Pengasuh baru

Keesokan harinya baby sitter yang di minta oleh Hendra dari yayasan penyalur baby sitter telah tiba.

“Assalamualaikum, permisi,” seorang wanita muda mengetuk pintu rumah Hendra.

Hendra yang sedang menikmati sarapan paginya mendengar seseorang yang mengetuk pintu rumahnya, Hendra pun memanggil Sundari yang berada di dapur.

“Bi Sun! Bi Sun!” Pekik Hendra memanggil Sundari.

Sundari yang sedang membersihkan dapur mendengar panggilan Hendra dan segera menghampirinya.

“Iya tuan ada apa?” ucap Sundari.

“Sepertinya ada orang yang sedang mengetuk pintu, coba di buka Bi, siapa tahu baby sitter yang baru,” ucap Hendra.

“Baik Tuan,” sahut Sundari pergi meninggalkan Hendra.

“Tunggu Bi Sun!” pekik Hendra memanggil Sundari.

“Iya Tuan ada apa lagi?” 

“Sepertinya aku tidak asing dengan dirimu, seperti aku pernah mengenal dirimu Bi Sun,” ucap Hendra yang mengingat-ingat di mana dia pernah mengenal Sundari.

“Mungkin Tuan salah lihat, saya hanya hidup di desa dan tidak pernah keluar rumah,” pungkas Sundari kepada Hendra.

“Ah ... Sudahlah mungkin aku yang salah lihat, cepat bukakan pintu!” perintah Hendra.

“Iya tuan,” sahut Sundari meninggalkan Hendra pergi ke ruang tamu.

Sundari berjalan menuju ruang tamu sesampainya di ruang tamu Sundari menuju pintu utama untuk membukakan pintu.

Saat Sundari membukakan pintu terlihat wanita muda berusia 25 tahun memakai baju seragam baby sitter wanita itu membawa tas yang berisi perlengkapannya.

Wanita itu menanyakan kepada Sundari.

“Permisi Mbak, apa benar ini rumah pak Hendra dan ibu Dina,” tanya wanita itu.

“Iya benar,” sahut Sundari dengan singkat.

“Oh kalau begitu benar, perkenalkan saya baby sitter baru nama saya Nisa,” ucap wanita itu sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

“Panggil saja Bi Sun,” ucap Sundari sembari bersalaman kepada Nisa.

“Oh iya silakan masuk Mbak Nisa sudah di tunggu tuan beserta nyonya,” ucap Sundari mengajak Nisa masuk ke dalam rumah.

“Terima kasih Bi Sun,” ujar Nisa yang masuk ke dalam rumah sembari membawa tasnya.

Sundari mempersilahkan Nisa untuk duduk di sofa ruang tamu.

“Tunggu sebentar Mbak Nisa, saya panggil tuan dan nyonya terlebih dahulu.”

“Iya Bi Sun silakan.”

Sundari pergi meninggalkan Nisa yang duduk di ruang tamu. Sundari mendatangi Hendra yang sedang berada di meja makan.

“Tuan baby sitternya sudah datang dan sedang menunggu di ruang tamu,” ujar Sundari yang memberitahukan Hendra.

“Iya Bi, nanti aku ke sana.”

Setelah selesai makan Hendra mendatangi Nisa di ruang tamu beserta sang istri yang sedang menggendong Angga.

“Maaf sudah menunggu lama,” kata Hendra.

“Tidak apa-apa Pak,” sahut Nisa.

“Hari ini kamu bisa langsung bekerja aku dan istri akan pergi bekerja,” tutur Hendra.

“Baik Pak Hendra,” balas Nisa.

“Oh iya semua keperluan dan jadwal Angga sudah saya tulis di meja kamar Angga, jika ada yang tidak mengerti bisa telepon saya, oh iya saya lupa dengan Mbak siapa?” ucap Dina.

“Iya Bu Dina, panggil saja Nisa Bu.”

“Baiklah kalau begitu Mbak Nisa, kami tinggal terlebih dahulu tolong jaga Angga baik-baik,” sahut Hendra.

“Baik pak, saya akan menjaga Angga dengan baik,” ujar Nisa.

Angga pun di berikan Dina kepada Nisa.

Hendra beserta Dina pun pergi meninggalkan rumah mereka ke kantor mereka masing-masing di antar oleh Iwan.

Sementara Nisa mulai mengurus Angga. Nisa pun masuk kamar Angga mempelajari jadwal-jadwal Angga yang telah di tulis Dina di meja kamar Angga.

Banyak sekali hal-hal mengenai Angga yang Dina tulis beserta larangan saat menjaga Angga.

Nisa mulai melaksanakan pekerjanya dengan baik sampai Hendra beserta Dina pulang dari tempat kerja mereka masing-masing.

