Di usir dari desa

Lambat laun usia kandungan Sundari kian membesar. Lasmi yang curiga kepada Sundari berulang kali menanyakan kepada Sundari.

Di siang itu Lasmi mulai menanyakan kepada Sundari.

“Ndari! siapa ayah dari bayi yang kamu kandung!” ucap Lasmi dengan tegas.

Sundari hanya terdiam dan menangis ketika Lasmi menanyakan hal tersebut, ia takut akan ancaman Hendra.

“Siapa Ndari! Kasih tahu nenek?” Lasmi yang mengulang pertanyaannya.

Sundari mulai membuka suara lalu memberi tahukan neneknya.

“A-anu Nek—“ ucap Sundari yang terhenti lalu menangis.

“Ayo Ndari, siapa yang melakukan hal ini kepada mu!” 

“Mas He-Hendra,” sahut Ndari sambil menangis.

Lasmi yang mengetahui hal tersebut sangat terkejut tidak kuasa menahan tangisnya.

“Ya Allah, Sundari kenapa bisa seperti ini apa yang kamu lakukan?”

“Dia memperkosa Ndari Nek. Ndari taki bisa melawannya, maafkan Ndari Nek,” ucap Sundari sampai bersungkur di kak Lasmi.

Mendengar ucapan dari Sundari Lasmi memeluk Sundari.

“Begitu jahatnya, memperlakukan kau seperti ini Ndari!” ucap Lasmi sembari memeluk Sundari.

Lasmi pun tidak bisa berbuat apa-apa di sisi lain Lasmi ingin mendatangi keluarga Hendra pak Gunawan namun Lasmi takut.

Mereka tidak akan percaya dengan ucapan Lasmi, keluarga pak Gunawan sendiri adalah keluarga yang terpandang.

Jadi pak Gunawan tidak akan percaya dengan ucapan Lasmi sementara Hendra di kenal di mensyarat desa orang yang baik-baik.

 Lasmi akhirnya mencoba menerima kenyataan pahit ini.

“Ya sudah Ndari, anak ini tidak bersalah sebaiknya kita rawat saja,” ucap Lasmi yang mengelus perut Sundari mencoba menenangkan dirinya.

Sundari hanya bisa menangis dan memeluk neneknya.

Semakin hari perut Sundari kian membesar hal itu membuat para warga curiga, apa lagi dengan postur tubuh Sundari yang sangat identik dengan wanita yang sedang hamil. 

Hingga salah satu tetangga mendatangi Sundari.

“Sundari.”

“Iya Bu, ada apa?”

“Kamu ... Hamil?” 

Ibu itu memegang perut Sundari yang membuncit serta keras itu, Ibu itu menatap sinis Sundari.

“Kamu hamil Sundari. Kenapa bisa bukankah kamu belum menikah,” ucap ibu itu.

Sundari tertunduk malu, menyimpan wajahnya di antara rambut panjangnya.

Kabar itu pun tersebar ke seluruh desa hingga banyak warga yang mencibirnya, Sundari yang malang dikucilkan orang-orang desa hingga dihina.

Kondisi Lasmi menjadi menurun saat mengetahui kehamilan Sundari, kondisinya diperburuk lagi oleh cibiran warga yang tanpa henti di arahkan kepada Lasmi dan juga Sundari.

Bahkan saat Sundari keluar dari rumah untuk membeli obat untuk Lasmi ia terus mendapatkan diskriminasi oleh warga desa, terkadang Sundari bisa tiba-tiba dilempari telur busuk serta batu oleh warga yang membencinya.

Hingga suatu hari kondisi Lasmi memburuk, Lasmi menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Sundari cucunya.

“Nek! Nek! Jangan tinggalkan Sundari Nek,” Sundari meraung mengaisi kepergian Lasmi.

Para tetangga yang mendengar tangisan Sundari pun berdatangan ke rumahnya.

“Lihatlah! Dia memang pembawa sial! Bahkan neneknya saja mati karenanya,” ucap salah satu warga.

Sundari menangis sejadi-jadinya dan berteriak kepada warga itu.

“Diam kalian!” 

“Kalian tidak tahu bagaimana perasaanku! Aku diperkosa! Apa kalian tahu itu!” ucap Sundari sambil menangis memeluk tubuh Lasmi yang sudah tidak bernyawa itu.

“Bagaimana perasaan kalian jika anak perempuan kalian bernasib sama sepertiku? Apa yang akan kalian lakukan? Apa kalian akan melakukan hal yang sama seperti kalian lakukan padaku?”

“Kenapa kalian diam? Jawab!,” bentak Sundari.

Tiba-tiba saja Hendra datang memecah kerumunan di rumah Sundari, dan mencecar Sundari dengan kata-kata provokasi.

“Pembohong! Mana mungkin itu terjadi kalau kamu tidak menggoda orang itu terlebih dahulu!” ucap Hendra.

“Kalian jangan percaya dengan wanita murahan ini! Dia telah menjadi aib desa kita, harusnya sedari awal dia kita usir dari desa ini!” sambung Hendra.

“Benar jangan sampai desa kita mendapat sial karena wanita ini!” sahut warga yang sudah terprovokasi.

Hendra menyeringai ke arah Sundari, para warga yang sudah terprovokasi menarik tubuh Sundari dan menyeretnya keluar rumah.

“Pak tolong lepaskan saya, biar saya memakamkan nenek saya dulu saya mohon,” ucap Sundari dengan tersedu.

“Aarrgggh! Tidak bisa! Kamu harus segera pergi! Lasmi biar kami yang urus!” sahut Hendra.

Sundari diarak keliling desa selanjutnya di bawa masuk ke dalam hutan dan ditinggalkan begitu saja.

Sundari meraung meratapi penderitaannya yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, ia berdiri dan berjalan tanpa tujuan.

Hingga ia menemukan seutas tali usang ia mengambil tali itu dan berjalan menuju sebuah pohon, Sundari berusaha naik ke pohon itu dengan perut besarnya ia naik ke dahan pohon yang tidak begitu tinggi. 

Ia mengikatkan tali yang biasa digunakan untuk mengikat sapi itu ke dahan. Lalu ia mengikatkan ujung tali yang lain ke lehernya.

 

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Jadi inget film Suzana yg mau bunuh diri gara2 hamil & di usir warga kampung

2023-02-25

0

Putri Minwa

Putri Minwa

Sundari mau bunuh diri ya

2023-02-05

0

jenny

jenny

astaga... Ndari, kenapa kamu nekad bunuh diri?

2023-01-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!