Bab 3 : Opa Masuk RS

"Apa, Mih? Opa masuk Rumah Sakit?"

"Iya, Nak. Mamih sama Oma mau ke Rumah Sakit. Nanti kamu nyusul ya?"

"Iya, Mih. Aish langsung ke Rumah Sakit ya, Mih!"

"Iya, Nak. Kita ketemu di Rumah Sakit aja!"

"Iya, Mih."

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Tut ... Tut ... Tut

Aisha termenung di dekat jendela. Saat suaminya masuk ke kamar, buru-buru dia menyimpan ponselnya. Dia memaksakan diri untuk tersenyum.

"Aku mau pergi. Jika kau butuh sesuatu kau panggil pelayan!" ucap Devan pada istrinya.

"Om, mau kemana?"

"Aku mau menjemput Sofia di Bandara."

Aish menautkan kedua alisnya, "Siapa Sofia?"

Kemudian Devan menatapnya lekat, "Sofia adalah mantan istriku. Dia baru datang ke Indonesia dan rencananya aku akan menjemputnya di Bandara!" jelas Devan.

Huft ....

Aisha hanya menghela nafasnya panjang. Apakah suaminya tidak memikirkan perasaannya. Apakah dia akan terang-terangan berhubungan dengan mantan istrinya.

"Baik." hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Aisha, "Oya, Om. Bolehkah aku meminjam mobil atau motor?"

"Mau kemana?"

"Aku ... !"

Tiba-tiba saja telfon suaminya berdering nyaring, Devan memberi kode agar Aisha diam tidak bersuara.

"Iya, sebentar lagi aku ke Bandara. Ini aku lagi siap-siap!"

"Iya, Sayang. Kau tenang saja, aku pasti sampai sebelum kau sampai!"

Devan mengakhiri panggilannya dengan seseorang. Kemudian dia berpamitan pada istrinya, Aish menahan tangan Dev. Dia menatap lekat manik itu.

"Bolehkah aku pinjam mobil atau motornya?" tanya Aisha sekali lagi.

"Kau pakai saja yang kau mau. Kuncinya bisa kau tanyakan ke Pak Mun, kepala pelayan!"

"Terimakasih, Om!"

"Aku pergi dulu!"

Devan keluar dari kamar Aisha, buru-buru dia meraih kunci mobil dan pergi entah kemana. Aish nggak perduli. Dia benar-benar sangat kesal dan kecewa dengan sikap suaminya. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau Opa-nya masuk ke RS. Belum juga ngomong, Devan keburu pergi.

"Bodo amatlah!"

Aisha meminta kunci mobil dari Pak Mun. Kebetulan Pak Mun sedang mengawasi pelayan lain bekerja. Saat melihat kedatangan Aish, dia langsung menundukkan kepalanya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"

"Pak Mun, Anda tidak perlu menunduk seperti itu."

"Tapi itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai pelayan," jawabnya.

"Tapi Anda orang tua. Tidak pantas jika harus menunduk di depan yang lebih muda,"

Jawaban Aisha membuat Pak Mun tersenyum. Ternyata di zaman modern seperti ini masih ada gadis yang memiliki sopan santun. Pasti kedua orang tuanya bangga karena berhasil mendidik dan mengajarkan arti sopan santun kepada anaknya.

"Meskipun saya orang tua, saya tetaplah seorang pelayan, Nyonya!" jawab Pak Mun.

"Mungkin orang lain iya. Tapi saya tidak. Pak Mun memang pelayan, tapi pelayan juga manusia yang pantas dihormati dan dihargai!"

Pak Mun kalah telak, dia tidak bisa menjelaskan apapun. Apa yang dikatakan istri kecil dari majikannya benar-benar sangat logis dan menjunjung tinggi martabat manusia, termasuk manusia rendahan seperti dirinya. Pak Mun tersenyum.

"Baiklah,"

"Mulai sekarang kalau di depan saya, Pak Mun bersikap seperti biasa saja. Tidak perlu menundukkan kepala!"

"Baik."

"Oya, Saya mau pinjam mobil warna merah. Saya sudah minta izin pada Om Devan. Ehm, bisa minta tolong ambilkan kuncinya?"

"Oh, Nyonya mau pergi?"

"Iya. Saya mau ke Rumah Sakit. Opa saya sakit!"

"Baik, Saya ambilkan!"

Pak Mun mengambilkan kunci mobil di ruang kerja Devan. Pria itu sudah cukup lama ikut dengan Devan, sehingga dia tahu betul dimana letak barang-barang penting milik tuannya.

"Ini, Nyonya!" Pak menyerahkan kunci tersebut ke tangan Aisha.

"Terimakasih."

"Nyonya tidak perlu berterimakasih. Mobil Tuan kan juga mobil Nyonya!"

Aisha menatap sendu.

"Saya pergi dulu, Pak Mun! Assalamualaikum!" pamitnya.

"Walaikumsalam! Semoga Opa Nyonya lekas sembuh!"