“Bagaimana Angga?” tanya Dina kepada Nisa yang berada di kamar Angga.

“Alhamdulillah Bu, Angga bayi yang sangat pintar dia jarang sekali menangis mengurus pun sangat mudah,” ucap Nisa.

“Iya Angga memang anak yang pintar dan jarang sekali rewel apa lagi sakit,” sahut Dina sembari melihat Angga yang tertidur di dalam kotak boxnya.

  Namun tidak sampai di sini saja Sundari masih akan meneror keluarga Hendra dengan di bantu sang kuntilanak.

Di malam harinya ketika semua orang telah tertidur dengan pulasnya. Nisa ingin pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Nisa yang tidur di kamar Angga pun membuka pintu secara perlahan-lahan agar Angga tidak terbangun karena terkejut.

Sesampainya di depan kamar Angga Nisa mulai berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.

Sesampainya di dapur Nisa melihat sosok seperti Sundari yang membelakanginya sedang berdiri di dapur tempatnya berada di dekat kompor untuk memasak.

Awalnya Nisa sangat santai sampai sempat menegur sosok yang dia lihat seperti Sundari dari arah belang.

“Belum tidur Bi Sun,” tegur Nisa kepada sosok mirip Sundari dari belakang.

Namun di saat Nisa menegur yang ia kira Sundari tidak menjawab pertanyaan Nisa.

Sosok itu mirip Sundari itu masih berdiam diri di dekat kompor. 

Nisa yang penasaran kepada sosok dilihatnya mirip Sundari pun mencoba mendatanginya ingin mengetahui apa yang sedang di lakukan Sundari malam-malam.

“Bi Sun sedang apa malam-malam di dapur,” ucap Nisa yang berjalan mendatangi sosok mirip Sundari itu.

Di saat Nisa mulai mendekat sosok yang dilihat dirinya menoleh ke arahnya.

Sinta yang terkejut pun berteriak dan lari melihat sosok itu.

Sosok itu ternyata kuntilanak yang menyamar menjadi Sundari berlari merangkak mengejar Nisa.

“Pak Hendra! Bu Dina, bangun Bu ada hantu!” teriak Nisa sembari mengedor pintu kamar Hendra.

Nisa yang mengedor sekuat tenaga sembari berteriak memanggil Hendra serta Dina pun akhirnya membangunkan merek berdua.

Hendra beserta Dina keluar dari kamar mereka.

“Ada apa Nisa?” tanya Hendra.

“Ada kuntilanak pak di dapur?” ucap Nisa dengan wajah yang sangat ketakutan.

“Mana ada kuntilanak di rumahku, ada-ada  saja kamu Nis,” ujar Hendra yang tidak percaya.

“Iya pak saya berani bersumpah, saya melihatnya tadi saya kira itu bi Sun ternyata saat menoleh wajahnya sangat seram sekali mulutnya lebar serta semua giginya runcing,” pungkas Nisa kepada Hendra.

“Ayo kita liat saja,” Ajak Hendra.

“Iya Mas, tadi aku juga melihatnya di kama,” celetuk Dina.

“Gak mungkin sayang rumah ini sudah kita tempati bertahun-tahun tidak pernah ada hal yang aneh-aneh,” pungkas Hendra.

“Ayo kita lihat saja kebenarannya,” sambung Hendra kembali. 

Mereka bertiga pun pergi ke dapur untuk melihat sosok kuntilanak itu yang di jelaskan oleh Nisa.

Sesampainya di sana mereka tidak melihat apa-apa.

“Tuh tidak ada apa-apa bukan!” Hendra yang menegaskan.

“Benar Pak saya melihatnya tadi di sana,” ujar Nisa yang menunjuk sosok kuntilanak itu berada.

Ceklek 

Suara pintu.

Sundari yang mendengar kegaduhan di dapur membuka pintu kamarnya lalu menanyakan apa yang terjadi.

“Ada apa Tuan dan Nyonya,” ucap Sundari berpura-pura tidak mengetahui apa-apa.

“Ini katanya Nisa dia melihat sosok kuntilanak yang menyerupai kamu Bi Sun,” ujar Hendra.

“Kuntilanak! Mana mungkin Tuan dan Nyonya jika memang ada di dapur ini orang yang pertama kali di ganggu adalah saya,” pungkas Sundari meyakinkan mereka berdua.

“Tuh benar apa kata Bi Sun, sudah lah tidak ada apa-apa di sini sebaiknya kita kembali ke kamar saja melanjutkan tidur,” Hendra yang kesal karena tidurnya terganggu oleh Nisa.

“Ayo sayang kita kembali ke kamar,” ajak Hendra kepada Dina.

Mereka pun kembali ke kamar mereka masing-masing.

 

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

💪💪💪

2023-02-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!