Erick hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap acuh tak acuh adiknya yang kadang membuatnya ingin lepas kontrol untuk memukuli adiknya itu. Tapi, ia sadar hal itu terjadi ketika mama mereka meninggal dunia dan papanya harus menikah lagi dengan wanita yang jauh usianya lebih muda dari papanya yang seumuran dengan Abangnya.
Waktu terus berlalu, Rasmi hari ini sudah diijinkan pulang oleh dokter. Karena kondisi kehamilannya juga sudah berangsur membaik.
"Mbak Darma, makasih banyak Mbak tanpa bantuan kakak yang setiap hari menjagaku dan menemaniku di rumah sakit mungkin aku sudah tidak tahu apa yang akan terjadi padaku, aku sangat berterima kasih dan telah berhutang budi pada Mbak," imbuhnya Rasmi sambil memakai hijabnya yang baru saja memutuskan untuk memakai hijab setelah begitu banyak cobaan dan masalah yang datang silih berganti dalam kehidupannya.
Darma menatap intens ke arahnya Rasmi," kamu tidak perlu berterima kasih kepada ku, aku ikhlas melakukan semua ini untukmu, siapa lagi yang akan menolongmu jika bukan aku sebagai kakak sepupumu dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai sesama umat manusia untuk saling membantu dan menolong dalam kebaikan," tampiknya Darma yang membantu untuk mengemas barang-barang bawaannya Rasmi.
Semua surat-surat administrasi serta obatnya Rasmi sudah diurus dengan baik oleh Mbak Darma. Pihak keluarga pelaku yang menabraknya juga bertanggung jawab untuk membiayai semua biaya perawatannya selama berada di rumah sakit. Mereka juga berjanji untuk menyantuni Rasmi.
Mereka beristirahat sejenak sambil menunggu mobil yang akan menjemput mereka untuk pulang. Tapi, ketukan pintu membuat perhatian mereka teralihkan. Mbak Darma dan Rasmi saling bertatapan satu sama lainnya, Mbak Darma hanya mengangkat bahunya tanda tidak mengerti dan mengetahui siapa pria yang berjas lengkap masuk kedalam kamar perawatannya.
"Siang! Maaf dengan Mbak Rasmi korban kecelakaan dua minggu lalu?" Tanyanya pria berjas hitam itu.
Rasmi menatap intens ke arah dua pria itu," iya, benar saya sendiri, emangnya ada apa Pak, Anda mencariku, ada yang bisa aku bantu?"
"Saya pengacara dari Bapak Erick selaku keluarga dari pria yang menabrak Mbak dengan keluarga datang kemari untuk memberikan santunan sebagai ganti rugi atas kecelakaan tersebut dan semoga Mbak Rasmi tidak memperpanjang masalah ini, kami sangat berharap akan hal itu dan maaf ini cek sebagai bukti ganti rugi kami mewakili Pak Erick karena semua musibah yang menimpa Mbak sama sekali kami tidak pernah merencanakan sebelumnya dan harap bekerja sama dengan kami," imbuhnya pria berjas itu sembari menyodorkan selembar cek dan satu kartu nama berwarna gold ke hadapannya Rasmi.
"Makasih banyak atas bantuannya Pak, saya sudah ikhlas dengan kepergian suami dan kedua anakku, semua ini sudah menjadi kehendaknya sang pencipta jadi tolong sampaikan kepada Tuan Erick tidak perlu repot-repot untuk memberikan semua ini kepadaku,tapi kalau saya menolak itu sama saja tidak menghargai pemberian dari bapak, saya hanya bisa berucap makasih banyak atas bantuannya," imbuhnya Rasmi lalu mengambil cek dan kartu nama itu.
"Silahkan tidak perlu sungkan jika, kamu ingin menghubungi Pak Erick jika suatu saat Mbak butuh bantuan apapun itu,kami selaku tim pengacara keluarga Pak Erick akan membantu Mbak sebisa mungkin," ujarnya Pak Kamil.
"Insya Allah Pak, makasih banyak atas bantuannya," timpalnya Rasmi.
Darma hanya terdiam mendengar percakapan ketiganya karena,dia tidak ada urusan sedikitpun dalam masalah itu. Mereka berdua pun pamit undur diri dari hadapan dua perempuan itu.
Darma berjalan menghampiri Rasmi yang terdiam tanpa berniat untuk berbicara sepatah katapun,lagi, "Rasmi, coba lihat berapa cek yang diberikan oleh mereka?" Tanyanya Mbak Darma yang mulai kepo.
Rasmi segera membaca tulisan d dalam cek itu dengan nominal jumlah uang yang cukup banyak. Mbak Darma hanya menutup mulutnya saking terkejutnya melihat betapa sungguh banyaknya uang itu.
