"Stop! Berhenti!" teriak orang itu.
Orang-orang klub motor yang mengira itu adalah polisi, mereka langsung lari terbirit-birit. Mereka takut di tangkap polisi. Makanya mereka lari tunggang langgang.
Aisha menoleh ke arah suara tersebut. Dia merasa mengenal suara itu. Sangat kenal malahan. Saat tahu siapa orang itu, mendadak wajahnya pias. Benar-benar diluar ekspektasinya.
"Om!" Aisha membulatkan matanya.
Devan mendekat ke arah istrinya, Ia menatapnya tajam setajam silet. Benar-benar mengerikan, batin Aisha. Aisha hanya nyengir kuda.
Oh, Aku tidak percaya ini!
Wanita yang aku nikahi, dia sedang berkelahi dengan geng motor. Salah apa aku ini? Kenapa Engkau berikan cobaan ini ya Tuhan!
"Apa yang kau lakukan malam-malam disini? Kau tau ini jam berapa?"
"Hehehe, Maaf, Om. Aku sedang ada acara dengan teman-temanku!" jawab Aisha menunjuk ke arah Arsy dan Clara.
Devan hanya menatapnya nanar, sementara Arsy, seperti biasa tanpa senyum. Sedangkan Clara dia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Itukah suami Aisha. Ganteng banget!" batin Clara, "Terlihat tua sih, tapi sumpah ganteng banget!" monolog Clara dalam hati.
"Kemasi barang-barang mu, kita pulang sekarang!" tegas Devan.
"Tapi, Om ... !"
"SEKARANG, AISHA!"
Ih, nyebelin banget sih!"
"Oke, Aku pulang, Om!" Aisha bergegas mengambil tasnya, kemudian berpamitan pada kedua sahabatnya.
"Gue pulang dulu! Bye!"
Devan menaiki motor istrinya, Aisha bingung. Dia justru terpaku ditempatnya berdiri.
"Ayo naik!" Devan menyalakan motor istrinya, karena memang kuncinya masih menggantung di sana.
"Mobil, Om, gimana?" tanya Aisha.
"Sebentar lagi akan ada orang yang mengambilnya. Kau tenang saja!" jawab Devan.
"Oke."
Bergegas Aisha naik ke boncengan. Motor melaju dengan sangat kencang. Ternyata meskipun sudah tua, suaminya masih lihai mengendarai motor. Tubuh Aisha sedikit condong ke depan, membuat bagian dadanya menempel persis di punggung suaminya.
Singkat cerita, mereka sampai di rumah. Aisha duduk di depan Devan, sambil menundukkan kepalanya. Sementara Devan menatapnya tajam, menekuk tangannya di depan dada.
"Kau tau ini sudah jam berapa?"
Aisha melirik ke arah jam dinding yang terpasang tepat di atas. Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dia menggigit bibirnya, merasa bersalah.
"Ini sudah jam 3, Om!" lirihnya.
"Lalu kenapa kau keluar rumah?" tanya Devan dengan nada agak meninggi, "Kau ini seorang istri, bagaimana bisa kau bersikap seenaknya seperti itu?"
"Kau tau, aku melihatmu berkelahi dengan para pria itu. Ya Ampun, aku tidak percaya ini. Bagaimana kau bisa melakukan semua itu? Bagaimana bisa aku menikahi gadis bar-bar sepertimu?"
"Aku hanya membela diri, Om!" jawab Aisha.
"Kau ini seorang istri. Apa pantas kau berbuat seperti itu?" Devan menceramahi istrinya, "Keluyuran tengah malam. Kau pergi dengan pria itu lagi!"
"Kami tidak pergi berdua. Kami bertiga. Ada Clara juga. Dan lagian ya, Om. Saat aku pergi ke tempat balapan itu, Aku datang sendiri!" Aisha tidak mau disalahkan.
"Terserah kau saja. Tapi tetap saja kau tidak pantas keluyuran tengah malam!" bentak Devan.
