Bab. 4

"Aku berencana akan membeli rumah Mbak dan juga menyewa ruko untuk saya jadikan tempat untuk jual kue dan chefnya Mbak lah yang aku pilih karena Mbak aku rasa masakan kue-kue Mbak rasanya enak-enak jadi alangkah baiknya kalau kita mulai usaha kecil-kecilan mumpung ada modal Mbak,"

"Itu ide yang bagus, kalau gitu semangat!" Teriaknya Mbak Darma dengan penuh antusias.

"Ersam! Apa sebenarnya yang kamu inginkan, apa masalah yang kamu ciptakan sama sekali tidak membuatmu untuk menyadari semua kesalahanmu!" Teriakannya Pak Dewantara.

Ersam menghentikan langkahnya sebelum membuka pintu rumahnya," aku akan berhenti bersikap kurang ajar dan brutal jika wanita penggoda itu pergi dari rumah Mamaku ini!" Geramnya Ersam Arya Dewantara.

Elga terkejut mendengar perkataan dari anak sambungnya itu sekaligus mantan kekasihnya. Kedua suami istri itu terkejut mendengar perkataan dari anak bungsunya mereka.

Ersam tersenyum penuh arti melihat pasangan yang sangat memuakkan itu, "Saya harap Papa berhenti untuk mengurusi dan mencampuri kehidupanku, cukup jaga baik-baik istri muda dan cantiknya Papa saja, karena aku tahu apa yang aku lakukan dan aku cukup dewasa untuk mengetahui apa yang aku lakukan selama ini," ketusnya Ersam sambil berlalu dari hadapan mereka.

Pak Dewantara ingin maju kehadapan anaknya tapi, buru-buru dicegah oleh Elga.

"Papa, sudah jangan dipikirkan semua perkataannya Ersam mungkin dia sedang lagi banyak pikiran sehingga ia seperti itu," bujuknya Elga di depan suaminya itu.

"Kamu sangat baik dan perhatian dengan ketiga anakku tapi, entah apa yang terjadi pada mereka hingga sampai detik ini mereka masih belum ada yang ingin menerima kamu sebagai mamanya," imbuhnya Pak Dewantara yang keheranan melihat ketiga anaknya yang berubah setelah tiga tahun lalu dia memutuskan untuk menikahi perempuan yang seumuran dengan anak pertamanya Erick.

Ersam melajukan mobilnya menuju jalan raya, ia tidak tahu harus kemana lagi. Hanya mengikuti jalur jalan raya saja.

"Mama, aku sangat merindukan Mama, kenapa Mama begitu cepat pergi meninggalkan kami yang sangat membutuhkan kehadiran Mama," gumamnya Ersam.

Sedang di tempat lain, Rasmi dan Darma berpamitan kepada para ibu-ibu dan bapak-bapak yang telah menjadi tetangganya hampir sepuluh tahun lamanya. Rasmi tidak mungkin memperjuangkan haknya karena sama sekali tidak memiliki bukti apapun mengenai harta peninggalan milik suaminya itu.

"Maafkan saya yah Pak, ibu kalau selama ini banyak salah sama kalian selama aku tinggal di komplek kita ini," imbuhnya Rasmi lalu bersalaman satu persatu dengan warga masyarakat yang kebetulan hadir di tempat tersebut ketika Rasmi akan pergi dari sana.

"Kamu sama sekali tidak punya kesalahan kepada kami, malahan kami berterima kasih kepadamu karena selama kamu tinggal disini sudah banyak pengorbanan dan bantuan yang kamu berikan untuk warga masyarakat yang membutuhkan bantuan," jelasnya Pak RT yang mewakili yang lainnya.

Rasmi menyeka air matanya saking terharunya dan sedihnya harus berpisah dengan orang-orang baik yang selama ini sudah jadi tetangganya. Dia menatap dengan seksama rumahnya yang penuh dengan kenangan manis saksi bisu kehidupan harmonis keluarga kecilnya selama ini.

"Mas Eko Prasetyo, maafkan aku tidak mampu mempertahankan harta satu-satunya peninggalan Mas, semoga Mas dengan kedua anak kita tenang di alam sana dan aku selalu merindukan kalian, walaupun awalnya aku sulit untuk menerima kepergian kalian yang begitu cepat, tapi aku harus berusaha untuk ikhlas, sabar dan merelakan kepergian kalian," air matanya terus menetes membasahi pipinya sebelum naik ke atas mobil yang sudah sedari tadi menunggu keberangkatannya.

Darma mengelus lengannya Rasmi adik sepupunya itu," insya Allah… semua akan ada hikmahnya dari ujian yang Allah SWT berikan padamu, yakinlah itu karena Allah SWT maha adil,maha besar dan maha penyayang kepada semua umatnya," imbuhnya Darma yang diam-diam menyeka air matanya yang mewakili perasaannya melihat kesedihan adiknya itu.

"Jalan Pak supir!" Perintahnya Darma yang sudah duduk di kursi jok belakang mobil angkutan umum itu dengan beberapa pakaiannya dalam tas.

"Maaf kita akan ke mana Mbak?" Tanyanya Pak Supir yang menolehkan kepalanya ke arah belakang.

"Kita ke jalan X Pak terlebih dahulu karena aku ingin ke Bank dulu," perintah Rasmi yang berniat untuk mencairkan uang santunan dari Pak Erick untuknya.

Darma sedikit terkejut mendengar perkataan dari mulut sepupunya itu," apa kamu yakin dengan pilihan kamu itu?"

Rasmi tersenyum tipis," ia Mbak, aku akan mencairkan cek tersebut sebenarnya awalnya saya tidak berniat untuk memakai cek tersebut karena saya rasa masih punya rumah untuk berlindung, tapi semuanya berbeda dengan apa yang aku pikirkan dan rencanakan sebelumnya,"

"Tapi, Ras! Uangnya cukup banyak loh kamu mau apakan uangnya?"

Pak supir hanya sibuk menyetir mobilnya sambil mencuri dengar dari percakapan keduanya itu.

"Aku berencana akan membeli rumah Mbak dan juga menyewa ruko untuk saya jadikan tempat untuk jual kue dan chefnya Mbak lah yang aku pilih karena Mbak aku rasa masakan kue-kue Mbak rasanya enak-enak jadi alangkah baiknya kalau kita mulai usaha kecil-kecilan mumpung ada modal Mbak,"

"Itu ide yang bagus, kalau gitu semangat!" Teriaknya Mbak Darma dengan penuh antusias..

Jangan lupa untuk memberikan dukungannya yah! mampir juga dinovel aku yang judulnya:

Majikan Ayah Dari Anakku

Rindu Bintang Kejora

Makasih banyak all readers..

Terpopuler

Comments

Ierna Naim

Ierna Naim

suka dengan ceritanya

2023-01-05

1

Andara bia

Andara bia

lanjut

2023-01-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!