"Sekarang Lo jalannya yang bener. Jangan ngangkang kayak gitu!" seru Clara pada Aisha.
"Begini," Aisha merapatkan langkah kakinya, kini dia berjalan dengan anggun.
"Ingat ya, seorang wanita feminim itu, jalannya harus anggun di depan pria. Ingat ya itu?"
"Oke." Aish mengacungkan jempolnya.
Setelah dari rumah Clara, Aisha langsung pulang. Tubuhnya terasa sangat lelah dan letih. Belum pernah dia merasakan rasa lelah yang seperti itu.
Sampai di rumah, Pak Mun menyambut kedatangan Nyonya nya dengan kagum.
"Selamat sore, Pak Mun!"
"Sore, Nyonya. Anda cantik sekali!" puji Pak Mun.
"Benarkah aku cantik?"
"Iya, Nyonya. Anda luar biasa cantik. Tuan sangat beruntung mendapatkan istri seperti Anda!"
"Apakah suamiku akan menyukai dandanan ku yang sekarang?"
"Tentu. Tuan pasti sangat menyukainya," jawab Pak Mun.
Aisha mengulas senyum, "Apakah suamiku sudah pulang?"
"Sudah, Nyonya. Sekarang Tuan ada di kamar,"
"Baiklah. Aku ke atas dulu!"
Hatinya begitu bahagia karena sebentar lagi Devan akan melihat penampilannya sekarang. Dan dia mendatangi kamar suaminya. Celah pintu kamar suaminya terbuka sedikit. Bukannya Aisha mau menguping, dia tidak sengaja mendengar percakapannya dengan Sofia, mantan istri suaminya.
Rasanya sangat sakit saat suami sendiri memanggil sayang pada wanita lain. Yah meskipun wanita itu mantan, tapi jika suaminya terus memberikan harapan pada mantannya, tidak menutup kemungkinan kan mereka akan benar-benar rujuk.
Aisha menghembuskan nafasnya panjang. Dia kira setelah ini, suaminya akan langsung jatuh cinta padanya. Ternyata jalannya masih sangat panjang. Dia mendengus kesal.
Aisha pun masuk ke kamarnya, dan menutup pintu kamarnya dengan sedikit keras, sehingga mengeluarkan bunyi yang keras dan sukses membuat Devan terkejut.
Aisha berendam di bathtub, masih dengan memakai pakaiannya. Kemudian dia menenggelamkan kepalanya di bathtub yang airnya penuh. Sesekali muncul untuk mengambil nafas dan tenggelam lagi. Seperti itu terus, ia lakukan berulang-ulang.
Hampir satu jam dia berendam di bathtub. Hingga suara ketukan membuatnya tersadar kalau dirinya masih berada di dalam bathtub yang berisi penuh air.
Aisha bergegas meraih jubah mandinya. Melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
Saat keluar dari kamar mandi, dia begitu terkejut mendapati suaminya sudah berada di kamar. Tatapan mereka bertemu. Aish langsung salah tingkah.
"Apa yang Om lakukan disini?" tanya Aisha tergagap.
"Aku mendengar ada seseorang membanting pintu kamar. Aku khawatir dan aku langsung masuk ke sini!"
Aisha mengulas senyum tipis, "Maaf, Om. Aku nggak sengaja. Sekarang bisakah Om keluar dari kamarku!" pinta Aisha.
Aku jadi penasaran ingin menggodanya. Apakah dia benar-benar tidak menyukai cewek seksi, cantik dan tentunya masih muda seperti aku.
"Baiklah. Aku tunggu kau di meja makan!" ucap Devan hendak meraih gagang pintu.
"Auw," Aisha sengaja menjatuhkan dirinya ke lantai, agar seolah-olah dia jatuh terpeleset. Dan dia ingin suaminya menolongnya.
Dengan sigap Devan meraih tangan istrinya untuk berdiri, tapi Aisha mengaduh kesakitan. Katanya kakinya sedikit terkilir. Terpaksa Devan membopong tubuh istrinya ke tempat tidur.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Devan cemas.
