Bab. 13

Sedangkan di tempat lain, Ersam segera mematikan sambungan teleponnya segera lalu menelpon nomor orang kepercayaannya itu.

"Ingat ganti mobil aku dengan mobil kamu yang paling murah dan juga jangan beli pakaian mahal yang murah saja kalau bisa belinya di toko yang berlogo sun yang terbit saja itu sudah cukup karena aku tidak ingin membuat Rasmi mengetahui identitasku ini dan juga kamu bisa kembali besok ke perusahaan sebagai asisten pribadiku," perintah Ersam kepada saudara angkat sekaligus sahabatnya itu.

"Saya berjanji akan membuat kamu bahagia, walaupun kamu menolak lamaranku tapi, aku bertekad untuk mengubah duka air matamu menjadi air mata bahagia, apapun caranya itu," gumamnya Ersam.

Setelah berbicara dengan kakak dan asistennya, Ersam merasakan mulai kepanasan. Ersam mengibas kerah bajunya itu agar mendapatkan kenyamanan.

"Kenapa malam ini sangat panas, padahal aku sudah buka jendelanya," gumam Ersam yang mulai membuka pakaiannya itu.

Sedangkan Rasmi baru saja selesai mandi, ia segera melaksanakan shalat isya terlebih dahulu yang waktunya lewat dikarenakan keadaan rumah dan kondisi sekitarnya yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan kewajibannya itu.

"Syukur Alhamdulillah… segarnya mandi dengan air hangat malam ini cukup enak juga, untung tadi pagi aku cepat beli peralatan khusus untuk membuat air hangat ini sama tukangnya jika tidak aku akan gerah dan kepanasan terus," lirihnya Rasmi.

Rasmi meraih hijab rumahannya itu lalu segera memakainya, ia berjalan ke arah dapur terlebih dahulu memilih bahan makanan apa saja yang akan dimasaknya malam itu juga. Dia membuka kulkas lemari pendinginnya yang baru saja terisi beberapa bahan makanan yang dibelinya di swalayan terdekat. Ia melihat ada mie, udang,sosis, bakso dan ayam.

"Sepertinya aku bisa masak mie goreng seafood dan juga ayam goreng geprek saja, tapi sebaiknya aku masak nasi dulu," gumamnya Rasmi.

Ersam merasa kepanasan dan gerah di tubuhnya. Dia berniat untuk bertanya kepada Rasmi masalah kipas angin. Karena selama ini Ersam sama sekali tidak pernah tidur tanpa menggunakan pendingin ruangan.

"Apa aku bertanya kepada Rasmi saja tapi, pasti berujung dengan penawaran harga sewa yang naik," gumamnya Ersam dibarengi dengan senyumannya.

Ersam segera berjalan ke arah luar dan mencari keberadaan Rasmi sang pemilik rumah yang ditempatinya itu. Baru saja ingin beranjak dari kamarnya tapi, langkahnya terhenti karena telponnya berdering.

"Siapa yang nelpon malam-malam begini," ketusnya Ersam.

Ersam mengernyitkan alisnya karena orang yang menelponnya memakai nomor baru. Dia segera menekan tombol hijau dan menyentuhkan telinganya dengan hpnya itu.

"Siapa?"

"Saya Ronald Steven Bos, apa kamu akan datang ke klub malam ini?" Tanyanya Ronald.

"Kamu ganti nomor lagi, apa sudah bikin hamil anaknya orang lagi sehingga kamu ganti nomor!" Sarkasnya Ersam.

Ronald tersenyum cengengesan dibalik telponnya," bos selalu saja tahu apa yang terjadi padaku,"

Ersam hanya menggelengkan kepalanya,"Mulai detik ini aku tidak akan menginjakkan kakiku lagi di club, jadi jangan sekali-kali nelpon ke nomorku hanya untuk mengabarkan hal tidak berguna seperti itu," gerutunya Ersam.

"Maaf Bos sudah ganggu aktifitasnya, kami tidak akan gangguin kegiatan Bos lagi," ujarnya Ronald lalu segera mematikan sambungan teleponnya tersebut.

Ersam melempar hpnya ke atas ranjangnya itu begitu saja. Dia menutup rapat pintu kamarnya lalu berjalan mencari keberadaan Rasmi. Tetapi, tiba-tiba perutnya berbunyi keroncongan ketika mencium wangi aroma masakan yang bersumber dari arah dapur.

Ersam tertawa cengengesan menanggapi perutnya yang ternyata belum diisi makanan malam itu. Ersam melupakan keadaannya yang bertelanjang dada hanya memakai celana pendek boxer seperti kebiasaannya ketika berada di dalam apartemennya.

