga besok kita bisa bertemu kembali,” ucap Rian yang berharap.

Rupanya Rian terkesima dengan wajah Sundari sejak awal melihatnya.

Rian pun meninggalkan Sundari menjalankan motornya.

Setelah melihat Rian pergi Sundari pun kembali berjalan menuju rumah Baskoro, karena terluka Sundari tidak dapat bekerja hari ini. Ia pun memilih untuk kembali pulang memberitahukan semuanya kepada Baskoro.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

ceritanya sangat menarik Thor

2023-02-08

0

defsi oktaria

defsi oktaria

lanjut

2023-01-13

0

jenny

jenny

semoga misi Sundari berhasil untuk menghancurkan Hendra.

2023-01-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!