"Sakiiiiit," Aisha menunjuk pergelangan kakinya.
"Tunggu," Devan nampak mengambil sesuatu di kotak P3K. Dia mengambil salep, dan mengoleskannya di pergelangan kaki istrinya.
Aisha bisa melihat wajah suaminya dari jarak yang sangat dekat. Bahkan dia bisa merasakan hembusan nafasnya di sekujur kulitnya.
Aisha meletakkan tangannya di dada bidang Devan yang terbuka. Membuat gerakan kecil, dan bermain-main di sana. Aisha memberikan godaan kecil kepada pria yang selalu menunjukkan ekspresi dingin kepadanya.
Devan tau kalau kucing liarnya sedang berusaha untuk menggodanya. Namun dia berusaha untuk menahan diri sekuatnya.
"Aisha!" Devan menarik tangannya, dia tidak boleh tergoda dengan gadis belia di depannya.
Saat Devan hendak berdiri, Aisha sengaja menarik baju Devan. Membuat tubuh pria itu limbung, dan terjatuh menindih tubuh Aisha. Jarak wajah mereka sangat dekat, hingga beberapa centi saja mereka hampir bersentuhan.
"Aku punya batas kesabaran!" ujar Devan.
"Lalu, apakah kau terangsang?" goda Aisha mengerling nakal.
Bukannya Aisha tidak punya alasan menjadi lebih agresif sekarang. Clara bilang, pria itu sangat menyukai wanita yang agresif dan genit. Terutama pada suaminya. Makanya Aisha akan menunjukkan kemampuannya sebagai seorang istri.
Aisha menggerakkan tangannya menuju bagian pusaka suaminya. Dia begitu terkejut, Ia terus menatap ke bawah.
Apa yang barusan aku sentuh?
Kenapa bentuknya panjang dan keras?
Kenapa juga terasa sangat besar?
"Kenapa terkejut begitu? Bukankah wanita suka yang besar dan panjang?" goda Devan.
"Hah," Aisha panik. Dia langsung mendorong tubuh suaminya supaya menyingkir dari atasnya. Namun semuanya sia-sia. Tenaga Devan begitu kuat.
"Kenapa? Sepertinya kau panik?"
"Hah, Minggir Om!" Aisha berusaha keras mendorong tubuh suaminya yang begitu besar dan kuat.
"Kenapa? Bukankah kita pernah melakukan itu? Kau bilang kepadaku kalau di hotel, kita menghabiskan malam bersama. Kau ingat?" goda Devan sambil tersenyum smirik.
"Bukankah Om sudah tau. Kalau Aku memang menjebak Om. Om tidak perlu mengungkitnya lagi!" Aisha mengerucutkan bibirnya.
"Dasar kucing liar! Kau ini memang benar-benar nakal sekali! Kenapa kau tega melakukan itu?"
"Karena aku cinta sama Om," lirih Aisha.
Devan terkekeh, "Bagaimana kau bisa mencintai pria tua sepertiku?"
"Aku tidak tahu. Perasaan itu tiba-tiba datang. Dan aku tidak mampu untuk menepisnya!" lirih Aisha.
Devan kembali tergelak, "Jadi kau siap menjadi istriku seutuhnya?" tanya Devan.
Manik Aisha membola, dia bingung harus menjawab apa. Sekarang kah saatnya dia menyerahkan mahkotanya yang sangat berharga untuk suaminya, tapi memang itu adalah hak suaminya. Dan dia wajib memberikannya pada sang suami. Tapi sebelum dia menyerahkan miliknya yang paling berharga, tidak ada salahnya kan jika dia ingin memastikan perasaan suaminya.
Untuk apa menikah jika pasangan sama sekali tidak menginginkannya. Dia bersedia untuk mundur, tapi memilih waktu yang tepat untuk mundur.
