Melihat Devan memakai baju training, Aisha buru-buru mengganti bajunya dan mengejarnya.
"Om, mau kemana?" tanya Aisha mengetahui Devan sepertinya mau lari pagi.
"Aku mau lari pagi." jawan Devan.
"Aku mau ikut," ujar Aisha.
"Nanti kau akan bosan."
"Tidak. Aku tidak akan bosan. Boleh ya ikut, Om. Please!" mohon istrinya.
Devan nampak berfikir. Dia juga melihat Aisha sudah berganti dengan baju training yang super seksi. Bagian perutnya terlihat. Devan hanya menelan salivanya.
"Baiklah, Kau boleh ikut!"
"Terimakasih, Om!" senang Aisha.
Aisha menaiki mobil suaminya, dengan perlahan mobil Devan keluar dari halaman rumahnya melewati pintu gerbang. Seorang security membukakan pintu gerbang tersebut.
"Mau lari pagi ya, Pak!" tanya security.
"Iya," jawab Devan.
Bergegas security itu membukakan pintu gerbangnya. Setelah mobil Devan keluar, pintu gerbang kembali ditutup.
Mereka terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian Aisha membuka percakapan, sambil tersenyum manis ke arah suaminya.
"Om, kok tumben lari pagi?" tanya Aisha.
"Aku biasa kok lari pagi," jawabnya santai.
"Kita mau lari pagi ke mana, Om?"
"Kita ke taman aja," jawab Suaminya.
"Memangnya di sana rame, Om?"
"Lumayan,"
Devan memarkirkan mobilnya, kemudian mengajak Aisha turun. Kini sikap suaminya agak lebih cair, dari pada awal pertama bertemu. Saat Aisha bertanya pun, Devan mau menjawabnya.
"Kamu mau duduk di taman atau ikut aku lari keliling taman?" tanya Devan pada Aisha.
"Lari dong, Om,"
"Baiklah, Ayo kita lari!" ajaknya.
"Tunggu dulu dong, Om!" Aisha mencekal lengan suaminya.
"Apa?"
"Ayo kita berlomba!"
Devan menautkan kedua alisnya. Kemudian dia tersenyum mengejek.
Anak kecil kok nantang saya!
"Berani nggak, Om!" Aisha semakin berani menatap suaminya.
"Boleh. Jika menang dapat apa?"
"Kalau menang, yang kalah harus menuruti tiga permintaan yang menang," jawab Aisha mantap.
"Oke. Aku setuju!" jawab Devan dengan pasti. Kenapa harus takut, hanya sama gadis kemarin sore.
Aisha tersenyum smirik. Di hitungan ke tiga, mereka berlari saling mengejar. Meskipun Aisha seorang perempuan, ternyata larinya sangat cepat. Tentu larinya cepat, waktu SMP dan SMA, dia terpilih menjadi juara lari tingkat nasional.
Devan begitu terkejut melihat kemampuan istrinya berlari. Benar-benar sangat cepat.
Devan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Ternyata kecepatan dia berlari ada yang mampu menandinginya, dan dia kalah dari Aisha. Benar-benar tidak bisa dipercaya.
"Om, kalah. Om harus menuruti tiga permintaan ku!"
"Oke. Katakan kau mau apa?"
Aisha terkekeh, "Tidak sekarang." dia berlalu pergi meninggalkan Devan yang masih terpaku di tempatnya berdiri.
"Ayo katakan padaku. Aku tidak mau berhutang pada seseorang!" ujarnya.
"Sudah aku bilang nanti saja!" gelak Aisha begitu bahagia bisa mengerjai suaminya, "Sekarang, aku lapar. Aku mau cari makan!"
Aisha menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia baru tau kalau taman dekat rumah suaminya banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya. Dan semua makanan di sana enak-enak.
Aisha yang memang bukan pemilih makanan, apapun yang menurutnya enak dan bersih dia akan memakannya. Berbeda dengan Devan, dia tidak pernah jajan sembarangan, apalagi jajanan kaki lima. Sama sekali dia tidak pernah menyentuhnya.
"Om, aku mau beli ketoprak!" pinta Aisha.
"Aku nggak mau jajan di pinggir jalan. Nggak sehat!" ujarnya.
"Tapi aku lapar, Om. Kalau nunggu sampai rumah, aku bisa mati kelaparan!"
"Tetap itu nggak sehat. Aku nggak mau jajan di sana!"
"Terserah, Om. Aku lapar. Aku mau makan!"
