Kini, Sagachi, Furuko, Cika dan juga Chizu sekarang sudah berpindah ke sebuah tempat yang sangat dingin. Dalam kata lain, sekarang mereka berada di sebuah pulau yang seluruh daratannya terselimuti oleh lapisan es. Serpihan salju juga terus saja turun menghujani pulau ini, dan pulau inilah yang dimaksud ... Snow Land.
Sekarang ini mereka juga sedang berada di Snow Land ini dalam suasana waktu matahari yang mulai terbenam dari arah barat. Langit yang tadinya berwarna jingga, kini akan mulai berganti warna menjadi biru gelap, dan tentu saja, hal ini menandakan akan menjelang waktu malam.
"Di sini dingin sekali, Nisan," ucap Furuko sembari bersedekap memeluk tubuhnya sendiri. Ia menggigil akibat suhu yang luar biasa dingin di tempat ini. "Aku gak betah dengan suhu sedingin ini. Kalau tahu di sini suhunya sedingin ini, aku pasti akan memakai pakaian tebal."
Furuko menyesal karena ia tak menggunakan pakaian tebal seperti halnya jaket ataupun kain pakaian tebal yang berbahan tebal lain. Yang ia kenakan sekarang ini adalah kimono yang biasa dipakai. Bagaimana ia tidak kedinginan? Sedangkan suhu di area ini berkisar antara lima derajat celsius sampai dengan tujuh derajat celsius. Bayangkan saja, seberapa dinginnya jika Furuko memakai kimono di area ini, sedang kimono adalah pakaian berbahan kain tipis.
"Nisan juga kedinginan, Furuko. Tapi, karena sudah terlanjur sampai di sini ... ya mau bagaimana lagi?" kata Sagachi merespon ucapan Furuko. Sekarang ini, ia juga merasa sangat kedinginan, walaupun pakaian yang dipakai Sagachi lebih tebal dari pakaian yang Furuko pakai.
Sementara Cika dan Chizu malah tersenyum melihat Sagachi dan Furuko kedinginan. Walaupun sebenarnya, mereka juga sedang menahan rasa dingin ini dan mereka juga sebenarnya merasa kedinginan. Mereka bersikap seolah-olah tidak merisaukan hal itu, karena mereka memiliki sebuah kemampuan sihir untuk membuat badan mereka terasa hangat.
"Tenanglah Sagachi-san, Furuko-san. Kami akan membuat kalian jadi merasa hangat," kata Chika, dan kemudian ia menoleh ke arah adiknya. "Benar kan, Chizu?"
"Iya. Di dunia ini, apa yang tidak bisa dilakukan dengan sihir?" kata Chizu merespon ucapan Cika.
"Benarkah? Kalau begitu, tolong lakukan itu segera!" Furuko meminta seperti itu karena ia sudah tidak tahan dengan suhu dingin yang menyerang tubuhnya.
"Baiklah, sebentar, ya?" kata Cika merespon ucapan Furuko.
"Terima kasih, Cika-san," kata Furuko berterima kasih, dan Cika menanggapinya dengan anggukan.
"Baiklah, ayo kita lakukan!" ajak Cika sembari menoleh ke arah Chizu.
"Mmm." Chizu yang mengerti apa yang dimaksud kakaknya itu hanya merespon dengan anggukan.
Setelah itu, Cika dan Chizu mengucapkan mantra bersama.
"With the power of the evening sky, we create a yellow light, and with the power of the yellow light, we create a warmth."
"Dengan kekuatan langit senja, kami ciptakan sebuah cahaya kuning, dan dengan kekuatan cahaya kuning, kami ciptakan sebuah kehangatan."
Setelah Cika dan Chizu mengucapkan mantra tersbut, sebuah cahaya berwarna kuning tiba-tiba bersinar dari tubuh Sagachi, Furuko, Cika dan Chizu. Mereka berempat merasakan kehangatan dari efek cahaya kuning yang dibuat dengan keajaiban sihir ini.
Sekarang, mereka sudah tidak lagi merasakan kedinginan yang menyerang tubuh mereka, dan sekarang Furuko yang sedari tadi mengeleuh kedinginan, kini telah mengulas sebuah senyum dan merasa lega. Begitu pula juga dengan Sagachi dan lainnya yang juga merasa lega dari suhu dingin yang tadi menyerang mereka.
