Malam yang kelabu

.

Sundari mencoba melawan, mendorong tubuh Hendra.

“Mas! Hendra jangan!” Pekik Sundari.

“Diam!” ancam Hendra sambil berusaha membuka baju Sundari.

Sundari memegangi baju yang ia kenakan.

Namun Hendra sudah di kuasai oleh hawa nafsunya, Hendra memaksa Sundari untuk melepaskan bajunya.

“Lepaskan bajumu Sundari!” ucap Hendra yang tidak kuasa menahan nafsunya.

“Jangan Mas Hendra, Ndari mohon jangan lakukan itu,” ucap dari sambil menangis.

Hendra tidak memedulikan rintihan Sundari yang memohon dan juga tangisan dirinya.

Hendra mulai menciumi leher Sundari dengan bringas bahkan hembusan nafas penuh nafsunya itu menggema. Sundari pun sesekali mendorong tubuh Hendra.

Perlawanan Sundari saat itu hannya sia-sia, Hendra yang menjadi beringas berhasil menarik paksa baju yang di kenakan Sundari, hingga lengan baju yang Sundari kenakan sobek.

Terlihat selintas tubuh putih dan mulus Sundari yang membuat Hendra menjadi semakin gelap mata.

Hingga Hendra menjatuhkan tubuh Sundari ke lantai, dan memposisikan tubuhnya di atas Sundari.

Sundari meronta menangis, bahkan menjerit namun yang ia lakukan hannyalah sia-sia tidak ada satu orang pun yang mendengar jeritan Sundari.

Hendra mencoba melucuti pakaikan yang di pakai Sundari hingga baju dalam yang Sundari kenakan.

Melihat lekukkan tubuh Sundari membuat nafsu Hendra semakin memuncak.

Dengan tergesa-gesa Hendra mulai membuka ikat pinggang yang ia kenakan barulah celananya.

Hendra mulai menikmati tubuh Sundari, Sundari yang tidak bisa melawan lagi hanya bisa menangis saat Hendra menikmati tubuhnya. 

Saat itu dunia terasa hancur bagi Sundari kehormatan yang ia pertahankan di renggut paksa oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab tangis dan jeritannya tiada arti.

Setelah Hendra sudah puas menikmati tubuh Sundari dan melewati klimaksnya, Hendra pun memasang kembali celananya meninggalkan Sundari begitu saja di lantai yang saat itu menangis tersedu tanpa mengenakan helelai benang pun.

Hendra merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang.

“Ini untukmu! Jangan pernah bicara kepada siapa pun, jika tidak aku bisa saja membunuhmu dan nenekmu jika rahasia ini sampai kau bocorkan!” ancam Hendra dengan tegas.

Hendra pun pergi meninggalkan Sundari sendiri di gudang itu.

Malam ini merupakan malam kelabu untuk Sundari, ia tidak menyangka dirinya akan di perlakukan seperti ini oleh Hendra.

“Maafkan Ndari nek! Maafkan Ndari!” ucapnya sambil menangis Histeris.

“Ndari sudah kotor! Ndari tidak bisa menjaga kehormatan Ndari.”

Sundari menangis, sambil memukul-mukul tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Raungan dari tangis Sundari memecah keheningan dari perkebunan tersebut, ia mencoba memasang kembali seluruh pakaiannya.

Dengan tangan yang gemetar Sundari meraih uang yang di lemparkan Hendra. Sundari terpaksa mengambil uang itu dengan menangis dirinya merasa sangat hina, namun Sundari teringat akan neneknya yang sakit di rumah.

Sundari mulai berjalan tertatih melewati perkebunan teh yang gelap sambil menahan perih di organ intimnya itu, matanya sembab dan rambutnya pun berantakkan Sundari menatap kosong sambil berjalan menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah Sundari langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang kotor bercak darah yang menempel di celanya Sundari taruh di ember tempat pakaian kotor.

Sundari menyiram-nyiramkan air ke tubuhnya sembari menangis mengingat kejadian pahit itu, berulang-ulang kali Sundari menggosok tubuhnya yang menurutnya sangat kotor.

Setelah selesai Sundari mulai mendatangi neneknya, mengambilkan neneknya segelas air putih dan obat yang di belikan oleh Hendra.

“Nek, minum obatnya dulu,” ucap Sundari membagunkan neneknya mencoba untuk tenang agar neneknya tidak mencurigai dirinya.

“Kamu dapat uang untuk beli obat Nenek ini dari mana Ndari?” tanya Lasmi

“I-itu tadi Ndari ke rumah pak Gunawan meminjam uang untuk beli obat,” ucap Sundari.

“Maafkan Nenek Ndari, Nenek hanya bisa menjadi beban hidupmu saja.”

“Jangan bicara seperti itu Nek, hanya Nenek yang sekarang Ndari punya dalam hidup Ndari,” sahut Sundari memeluk Lasmi sembari menangis.

“Sudah jangan menangis cah ayu,” Lasmi yang mengusap air mata Sundari. 

Sundari tersenyum, mendengar ucapan dan tindakan Lasmi kepada dirinya.

“Ndari, rambutmu basah? Apa kamu habis mandi?” tanya Lasmi.

“Iya Nek, tadi di waktu mau pulang Ndari kehujanan,” sahutnya yang berbohong. 

Malam semakin Larut Sundari beserta Lasmi pun mulai tertidur, Sundari mencoba menenangkan dirinya, ia tidak mau jika Lasmi tahu akan hal ini.

Sundari takut, jika Lasmi tahu akan membuat diri Lasmi semakin drop.

Keesokan paginya Lasmi sudah mulai pulih dari sakitnya kali ini Lasmi tidak di perbolehkan Sundari ke bekerja melihat kondisi Lasmi yang baru saja sembuh dari sakit.

“Ndari pamit pergi ke perkebunan dulu Nek! Nenek di rumah saja istirahat,” ucap Sundari mencium punggung tangan neneknya.

Sundari pun keluar dari rumah berjalan menuju perkebunan teh untuk bekerja.

Sementara itu Lasmi yang tidak biasa berdiam diri di rumah ia berinisiatif ingin mencuci baju kotor yang ada di ember dalam kamar mandi.

Lasmi mulai mengambil baju kotor tersebut dari ember ia melihat bercak darah dari celana Sundari.  

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

aduh kasihan sekali Sundari

2023-02-05

0

Siti Alfiah

Siti Alfiah

sabar ya sundari insyaallah suatu saat ada balasan orang yg tekah berbuat buruk padamu,karma tdk secepat membalikan telapak tangan.lanjut thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.

2023-01-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!