"Amin. Terimakasih banyak!"

Pak Mun menatap nanar gadis belia yang sekarang menjadi istri Bos-nya. Dia sedikit curiga. Melihat raut muka gadis itu, dia nampak sedih. Tapi Pak Mun berusaha untuk menepis pikiran itu. Dia hanyalah seorang kepala pelayan, mana berani dia mengomentari atau memberikan nasehat. Pak Mun pun kembali dengan mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda.

____

____

Aisha berlarian di koridor Rumah Sakit menuju ruang ICU. Di sana sudah banyak orang yang menunggu, termasuk Papih dan Mamihnya.

"Pih, Mih, Oma!" panggil Aisha. Semua orang yang menunggu di depan ruangan ICU menoleh ke arah suara Aisha.

"Aisha!" Oma Sarah memeluk cucu kesayangannya. Dia menangis sesenggukan di dalam dekapan sang cucu.

"Sabar ya, Oma. Aish yakin kok, Opa pasti sembuh!" ucap Aish berusaha untuk memenangkan Oma-nya.

"Iya, Sayang. Semoga Opa lekas sembuh!"

Satu jam menunggu akhirnya Dokter keluar dari ruangan ICU. Dokter mengatakan kalau Opa mengalami pembengkakan jantung dan harus di operasi. Namun kendalanya adalah usia Opa yang sudah tua, Dokter tidak berani untuk mengambil tindakan operasi. Mengingat peralatan medis di Rumah Sakit itu tidak secanggih di luar negeri. Dokter pun menyarankan keluarga pasien membawanya operasi di luar negri dengan peralatan yang lebih canggih.

Mendengar penjelasan Dokter, Alan pun sedikit frustasi. Namun dia harus mengambil tindakan cepat demi kesembuhan Papanya.

Akhirnya sore itu juga, dia mengatur pemberangkatan keluarganya ke Jerman. Zee sedikit khawatir harus meninggalkan Aisha sendiri di Indonesia. Bagaimanapun dia belum pernah meninggalkan Aisha sendiri di Indonesia. Padahal rumah papahnya juga masih satu kota, namun kekhawatiran seorang ibu memang tidak bisa tergantikan oleh apapun.

Zee juga tidak bisa memilih tinggal di Indonesia, dia mempunyai suami dan Mama mertua yang harus dia urus. Mau tidak mau, dia harus ikut.

"Kamu ikut Mamih ke Jerman ya? Kamu minta izin pada suamimu agar dia memperbolehkan kamu ikut dengan Mamih!"

"Jangan gitu dong, Mih. Aisha kan sekarang tanggung jawab Devan. Sebagai seorang istri dia harus melayani dan mengurus suaminya!" tutur Alan pada istrinya.

"Tapi, Pih. Mamih nggak tenang jika dia sendiri di sini!"

"Kan ada Opa Roger. Kita nanti titipkan pada Papa Roger dan Mama Nola! Jika Aisha jenuh, dia bisa datang ke rumah Papa dan Mama!"

"Iya, Nak. Aish masih dalam pantauan kami!" ucap Opa Roger.

"Iya, Mih. Mamih nggak usah mengkhawatirkan Aisha. Aisha kan udah gede. Bukan anak kecil lagi. Sekarang Aisha juga seorang istri, jadi tugas Aisha ya mengikuti kemanapun suami Aish pergi!"

"Lalu sekarang suamimu mana?" tanya Zee.

"Eh, itu. Om Devan lagi ada meeting penting. Bertemu klien!" jawab Aisha dengan senyum yang dipaksakan.

"Beneran?"

"Iya, Mih."

Maaf ya, Mih. Aish terpaksa berbohong.

...°°°°°°®®®®°°°°°°***...

Seorang wanita dengan pakaian seksi berjalan berlenggak lenggok sambil menarik tas kopernya melewati kerumunan orang di Bandara. Wanita itu adalah Sofia, mantan istri Devan.

Devan sudah berdiri di depan pintu keluar menyambut kedatangan Sofia. Melihat Devan di sana, Sofia langsung berlarian menuju arah pria tampan itu.

"Mas!" Sofia berhambur ke pelukan mantan suaminya, "Aku rindu!" bisiknya.

"Sofia, aku malu. Sebaiknya kita langsung ke mobil. Aku akan mengantarmu ke Apartemen!"

"Baiklah. Ayo sayang!"

Mereka keluar dari Bandara menuju area parkir. Sofia nampak begitu bahagia bertemu kembali dengan mantannya. Dari Bandara menuju tempat parkir, Sofia menggelayut manja di lengan Devan.

To be continued ...

Hallo semuanya, tinggalkan jejak mu di tiap part-nya ....

Terpopuler

Comments

Mulan Jameela

Mulan Jameela

sabar Aisha

2023-01-16

0

🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️

🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️

ih jijay bget ama gaya mantan'a Devan.

2023-01-11

0

Fang

Fang

mulai nyesek....😭😭

2023-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!