Tak terasa, empat Bulan telah berlalu. Aku kini sudah bisa menyesuaikan gaya bercanda mereka. Dengan Mbak Rahmi yang terkadang suka mode serius, tapi dia pintar jika menyangkut hal logika. Pak Danang yang suka konyol, Bu tari yang tidak pernah berbicara, terus Mas Wahyu yang kalau ngomong kaya di kejar kereta dan juga ceplas ceplos.
Tapi dengan sifat mereka yang berbeda semua, membuat semuanya saling melengkapi.
Aku sebenarnya manusia yang introvert, dan ngga suka terlalu keramaian.
Hingga pada suatu hari, ada rolllingan karyawan. Dan devisiku mendapatkan satu tambahan karyawan perempuan.
Sebut saja dia Ningsih. Ningsih orangnya gampang akrab, tapi Aku tidak terlalu suka dengan caranya yang kadang menyepelekan sesuatu. Apalagi Ningsih terlalu memuja KPop. Memang itu hak nya, tapi setiap obrolan malah terkadang membuat orang orang di devisi ini malah semakin malas menanggapi.
"Tau ngga Yun? Blackpink itu setelah Hiatus setahun tapi tiba tiba cuma comeback pakai satu lagi dan juga MV. Masih mending kalau se album, lah ini. Ih YG mah, kalau mereka mau buat lirik sendiri juga ngga dibolehin." Gerutu Ningsih.
"Udah gapapa, itu kan urusan mereka Mbak." Balasku
"Tapi kan Aku sebagai blink ga terima dong."
"Iyaaaa, tapikan itu juga udah keputusan perusahaan yang menaungi, suka ga suka mau ga mau ya gitu kan?"
Ku lihat Mbak Rahmi dan juga Mas Wahyu sedikit tertawa tertahan dengan obrolanku dan juga mengece.
Aku yang paham dengan mereka pun hanya ikut tertawa, sungguh sulit memang jika punya teman yang terlalu fanatik idol, karena jika ada sesuatu hal yang memang ngga disukai oleh fansnya langsung bisa ngga terima.
Jam istirahat telah datang, Aku dan juga Mbak Rahmi yang terbiasa sholat ke masjid, memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu biar bisa santai nantinya.
Tiba tiba ku lihat, seorang anak lelaki kira kira umurnya se umuran denganku tapi ngga tau aslinya.
"Hei Bang, Aku numpang makan disini ya." Ujarnya tiba tiba.
Mas Wahyu yang berada di dalam ruangan ya menjawab,
"Eh kamu Rel, sini sini masuk." Lelaki yang dipanggil 'Rel' tadi masuk. Namun Aku dan juga Mbak Rahmi tak terlalu mempedulikan dirinya.
Kira kira jam setengah satu, Aku dan Mbak Rahmi pergi ke masjid. Sebelumnya Aku berkata pasa Mas Wahyu,
"Mau nitip es krim ngga mas?" Setelah mendengarku berbicara seperti itu, kulihat Mas Wahyu juga berteriak padaku,
"Mau dong mau, biasa ya yang Cornetto." Aku mengangguk tanda iya.
Lalu setelahnya Aku dan juga Mbak Rahmi berjalan menuju masjid. Rutinitas setiap hari sepulang dari masjid adalah jajan. Entah cuma jajan es krim ataupun sekedar makanan ringan saja.
Hampir siangan, Aku tiba tiba teringat sesuatu,
"Oh iya mas, itu yang anak lelaki tadi siapa?." Tanyaku
"Farel maksut kamu? Yang tadi makan disini itu kan?"
Aku mengangguk mendengarkan itu,
"Itu Farel Yun, anaknya Bu Maryani itu." Mataku membulat mendengar jawaban itu.
"Memang bisa bebas ya? Kalau satu kerjaan sama keluarga sendiri?" Tanyaku lagi.
"Ya mana kutahu Yun kalau mereka, kalau Aku pribadi sih ngga suka ya. Secara, kalau udah dirumah nanti ketika kumpul ngga ada yang diceritain. Karena dari Aku dan saudaraku itu pas dikerjakan udah tau apa yang dilakuin. Ngga seru ah." Aku membenarkan, memang sih.
"Bagaimana kalau kamu Mbak?" Tanyaku pada Mbak Rahmi.
"Sama Mbak Yun, Kalau aku sekalipun ditawari di perusahaan adekku. Tetep ngga mau, karena nantinya dunia kita hanya akan berputar disitu terus."
Kami semua akhirnya melanjutkan pekerjaan masing masing.
Ku ingat jika Mbak Ningsih belum ku sapa daritadi, hingga akhirnya Aku mulai bertanya padanya,
"Mbak Ning, Mbak juga kenal sama yang namanya Farel itu?" Tanyaku.
Mbak Ningsih yang saat itu fokus sama kerjaanya terkesiap kaget mendengarnya,
"Kenal Yun, itu kan temenya Ningrum juga. Mungkin Ningrum belum sempet cerita, benar gitu?" Aku mengangguk.
"Jadi gitu ya mbak."
"Emang ngapain kamu tanya tanya dia?"
"Engga, cuma tadi pas istirahat itu dia kan makan disini. Dia itu ngeliatin Aku gitu banget, atau karena Aku masih baru ya?"
"Mungkin mau kenalan sama kamu Dek, haha."
"Ah Mbak mah bisa aja." Ucapku sebal.
"Tapi kayanya Farel itu sepertinya Absen dia masih ada di devisi packing deh, belum dipindah. Iya ngga?"
Aku mengangguk lagi, karena memang Aku sering tau manusia yang bernama Farel itu sering mondar mandir disekitar sini, udah kaya orang bingung sih hehe.
"Nah itu tuh, dulu kan dia ada di devisi packing sebelah itu kan. Terus ada pengurangan karyawan waktu itu, setelah kira kira dua minggunan, Farel itu dipanggil lagi, nah masuknya bukan devisi packing lagi tapi masuk produksi. Satu devisi sama Ningrum." Jelas Mbak Ningsih panjang lebar.
Aku mengangguk paham, akhirnya kami kembali fokus pada kerjaan masing masing.
"Satu yang ku tahu dari hari ini, Aku memang peka tapi terkadang pura pura ngga tau. Karena hal itu terkadang lebih baik dari apapun."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments