CHAPTER 1.5 – Masa Lalu: Terbentuknya Demon Hunter Avalon Pt. 2

Dalam laboratorium, telah berkumpul seratus anak yang sudah menginjak usia balig. Mereka semua berasal dari anak-anak yang telah ditinggal mati dan ditelantarkan oleh kedua orang tua mereka.

Aku, adalah salah satu anak yang bernasib sama seperti mereka. Terlahir sebagai anak yatim piatu, aku menghabiskan masa kanak-kanak hingga sekarang di panti asuhan. Sampai, mereka datang menjemput ku.

Mereka membawaku ke tempat laboratorium. Saat ini, aku berdiri tegak bersama dengan anak-anak lainnya. Sambil bingung dan bertanya-tanya, tentang alasan mereka membawaku dan yang lainnya ke sini.

Seorang wanita berambut panjang berkuncir kuda, berjalan dengan santai. Ia ditemani oleh dua orang yang berada disamping kanan dan kiri. Sepertinya, mereka merupakan asisten dari wanita tersebut.

Wanita itu berhenti berjalan, lalu menghadap ke arah kami. Ekspresi wajahnya terlihat santai memandangi kami semua. Ia memandang ke kanan, lalu ke kiri. Tiba-tiba, senyuman tipis terpancar dari wajahnya.

“Halo semuanya, namaku adalah Profesor Adalia.” Wanita itu memperkenalkan diri kepada kami.

Kami hanya terdiam tanpa menanggapi perkenalannya. Profesor Adalia terdiam dan terheran sambil memandangi kami.

“Bagaimana kabar kalian semua?” tanya Profesor Adalia

Tak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya. Profesor Adalia bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Hmmm, begitu yah. Tidak apa-apa jika kalian tidak ingin menjawabnya.”

Profesor Adalia memberikan sebuah kode kepada asistennya. Lalu, asisten itu memberikan kepadanya sebuah dokumen. Profesor Adalia membuka dokumen itu dan melihat isinya.

“Baiklah, aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian semua. Mohon perhatikan baik-baik.”

Sebuah monitor besar turun perlahan dari atas. Kemudian, Profesor Adalia menyalakan monitor tersebut. Sebuah gambar muncul dengan sangat jelas.

“Kalian dipanggil ke sini untuk menjadi anggota organisasi Demon Hunter Avalon atau disingkat dengan sebutan DHA. Di mana, ia akan mengemban tanggungjawab untuk memburu dan membunuh para Iblis yang berkeliaran di malam hari.”

Apa? Iblis? Dan ... kami menjadi pemburu Iblis? Aku baru tahu bahwa dibawa ke sini akan dijadikan pemburu Iblis.

Setelah mendengar pernyataan itu, suara riuh dari anak-anak menggema di dalam laboratorium. Mereka melayangkan protes, karena usia seperti mereka tidak seharusnya terjun dalam suatu hal yang membuat nyawa mereka terancam. Aku dan beberapa anak lainnya hanya diam sambil memandang mereka yang tengah protes.

“Oke-oke, harap tenanglah kalian semua. Aku belum selesai bicara, jadi dengarkan aku sampai selesai.”

Semuanya kembali tenang seperti sebelumnya. Setelah semuanya tenang, Profesor Adalia menghela nafas kemudian melanjutkannya.

“Seperti yang kalian ketahui, bahwa para Iblis sudah berkeliaran di malam hari. Banyak nyawa yang melayang akibat ulah mereka. Akibatnya, aktivitas saat malam hari berkurang. Aku tahu, mungkin di sini ada kedua orang tuanya yang tewas akibat ulah mereka.”

Profesor Adalia berjalan perlahan mengelilingi kami semua dengan santai. “Apakah kalian tidak marah? Apakah kalian tidak ingin melakukan sesuatu kepada mereka?”

Berbagai macam ekspresi keluar dari wajah mereka. Mulai dari marah, kecewa, sedih, santai, dan biasa saja.

“Jadi, apakah ada yang mau bergabung?” tanya Profesor Adalia.

Suara riuh kembali menggema di dalam laboratorium. Bukan suara protes, melainkan suara antusias. Mereka ingin sekali bergabung dengan organisasi tersebut. Melihat antusias itu, senyum lebar keluar dari wajah Profesor Adalia.

“Bagus sekali, itulah yang aku inginkan. Kalau begitu, mulai besok kita akan memulai tesnya.”

Kemudian, kami semua diarahkan ke tempat peristirahatan. Setiap kamar mampu menampung sekitar empat orang. Terlihat sederhana dan cukup nyaman untuk ditempati. Setidaknya, ini lebih baik daripada tempat tinggal ku sebelumnya. Masing-masing dari kami memilih kasur yang telah disediakan. Aku berbaring dengan santai. Rasa lelah dalam tubuhku, perlahan menghilang. Aku memejamkan mata lalu tertidur dengan nyenyak.

...***...

Keesokan harinya, semua orang berkumpul di ruangan aula. Wajah semangat terpancar dari para peserta. Dari atas panggung, Profesor Adalia berjalan lalu menghadap ke arah kami.

“Selamat pagi semuanya. Sebelum menerima kalian sebagai anggota DHA, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepada kalian.”

Ruangan dalam aula tiba-tiba menjadi gelap. Profesor Adalia lalu menyalakan monitor.

“Dengarkan aku, selama satu bulan kalian akan menjalani berbagai tes. Adapun tes yang akan kalian jalani, yaitu tes akademik, fisik, dan psikis.”

Profesor Adalia memperlihatkan kepada kami sebuah ruangan bawah tanah yang terdiri dari delapan pintu. Kemudian, ia berjalan mendekat ke arah kami.

“Delapan orang teratas akan menjadi anggota dari DHA, dan juga ia akan menjelajahi ruangan bawah tanah seperti pada gambar ini. Ingat, kalian akan bersaing satu sama lain. Untuk sisanya yang tidak lolos, akan dialihkan ke pasukan militer.”

Tatapan Profesor Adalia tiba-tiba menjadi tajam dan serius. “Sekali lagi, ingatlah, kalian harus serius dalam menjalani tes ini. Atau tidak, tujuan kalian tidak akan tercapai, mengerti?”

“SIAP MENGERTI!”

“Baguslah kalau begitu,” katanya sambil tersenyum kepada kami.

Ia kemudian berjalan kembali ke atas panggung. Setelah berada di atas panggung, ia menghadap ke arah kami lagi. Kemudian, dengan penuh percaya diri ia menunjuk ke arah kami.

“Tes untuk menjadi anggota DHA ... kita mulai.”

Dimulailah tes yang diadakan oleh mereka. Tes akademik, fisik, dan psikis, semua itu kami lakukan selama sebulan. Tidak semudah dari yang dibayangkan, perlahan tes tersebut membuat peserta merasakan penderitaan. Banyak dari mereka yang mengundurkan diri dari tes tersebut. Mereka yang mengundurkan diri kemudian dialihkan ke pasukan militer.

Satu bulan telah berlalu, dan akhirnya terkumpul sudah delapan orang yang akan menjadi anggota DHA. Aku, adalah salah satu orang yang tersisa dan masih bertahan. Entah itu karena keberuntungan atau kemampuan, aku tak tahu dari keduanya.

Tepat pada hari ini, aku dan yang lainnya akan menjelajahi ruangan bawah tanah. Perasaan gugup dan khawatir muncul di dalam diriku. Begitupun juga dengan yang lainnya, mereka merasakan hal yang sama.

Delapan orang berbaris secara rapi, menunggu arahan dari Profesor Adalia. Tak lama kemudian, ia datang dan ditemani oleh seseorang yang tidak asing bagi kami. Ya, ia adalah Presiden Avalon yaitu Presiden Arthur Erickson, bersamaan dengan itu ada para Ketua Divisi Militer yang mengikutinya.

Para Ketua Divisi Militer dan Profesor Adalia berdiri tepat dibelakang Presiden Arthur. Sementara itu, posisi Presiden Arthur berada di depan, menghadap ke arah kami. Tatapan yang tajam dan mengintimidasi, membuat kami tak berani menatapnya.

“Aku datang ke sini untuk melihat anggota DHA sekaligus menyampaikan sesuatu. Lindungilah masyarakat Avalon dengan segenap jiwa dan raga kalian. Dan, aku menantikan kontribusi yang terbaik dari kalian.”

Setelah Presiden Arthur menyampaikan amanat, Profesor Adalia maju ke depan lalu memberikan kami sebuah gelang.

“Ini adalah Gelang Avalon atau GA. Gelang ini akan membantu kalian saat menjelajahi ruangan bawah tanah. Ada tiga tombol yang bisa kalian lihat. Tetaplah berhati-hati, kemungkinan ada jebakan di sana. Apakah kalian mengerti?”

“SIAP MENGERTI!”

“Baiklah kalau begitu, saatnya kalian berangkat sekarang!”

“BAIK.”

Setelah semuanya selesai, masing-masing dari kami juga mendapatkan telepon genggam. Di dalam telepon genggam itu terdapat sebuah peta yang bisa diakses. Dengan segala persiapan yang matang, aku bersama tujuh orang lainnya melakukan perjalanan menuju ruangan bawah tanah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!