"1 M..," ucapnya Darma yang tidak percaya dengan jumlah itu.
"Walaupun banyak tapi, tidak akan mungkin suami dan kedua anakku bisa hidup kembali lagi," tukasnya Rasmi yang kembali sedih karena harus teringat saat terakhir kalinya ia melihat suami dan putrinya itu yang sedang memegang es krim rasa stroberi.
Air matanya kembali menetes membasahi pipinya saat itu juga sambil meremas sedikit kertas berwarna kuning emas itu dalam genggamannya.
"Mereka tidak mungkin bisa tergantikan dengan apapun di dunia ini, Mas Eko Prasetyo begitu sabar, setia mencintaiku dengan tulus sepenuh hatinya tapi, begitu cepat Allah memanggilnya," ratapnya Rasmi.
Darma segera memeluk tubuh adik sepupunya itu dengan erat," sabarlah Ras, mungkin ini yang terbaik untuk kalian berempat karena semua manusia pasti akan menemui ajalnya mereka masing-masing dan itu mutlak bakalan terjadi hanya saja, ada yang cepat ada yang lambat,"
Berselang beberapa saat kemudian, Rasmi dan Darma sudah meninggalkan area rumah sakit. Mereka pulang menuju rumah yang dibeli oleh Eko khusus untuk istri dan anaknya.
Tapi, baru saja selangkah kakinya melangkah, mereka kembali dikejutkan oleh keadaan di rumahnya.
Prang… bruk!!!
Benda suara jatuh itu berasal dari suara barang-barang yang dilempar dari dalam rumahnya. Pelakunya adalah adik ipar,kakak iparnya dan juga bapak mertuanya dan juga adiknya Pak Damar Bu Dewi yang melakukan semua itu.
"Apa yang kalian lakukan, kenapa kalian melempar semua barang-barangnya Rasmi?" Tanyanya Darma yang emosi melihat kekejaman mereka.
Erna menatap jengah ke arah Darma yang sok jadi pahlawan kesiangan,"Kamu diam dan cukup menjadi penonton saja karena kamu sama sekali tidak berhak untuk ikut campur di sini,kamu itu cuma orang luar," dengusnya Erna adiknya almarhum Eko Prasetyo.
Darma ingin maju meladeni mulut berbisanya Erna dengan ucapan kasar juga, tapi segera dicegah oleh Rasmi.
"Stop! Mbak biarkan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan, rumah ini dibeli oleh Mas Eko untukku dan bukti sertifikat kepemilikan atas namaku jadi kalian semua tidak mungkin bisa mengusirku dari sini," tampiknya Rasmi yang sama sekali tidak gentar dengan sikap keempat orang itu yang sedari dulu tidak menyukainya.
"Ha-ha-ha! Kami tertawa terbahak-bahak mendengar perkataanmu,emang benar kamu yang atas nama tapi selama kamu di rumah sakit Bapak sudah mengubah semuanya atas namanya Bapak, jadi dari segi mananya sehingga kamu menganggap bahwa kamu yang punya rumah ini!" Sarkasnya Edi adiknya Eko dengan mendorong tubuhnya Rasmi hingga hampir saja Rasmi terjungkal untungnya Darma segera bergerak untuk membantu Rasmi jadi terbebas dari jatuh bebas dari terjerembab ke atas lantai.
Rasmi meneteskan air matanya saking shocknya melihat sikap jeleknya mantan keluarganya mendiang suaminya itu. Dia sama sekali tidak menyangka jika akan seperti ini kisah hidupnya.
Rasmi menyeka air matanya itu,"Mbak tolong infokan kepada pak supir untuk mengangkut barang-barangku keatas mobilnya," pintanya Rasmi yang sudah tidak mungkin melawan mereka karena semua akan berakhir sia-sia dan buang-buang tenaga saja.
"Tapi, Rasmi kamu akan tinggal di sana mana lagi setelah ini karena kamu tidak punya rumah selain ini, rumahnya bapakmu juga sudah tidak layak huni," cegah Darma.
"Masalah itu kita pikirkan lain kali saja, yang paling penting kita angkut semua barangku lalu pergi dari sini karena aku sudah muak mendengar perkataan mereka dan melihat wajah jelek mereka juga," tegasnya Rasmi.
Kematian adalah hal yang mutlak terjadi pada tiap-tiap jiwa.
"Sesungguhnya sholat ku ibadah ku hidupku dan matiku hanya Allah untuk allah Tuhan semesta alam."
Kematian tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tetapi kita lah yang menunggu kematian dengan bertaubat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Nayara
ceritanumya bagua
2023-01-27
1
Jusniah
next bagus
2023-01-06
0
Indah Sari ja
kasihan juga dengan nasibnya Rasmi
2023-01-05
0