Aisha berjalan mendekat ke arah pedagang yang menjual ketoprak. Kemudian memesan satu porsi ketoprak super pedas untuk dirinya.
"Bang, Satu porsi ya. Pake telor ceplok, banyakin timunnya dan sambal kacangnya. Kerupuknya juga dibanyakin!"
"Siap, Neng." ucap penjual itu.
_____
_____
"Maaf, Mas. Saya boleh duduk disini? Semua tempat penuh!" ucap Aisha pada seorang pemuda yang sedang menyantap ketopraknya.
Pemuda berkacamata itu menoleh ke arah Aisha, kemudian dia mengulas senyum. Mempersilahkan wanita cantik itu untuk duduk disampingnya.
"Boleh. Silahkan saja, Mba!" pemuda itu tentu sangat senang didekati oleh seorang wanita yang super cantik dan seksi.
"Terimakasih banyak,"
Aisha duduk disebelah pemuda itu. Aisha mengulas senyum manis. Bahkan terbilang luar biasa manis. Sesekali mereka berbincang hangat, kemudian tertawa. Aisha tidak memperdulikan suaminya yang masih berdiri di sana.
Pesanan ketoprak Aisha sudah datang. Kemudian Aisha segera menyantapnya. Rasanya tidak kalah enak dengan makanan restoran, dia sangat menikmatinya.
Melihat itu hati Devan memanas, dia tidak suka istrinya duduk bersebelahan dengan pemuda itu. Apalagi mengobrol sok akrab, Devan benar-benar jengkel. Dia langsung mendekat ke arah mereka, duduk ditengah-tengah keduanya yang sedang asyik mengobrol.
"Ih, Om, apaan sih?" tanya Aisha sewot sambil menggeser tubuhnya.
"Nggak baik kamu bicara sama pria kayak gitu!"
"Lho, kenapa?"
"Pokoknya nggak boleh!" tegas Devan menatap tajam ke arah istrinya.
Pemuda berkacamata itu langsung berdiri dari tempat duduknya. Dia sedikit terganggu dengan apa yang dilakukan oleh Devan, yang tiba-tiba datang diantara dirinya dan wanita cantik itu. Pasalnya mereka sedang asyik mengobrol.
Aisha memang sengaja melakukan itu, dia ingin tau apakah suaminya cemburu melihat dirinya ngobrol dengan pria lain.
"Om apa-apaan sih? Emangnya Om siapa sih?" sewot pemuda berkacamata itu.
"Kenapa? Kamu nggak suka!" Devan menatapnya tajam.
"Om, sudah. Aku mau makan!" ucap Aisha menengahi. Di dalam hatinya dia begitu bahagia, dia serasa diperebutkan dua cowok.
"Aku juga mau makan," ujarnya.
"Tapi, Om bilang tidak mau,"
"Suka-suka aku dong. Sekarang aku mau makan!" ujarnya menarik piring ketoprak milik Aisha.
Aisha menoleh ke arah pemuda itu, dan dia meminta maaf atas keributan yang telah terjadi. Dengan hati yang tulus dia benar-benar meminta maaf kepada pemuda itu.
Setelah membayar makanannya akhirnya pemuda itu pun pergi dari sana.
Dengan santai Devan memakan makanan yang tadi Aisha pesan. Meskipun kepedesan, Devan tidak mau berhenti untuk memakannya. Dia sengaja melakukan itu, dia ingin mengerjai istrinya. Dengan memakan makanan milik istrinya, dia berharap kalau sang istri marah dan jengkel.
"Huuuuuuuu, pedas!" satu botol air mineral ia habiskan.
"Astaga. Sudah tau pedas kenapa dimakan juga?" sewot Aisha, "Ini minum lagi!" Aisha menyodorkan satu botol air mineral lagi di depan suaminya.
"Kenapa kau pesan makanan sepedas itu?" sewot Devan.
"Loh, itu memang seleraku. Aku sudah biasa makan ketoprak dengan rasa yang sangat pedas, bahkan bisa lebih pedas dari ini!" ucap Aisha.
"Apa?"
...°°°°®®®°°°°...
Gara-gara makan ketoprak pedas, Devan terus saja bolak-balik ke kamar mandi. Aisha jadi tidak tega melihat suaminya seperti itu.
"Om, nggak apa-apa kan?" tanya Aisha khawatir.
"Perutku mulas sekali. Semua ini gara-gara kau!" Devan menyalahkan Aisha.