"Baiklah, sekarang kita cari sarang naganya," ujar Sagachi. "Kira-kira di mana ya, sarang Naga Es itu?"
"Tentu saja sarang Naga Es itu tidak jauh dari sini, karena saat kita mengucapkan mantra teleportasi, kami langsung menggunakan kata kunci untuk langsung berpindah ke daerah Naga Es berada," ucap Cika menjelaskan.
"Kalau begitu ...." Ucapan Sagachi terhenti ketika ia menoleh ke arah belakang, dan di belakangnya itu ada jurang dan di bawah jurang itu ia melihat seekor Naga Es berwarna putih kebiru-biruan sedang tertidur. Kemudian ia pun berbisik pada teman-temanya sembari menunjuk sarang naga itu dengan jari telunjuknya. "Sssat! ... itu sarang naganya ada di bawah sana."
Karena penasaran, Furuko, Cika dan juga Chizu mendekat ke arah Sagachi untuk melihat apakah yang ditujukan Sagachi itu benar-benar sarang naga atau bukan?
Setelah mereka mendekat, bisa mereka lihat sendiri, seekor naga berwarna putih kebiru-biruan berkuran besar sedang tidur di bawah jurang sana. Bisa dibilang jurang itu adalah sarang naganya, karena jurang itu berbentuk bundar seluas sekitar dua hektar dan kedalaman jurang tersebut sekitar empat puluan meter lebih.
"Iya, itu naganya. Ternyata besar banget, ya," ucap Cika ketika melihat naga yang sedang tidur di sarangnya itu.
"Nesan, apakah kita bisa mengalahkan naga itu?" bertanya Chizu yang berada di samping kanannya.
Cika pun menoleh ke arah adiknya itu, kemudian ia pun menjawab pertanyaan adiknya itu dengan berkata, "Nesan juga tidak begitu yakin kita bisa mengalahkan naga sebesar itu atau tidak. Apalagi, naga itu adalah Naga Es yang tentunya memiliki kekuatan Es yang pasti akan merepotkannya. Terlebih lagi ini adalah wilayahnya, dan naga itu akan jauh lebih kuat jika bertarung di wilayahnya sendiri.
"Tapi, jika kita berjuang bersama-sama untuk mengalahkan naga itu, pasti akan tetap bisa," kata Sagachi dengan penuh kemantapan dalam hatinya.
"Nisan, kalau ngomong sih gampang. Lihat, seberapa besar naga itu. Apakah kita mampu mengalahkannya?" ucap Furuko. Ia tidak yakin, baginya naga itu ukurannya juga terbilang sangat besar walau dilihat dari atas yang terbilang jauh puluhan meter.
"Lebih baik kita susun rencana dulu sebelum bertindak," kaya Cika menyarankan.
Bisa diperkirakan, ukuran naga itu bila dilihat dari jarak dekat, panjangnya dari kepala, badan, hingga ekor sekitar dua puluh meter. Tingginya sekitar tujuh meter, memiliki sayap, dan jika kedua sayap naga itu merentang kira-kira dari sayap kanan sampai sayap kiri sekitar tiga puluhan meter. Di dada naga itu terdapat kristal berwarna biru menyala, dan kristal itulah sumber kehidupan dan kekuatan naga tersebut.
Mereka berempat pun saling berbincang-bincang untuk memikirkan rencana bagaimana cara mengalahkan naga itu sebelum bertindak untuk melawannya. Karena, jika langsung melawan naga itu tanpa menyusun rencana terlebih dahulu, bisa jadi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Naga itu bukanlah naga biasa, naga itu adalah penguasa Snow Land ini. Oleh karena itulah, mereka harus menyusun rencana yang benar-benar matang untuk mengalahkan naga itu.
"Sagachi, di sini hanya kamulah petarung jarak dekat. Oleh karena itulah, kami sebagai para petarung jarak jauh mengandalkanmu mengalihkan perhatian naga itu." Cika menjelaskan susunan rencananya, dan Sagachi pun mendengarkan dengan serius. "Apakah kamu bersedia menjadi pengalih perhatian naga itu saat nanti kita akan bertarung?" tanyanya kemudian.
"Baiklah, aku bersedia!" jawab Sagachi tanpa ragu. "Mari kita serang naga itu bersama!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ririn Oktavia
😏🤭 ya di peluk lah biar ga kedinginan ksian loh dia kak
2023-03-13
1