"Lalu, Om sendiri apa? Bukankah Om itu seorang suami! Kenapa Om masih bertemu dengan mantan Om? Itu tidak adil!" seru Aisha, "Om pikir aku tidak tahu. Bukankah tadi Om keluar menemui wanita itu!" teriak Aisha, "Om saja tidak bisa menghargai pernikahan kita, buat apa aku juga menghargainya!"
"Apa?" Devan nampak marah, "Itu terserah aku. Bukankah dari awal aku sudah katakan. Aku dan Sofia akan rujuk. Kau malah mengacaukan segalanya. Kau malah menjebak ku!"
"Aku memang menjebak Om malam itu, karena aku sayang sama Om, aku cinta sama sama Om. Kenapa sih Om tidak bisa membalas rasa cintaku? Rasa sayangku? Apakah aku nggak pantas buat Om?"
"Jika kau ingin merasa pantas maka berusahalah untuk memantaskan diri!"
"Apa?" Aisha mendengus kesal, "Oke. Aku akan buat Om jatuh cinta sama aku. Aku akan buat Om bertekuk lutut di hadapanku! Lihat saja nanti!"
Aisha meninggalkan Devan yang masih duduk di sana, menaiki lantai 2 dan masuk ke kamarnya. Sementara Devan mengusap wajahnya kasar, dia masih belum percaya kalau dirinya dicintai oleh seorang gadis yang seharusnya pantas menjadi anaknya.
Gadis kecil kok menasehati orang tua! Dia benar-benar seperti kucing liar.
Aisha menjatuhkan tubuhnya di kasur yang empuk, dia menenggelamkan wajahnya di bantal. Menangis adalah jurus terakhir agar perasaannya tenang.
Dia menatap langit-langit kamarnya mengingat masa-masa indah bersama keluarganya. Andai saja dia tidak melakukan kebodohan, pasti hidupnya akan lebih tenang. Namun sekarang dia terjebak dengan pernikahannya sendiri, mau mundur pun sudah tidak mungkin. Apa kata orang jika usia pernikahannya yang baru seumur jagung harus kandas di tengah jalan. Bukan hanya dia yang malu, papih dan maminya juga pasti akan malu. Nggak etis dong, anak seorang pengusaha terkenal di Indonesia baru menikah beberapa minggu sudah menjadi janda. Ah, sungguh malunya....
Sambil memikirkan itu semua, membuat otaknya lelah, matanya mengantuk. Akhirnya Ia pun terlelap tanpa mengganti bajunya terlebih dulu.
...°°°°°®®®®°°°°°...
"Ars!" panggil Clara.
"Ada apa?"
"Aisha mana?"
"Mana gue tau!" Arsy mengedikkan bahunya.
"Jam segini kok belum dateng?"
"Jangan-jangan dia dihukum suaminya gara-gara semalem!" kira Clara.
"Lo tuh kayak paranormal aja," Ars mendengus sebal.
Apa iya gara-gara semalem Aisha dihukum suaminya?
Nggak mungkin ah!
_____
_____
"Selamat pagi, Pak Mun!" sapa Devan.
"Pagi, Tuan!"
Devan duduk untuk menikmati sarapan paginya. Namun di meja makan dia tidak menemukan sang istri di sana.
"Di mana istriku?"
"Belum turun, Tuan!" jawab Pak Mun.
"Apa dia belum bangun?"
"Kurang tau juga, Tuan." jawab Pak Mun, "Saya akan bangunkan Nyonya kecil, Tuan!"
"Ah, tidak usah. Biar aku saja!"
Devan menaiki lantai dua menuju kamar istrinya. Dan benar saja, gadis itu masih tertidur pulas. Entah jam berapa dia tidur semalam.
Devan mengamati Aisha tidur. Sungguh lucu sekali. Mulut terbuka sedikit, dengan air liur yang keluar dari sudut bibirnya. Devan terkekeh geli.