"Kok gara-gara aku?"
"Jelas gara-gara kau. Kau sengaja ingin mengerjai ku kan?"
"Ih, Om, bawaannya su'udzon melulu!" manyun Aisha.
"Aduh, duh. Sakit banget!" Devan buru-buru ke toilet lagi, perutnya terasa mulas kembali.
Aisha mendengus kesal. Mau ia biarkan saja, takut terjadi sesuatu dengan suaminya. Dia juga takut dosa. Akhirnya dia turun ke bawah. Bertanya pada Pak Mun, obat yang cocok untuk sakit mencret suaminya.
"Pak Mun, Ada obat mencret nggak?" tanya Aisha pada Pak Mun.
"Hah, Siapa yang mencret, Nyonya?"
"Suamiku," kekeh Aisha.
"Tuan Devan yang mencret. Kok bisa?"
Aisha pun menceritakan semuanya. Selesai Aisha bercerita, Pak Mun terkekeh. Bagaimana bisa sikap Tuannya begitu konyol. Sudah tau dia tidak pernah makan pedas, kenapa juga Ia memaksa memakannya.
"Ini Nyonya. Berikan air perasan kunyit dan madu untuk Tuan. Tuan tidak pernah minum obat, karena jujur dia takut minum obat, Nyonya," jelas Pak Mun.
"Apa? Takut minum obat? Serius, Pak Mun?"
"Iya, Nyonya. Tuan paling takut minum obat. Karena itu dia paling susah pergi ke dokter,"
"Oh, aku tidak percaya ini. Om Devan takut minum obat," batin Aisha terkekeh geli.
Bergegas Aisha naik ke lantai dua, ke kamar suaminya. Perlahan ia masuk ke kamar suaminya. Nampak suaminya sedang rebahan di kasur.
"Om, minum ini ya! Kata Pak Mun, ini baik untuk sakit mulas, Om!"
Devan menoleh ke arah Aisha, dia menatap ke arah sendok yang disodorkan istrinya.
"Apa itu? Aku nggak mau!" Devan menolak Obat itu.
"Ih, Om. Ini obat herbal. Ayo minum!"
"Aku nggak mau. Kamu mau racunin aku ya!"
"Ih, Om. Kayak wanita hamil aja. Bawaannya sensitif mulu. Sumpah, ini obat herbal. Ini baik buat menghilangkan rasa mulas diperut, Om!"
"Oke. Aku akan minum. Tapi awas jika kamu bohong!"
"Nggak. Cepet minum. Jangan bawel kayak nenek-nenek!"
Devan pun meminumnya. Tiga puluh menit kemudian, perutnya memang sedikit enakkan. Mulasnya sudah tidak terasa.
Aisha kembali membawa teh hitam pekat. Kata Pak Mun bagus untuk diare. Pak Mun juga membuatkan bubur ayam dengan toping telur rebus. Telur rebus bagus untuk orang yang terkena diare.
"Makan ya, Om. Aku tahu perut Om pasti kosong! Ayo, Om!"
"Aaaaaaaaaaaa!"
Dengan telaten Aisha menyuapkan sesuap demi sesuap, hingga bubur itu tandas tanpa sisa.
"Terimakasih," ucap Devan.
Aisha tersenyum, "Sama-sama. Sekarang Om istirahat saja. Aku tau pasti Om lemes!"
Aisha beranjak dari tempat tidur Devan, dia berniat ingin meninggalkan suaminya supaya bisa beristirahat. Devan mencekal lengan istrinya, agar dia bisa menemaninya sebentar. Yah, hanya sebentar.
"Tunggu. Temani aku sebentar!" ucapnya.
"Baiklah," Aisha mengurungkan niatnya untuk pergi, dia pun duduk kembali di tempat tidur suaminya, menunggui suaminya hingga terlelap.
Aisha memandangi wajah tampan suaminya. Walau sudah terlihat guratan halus di wajah suaminya, namun pesona suaminya masih terlihat dengan jelas. Dia tampan, dingin, dan berkharisma. Itulah kenapa Aisha begitu mencintai suaminya.
To be continued ...
Jangan lupa komen dan likenya...
Salam hangat dari Author ...
Muuuuuuuuaaaaaaaccccchhhhhh ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Fang
Buat Devan bucin pokoknya, gemes aku
2023-01-22
0
Fang
seruuuuuuu
2023-01-22
0
Mulan Jameela
betul sekali Kak, buat Devan bucin sama Aisha.....
2023-01-22
0