"Kamu masak apa?" Tanyanya Ersam seraya duduk di meja makan yang tidak jauh letaknya dari tempat kompornya.

"Maaf Abang, masaknya agak lama maklum baru makai juga dapurnya jadi belum terbiasa," timpalnya Rasmi yang masih setia mengaduk mie goreng seafood buatannya sendiri.

"Saya kira kamu hanya jago manjat pohon dan mukulin anak nakal saja bisamu ternyata kamu jago masak rupanya, benar-benar calon istri idaman banget lah," ujarnya Ersam yang tidak disadarinya memuji dan mengagumi kemampuannya Rasmi.

Rasmi yang mendengar pujian Ersam langsung di telinganya itu, tersenyum malu-malu, wajahnya merona memerah saking malunya dengan pujian dari pria yang pernah hadir di dalam masa lalunya itu.

"Biasa saja kok Abang, cuma masak makanan rumahan kok apa hebatnya,lagian aku enggak terlalu suka beli makanan jadi soalnya," tukasnya Rasmi yang kemudian mematikan kompornya dan menaruh beberapa makanan yang sudah berhasil ia masak ke dalam mangkok dan piring datar.

Rasmi segera menata beberapa mangkok dan piring ke atas meja makan. Kegiatannya terhenti setelah menyadari jika, Ersam hanya tidak memakai bajunya.

"Ahh!! Abang!" Teriaknya Rasmi lalu menutup kedua matanya menggunakan telapak tangannya kemudian menolehkan kepalanya ke arah lain.

"Apa yang terjadi padamu kenapa kamu meski berteriak seperti itu!" Gerutu Ersam yang sama sekali tidak peduli dengan teriakannya Rasmi.

Rasmi semakin dibuat jengkel karena melihat reaksinya Ersam tidak menyadari apa yang terjadi padanya.

"Ya Allah… Abang apa lupa atau pura-pura tidak sadar jika Abang hanya memakai celana kolor saja yang begitu pendek!"ketusnya Rasmi yang masih berpaling dari hadapannya Ersam yang sudah mengisi piringnya dengan berbagai macam jenis makanan.

Ersam melirik sekilas ke arah bawahnya dan hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan dari Rasmi.

"Ini gara-gara rumahmu yang tidak pakai ac makanya aku kepanasan sehingga hanya memakai celana pendek saja saking panasnya kamar yang aku sewa," imbuhnya Ersam yang melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda karena berbincang-bincang dengan Rasmi.

"Aku tahu kalau cuaca malam ini begitu panas tapi, apa susah dan salahnya jika harus pakai baju kaos dulu baru makan, kalau kamu sendiri di dalam rumah itu tidak jadi masalah tapi, aku itu perempuannya jadi please deh cepat masuk kamar pakai pakaian yang sedikit sopan kenapa!" Gerutunya Rasmi yang sudah ngomel-ngomel dan seolah ada tanduknya yang tiba-tiba muncul di atas hijabnya dengan asap mengepul yang keluar dari lubang hidungnya.

Ersam segera berlari secepat kilat ke arah kamarnya," ya Allah… Rasmi kalau raut wajahnya seperti itu bahagia, enggak bakalan menang melawannya," lirihnya Ersam yang segera mencari bajunya yang tadi dilempar sembarang tempat.

"Kebiasaannya masih seperti dulu belum berubah sedikitpun," gumamnya Rasmi.

"Wanitaku masih galak seperti dulu, maafkan aku yang telah menyebabkan kedukaan dalam kehidupanmu," Ersam membatin sambil terus mengamati apa yang dilakukan oleh Rasmi.

Rasmi melirik sekilas ke arah Ersam ketika mendengar suara kursi yang ditarik dan kembali melanjutkan suapannya yang kebetulan sendoknya sudah menggantung di depan bibirnya itu.

"Kenapa semakin aku tatap wajahnya semakin aku tak bosan untuk menikmati dan memuja keindahan dan kecantikannya itu," bathin Ersam.

Mereka makan menikmati makanan sederhana itu dengan penuh hikmat. Mereka makan tanpa ada suara ataupun percakapan sedikit pun diantara mereka.

"Masakanmu ternyata enak juga, kamu belajar dari mana?" Tanyanya Ersam setelah menghabiskan sisa makanan yang ada di depannya tersebut.

Terpopuler

Comments

MauLya 💟andi

MauLya 💟andi

belajarnya dari saya Abang 🤭

2023-01-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!