Devan menarik tangan istrinya ke atas kepala. Menahannya dengan satu tangan, membuat wanita itu tidak bisa bergerak. Devan tersenyum, senyuman dengan maksud tertentu. Aisha jadi gugup.
"Om mau apa?"
"Kenapa gugup? Ini wajar dilakukan oleh suami istri!" kekeh Devan.
"Dasar mesum. Sana minggir, Om!"
"Kau duluan yang menggodaku!"
Devan mendekatkan wajahnya ke wajah Aisha, membuat wanita itu memejamkan matanya dengan erat. Tak seperti dalam bayangan, Devan hanya memberikan kecupan kecil pada kening istrinya. Lalu, melepaskan kedua tangan Aisha.
"Hah," Aisha membuka matanya, dia mendapati suaminya tersenyum geli.
"Kau pikir aku akan benar-benar melakukannya?" kekehnya.
"Ih, dasar Om nyebelin!" Aisha memonyongkan bibirnya.
"Ternyata Kau juga mesum!" Devan menyentil dahi Aisha.
"Auw, sakit, Om!" pekik gadis itu.
"Dasar kucing liar! Cepat pakai bajumu, aku tunggu kau dibawah untuk makan malam!"
Devan keluar dari kamar Aisha, hingga pria bertubuh besar itu tidak terlihat lagi. Bergegas Aisha menutup pintunya, tentu saja dengan wajah yang memerah menahan malu.
Astaga, kenapa jantungku berdetak kencang sekali!
Devan mulai nyaman dengan kedatangan Aisha di rumahnya. Dia pikir setelah kedatangan Sofia ke kehidupannya, hatinya akan sama seperti dulu, menerima Sofia. Namun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dia masih teringat dengan jelas bagaimana Sofia mengkhianati pernikahannya.
Ciuman-ciuman panas yang diberikan Sofia sama sekali tidak berpengaruh apa-apa dalam dirinya. Semuanya sudah berubah, Devan tidak merasakan cinta yang menggebu-gebu dalam hatinya.
Berbeda jika dia berdekatan dengan kucing liar itu. Jujur jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Seakan-akan nafasnya akan berhenti.
Mengingat kejadian barusan, Devan tersenyum sendiri. Dan itu membuat Pak Mun heran, dan ingin segera bertanya. Namun segera ia urungkan melihat nyonya kecil sudah datang menuruni tangga dan duduk di depan Devan langsung.
Mata Devan terbelalak melihat penampilan istrinya sekarang. Aisha sekarang memakai dress selutut berwarna ungu, sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan bersih. Devan tidak berhenti menatap ke arah istrinya yang begitu cantik memukau. Dia terlihat dewasa dengan berpenampilan seperti itu.
Pak Mun mengerti kenapa Tuannya senyum-senyum sendiri sedari tadi. Ternyata alasannya berkat nyonya kecil yang berhasil membuat Devan menyunggingkan senyum setelah sekian lama.
"Malam, Om. Maaf aku lama!" ujarnya. Kemudian dengan sigap Aisha mengambil piring suaminya, menyendokkan nasi, sayur dan lauk ke piring suaminya.
"Ini, Om. Silahkan makan!" ucap Aisha.
"Terimakasih, " ujarnya gugup.
Aisha tersenyum puas. Sepertinya ide sahabatnya sangat sukses. Nyatanya sang suami tidak berhenti mencuri-curi pandang ke arahnya. Aisha sih seneng-seneng aja diliatin seperti itu.
Wkwkwkwkwkwk....
To be continued....
Bantu like dan komentar yuk. Biar author kesayangan bisa semangat dalam berkarya ....
Terimakasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Lailatul Istiqomah Istiq
waah seru...jdi pngn tau kelanjutannya nih thoor ...semangat nulisnya Thor 🥰
2023-06-12
0
Cahyaning Fitri
terima kasih
2023-01-17
0
🥀⃞Weny🅠🅛
lanjut up lagi dong thor n semangat thor
2023-01-16
0