Rasmi berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya, hanya fokus pada beberapa barang elektronik hingga ia tidak menyadari jika ada orang yang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa. Hingga tabrakan pun tak terelakkan.
"Ahhh!!" Jeritnya kedua orang itu dengan bersamaan.
Rasmi berdiri sempoyongan setelah bertabrakan dengan seseorang tanpa sengaja. Sedangkan orang yang menabraknya cukup terkejut hingga berteriak kencang.
"Ah!! Jatuh!" Jeritnya seorang wanita yang kebetulan berjalan terburu-buru karena mengikuti seseorang.
"Maafkan saya Mbak," ucapnya Rasmi yang merasa menyesal karena sudah menabrak perempuan sehingga beberapa barang bawaan perempuan itu terjatuh ke atas lantai.
Perempuan itu menangadahkan wajahnya ke arah Rasmi sambil menggelengkan kepalanya," ini bukan salah Mbak, aku yang seharusnya meminta maaf karena sudah berlarian dan tidak hati-hati," pungkasnya perempuan itu.
"Kalau gitu kita sama-sama salah," tampik Rasmi sambil membantu memungut barang belanjaan perempuan yang cukup cantik dan elegan tersebut.
"Ersam kabur lagi padahal aku sudah merencanakan pertemuan mereka dengan sangat matang, sebenarnya dia itu normal atau jangan-jangan seperti isu beberapa orang kalau adik ipar ku itu gay," batinnya sambil bergidik ngeri.
Rasmi yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik perempuan tersebut mengerutkan keningnya melihat tingkah lakunya.
"Maaf,apa Mbak baik-baik saja?" Tanyanya.
"Ehh tidak apa-apa kok, aku hanya sedih karena sudah terlambat mengejar adik iparku yang sudah pergi meninggalkan kami," jawabnya.
"Ohh gitu yah,"
"Iya yah benar sekali, kalau begitu sebagai permintaan maafku gimana kalau kamu gabung dengan kami untuk makan siang kebetulan saya bersama dengan teman," imbuhnya perempuan itu.
"Makasih banyak, saya sudah makan kalau gitu saya pamit dulu yah Mbak," pamitnya Rasmi sambil berniat akan pergi dari sana
Rasmi ingin melangkahkan kakinya tapi, segera kembali berhenti karena perempuan tersebut kembali membuka suaranya.
"Hey nama kamu siapa,apa aku boleh meminta nomor hpmu?" Tanyanya penuh harap.
"Namaku Rasmi Mbak dan ini nomor hpku," ujarnya Rasmi seraya menyodorkan gawainya ke dalam genggaman tangannya perempuan tersebut.
"Aku Renata senang bertemu denganmu," imbuhnya Renata yang segera menyimpan nomor hpnya Rasmi kedalam hpnya.
Entah kenapa untuk pertama kalinya Renata meminta nomor hp perempuan yang baru dikenalnya itu. Padahal biasanya ia sama sekali tidak pernah dekat dan terlalu humble dengan siapapun jika, orang itu baru dikenalnya.
"Kenapa yah, aku sangat senang bertemu dengannya padahal aku belum kenal dia lebih dekat apa mungkin hanya perasaan aku saja yang sangat butuh teman curhat," lirih Renata sambil memasukkan satu persatu beberapa digit nomor hpnya Rasmi.
"Sudah yah, aku pamit dulu yah Mbak, assalamualaikum," pamit Rasmi yang berlalu dari hadapan Renata.
"Waalaikum salam, makasih banyak tapi kalau aku telpon atau chat kamu diangkat dan dibalas yah!" Teriak Renata yang sudah ditinggalkan oleh Rasmi menuju salah satu swalayan terbesar di dalam mall tersebut.
Rasmi menolehkan kepalanya ke arah Renata dengan senyuman termanisnya.
"Orang kaya ada-ada saja tingkahnya, baru kali ini nemu orang yang meminta nomor hpku dipertemuan pertama kalau cowok itu sudah biasa," cicitnya Rasmi yang sudah berada di dalam area toko.
Rasmi berjalan ke arah salah satu rak lemari yang terdapat aneka macam bumbu masakan. Setelah mengambil beberapa bumbu masakan jadi dan belum siap pakai seperti bawang merah dan putih. Biasanya ia berbelanja di pasar tradisional tapi, sesuai dengan permintaan langsung dari Ersam yang memintanya berhenti berbelanja di salah satu pasar tradisional karena letaknya jauh jauh dari perumahannya dibandingkan dengan mall tersebut.