Aisha terbangun saat manik indahnya terkena pantulan cahaya dari luar menembus kaca jendelanya. Dia merasakan silau, kemudian dia sedikit beringsut mencari tempat yang tidak terkena paparan sinar matahari.
Menggeser posisi tubuhnya, miring ke kanan dan ke kiri. Semua gerakan tubuhnya tidak luput dari pantauan sang suami yang duduk di seberang ranjangnya.
Manik coklatnya terbuka lebar, dia nampak melihat sosok bayangan di seberang tempat tidurnya. Saat membuka maniknya lebar-lebar, tiba-tiba ...
"Astaga!" Aisha terlonjak kaget, "Apa yang Om lakukan di situ?" Aisha mengelus dadanya.
"Kau tidak lihat ini sudah jam berapa?"
Aisha melirik ke arah jam dinding yang terpasang di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Bola matanya membulat sempurna.
"Aaaaaahhhhhhhh, Aku terlambat!"
Buru-buru Aisha menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi. Seperti biasa, dia akan mengambil cara jitu supaya cepat dan hemat tenaga. Devan tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.
Dia hanya mencelupkan rambutnya, mencuci wajah, dan paling penting menggosok gigi. Sekarang dia sudah bersih dan wangi. Bajunya juga sudah di ganti.
"Ehm, kurang apa lagi ya?" Aisha nampak berfikir, "Oh, parfum!"
Buru-buru dia menuruni tangga menuju ruang makan. Di sana sudah ada Devan yang sedang menikmati sarapan paginya. Aisha mengulas senyum.
"Om, Aku nggak sarapan. Aku langsung berangkat aja!" ucapnya, sambil menyambar susu hangat dan meminumnya.
"Terserah kamu!"
"Ya sudah, aku berangkat! Salim!" Aisha menyodorkan tangannya.
"Aku antar sampai kampus!"
"Hah, Apa? Nggak usah, Om. Aku bisa sendiri!"
"No. Mulai sekarang, kau dalam pengawasan ku!" ucap Devan tegas.
Ih, kenapa sih dia? menyebalkan sekali!
Terpaksa Aisha menuruti suaminya. Dia duduk di bangku belakang, kemudian Devan menyuruhnya untuk duduk di bangku depan.
"Aku ini bukan sopirmu ya!"
Dasar perasan!
Sambil bersungut-sungut, Aisha duduk di samping suaminya. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Hingga sampai di depan kampus, Aisha masih saja diam.
"Sudah sampai. Keluarlah!" suruh suaminya. Aisha mencium punggung tangan Devan tanpa menoleh ke arah suaminya. Sebenarnya dia memang masih sangat kesal dengan sang suami.
"Terimakasih, Om. Nanti tidak usah menjemput. Pulang nanti aku mau ke rumah Opa!" lirihnya.
"Baiklah."
Setelah mengatakan itu, Mobil Devan kembali melaju. Aisha bertambah kesal dengan sikap suaminya, bahkan benar-benar sangat kesal.
Awas saja Kau! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku!
Dasar Om sombong!
Ih, benar-benar ngeselin!
Pria menyebalkan!
Aisha menghentakkan kakinya sekeras-kerasnya di aspal, sambil meremas bajunya sendiri. Dari kaca spion Devan bisa melihat kekesalan Aisha, Ia pun sedikit menyunggingkan bibirnya.
To be continued ...
***Hallo semuanya para pembaca, bantu kasih komentar dong, please...🙏
Kasih Like dan Gift juga boleh banget....
Terimakasih yang sudah membaca karya ini, semoga kalian suka....🥰🥰***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Mulan Jameela
cuit, cuit.....
2023-01-16
0
Fang
Pokoknya the best lah Aisha
2023-01-16
0
🥀⃞Weny🅠🅛
ayo Ais semangat menaklukkan suami...
lanjut up lagi thor😊
2023-01-13
0