"Apa aku masak malam ini ikan woku tapi,apa Abang Erka suka? Ish aku kok mikirin dia suka apa enggak seperti suamiku saja," Batinnya Rasmi yang menggelengkan kepalanya setelah menyadari perkataannya dan pikirannya sendiri.
Rasmi kembali teringat dengan almarhum suaminya Eko Prasetyo dan mendiang putrinya.
"Mas Eko, aku sangat merindukan kalian berdua, semoga kalian bisa tenang di alam sana, sepertinya besok aku harus berziarah ke makam Mas Eko dan putri kecilku karena sudah hampir tiga bulan kepergian mereka," air matanya Rasmi kembali menetes membasahi pipinya itu saking sedihnya karena harus kembali teringat dengan kejadian beberapa bulan lalu saat dia beserta keluarga kecilnya itu ditabrak oleh pria mabuk berat disiang bolong itu.
Rasmi menyeka air matanya menetes membasahi wajahnya itu. Ia tidak menyangka jika nasib malang harus menimpa keluarga kecilnya yang sangat bahagia waktu itu.
"Alfatihah untuk kalian bertiga Mas Eko dan kedua anakku," ia tidak tahu kenapa berapa hari belakangan ini,ia sering memimpikan kejadian itu dan sedikit ia melihat bayangan wajah dari pria yang menabraknya walaupun dalam keadaan samar-samar.
"Besok aku harus berziarah ke makam Mas Eko Prasetyo," gumaman Rasmi yang segera menyelesaikan belanjaannya.
Ersam pagi-pagi sekali membayar uang sewa kamarnya untuk satu tahun kedepan. Awalnya Rasmi cukup terkejut melihat uang yang begitu banyak. Ia tidak menyangka jika, Ersam memiliki uang yang cukup banyak, tapi dia tidak mau berpikir aneh dan banyak tanya karena sumber uang itu bukan urusan dan haknya juga untuk bertanya.
"Aku masak saja yang aku inginkan karena seingat aku, Abang Ersam itu bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan, karena sudah sebulan apapun yang aku masak Alhamdulillah Abang tidak pernah komplen ataupun protes sedikitpun dan malah Abang makannya lahap banget,"
Sekitar jam 5, Rasmi pulang ke rumahnya. Walaupun menerima pria asing tinggal seatap dengannya, Rasmi sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut selama Ersam Arsenio Arya Dewantara.
Rasmi sangat bersyukur karena, kondisi lingkungan sekitar rumahnya itu cukup aman, damai dan tentram. Semua masyarakat sekitar kompleks perumahan tersebut sibuk mengurusi kehidupan mereka sehari-hari mereka masing-masing sehingga, mereka tidak ada yang saling mencampuri urusan pribadi tetangganya.
Rasmi segera membersihkan seluruh tubuhnya lalu bergegas melaksanakan shalat ashar kemudian itu,ia segera berjalan ke arah dapur setelah menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba-nya yang taat beribadah dalam keadaan apapun itu.
Rasmi menatap ke jam yang terletak di dinding rumahnya, "Sudah jam lima lewat, hampir jam kepulangan Abang Erka, aku harus bergegas memasak makanan untuk makan malamnya," cicitnya Rasmi lalu melangkahkan kakinya menuju dapur.
Sedangkan di perusahaan tempat Ersam bekerja, ia bekerja dengan serius dan giatnya. Erick dan papanya Pak Arya Dewantara tersenyum bahagia melihat kesungguhan dan keseriusan Ersam yang sangat serius dalam bekerja.
"Sepertinya ada seseorang yang mampu merubah sikap adikku Pa, karena baru kali ini aku melihat dia bersungguh-sungguh dalam bekerja dan juga katanya Erga Ersam sudah tidak pernah menginjakkan kakinya di club dan bar yang sering dia datangi beberapa tahun belakangan ini," jelasnya Erick Arkan Arya Dewantara kakak satu-satunya yang dimiliki oleh Ersam.
Pak Arya tersenyum bahagia," ini satu kemajuan yang sangat bagus dari adikmu, coba kamu selidiki apa yang terjadi padanya, terus gimana dengan perempuan yang dijodohkan dengannya apa mereka sudah bertemu dengan adikmu itu? Coba tanyakan pada istrimu Renata," ujarnya Pak Arya Dewantara.
Jangan lupa untuk memberikan dukungannya yah! mampir juga dinovel aku yang judulnya:
Majikan Ayah Dari Anakku
Rindu Bintang Kejora
Makasih banyak all readers..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Irmayanti Reci
rasmi janda oenikat hati
2023-01-18
0