Sejak Boy Syam mengenalinya sebagai CEO sebuah perusahaan jasa terbesar di kota itu, Irfin sudah mulai berhati-hati dalam bertindak.
Kota ini sempit dan ia khawatir bisa saja bertemu dengan seseorang yang mengenalnya lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk selalu menggunakan masker dan kacamata dalam setiap mengantar paket orderan makanan untuk Costumernya.
Seperti siang itu, Irfin mengantarkan pesanan para customer dengan mengitari kompleks perumahan elit di daerah itu. Pria itu tidak merasakan lelah meskipun matahari sedang terik-teriknya ataupun hujan dengan keras membasahi bumi. Ia sangat menikmati pekerjaannya itu.
"Pesanan atas nama Mbak Imelda," ujarnya saat tiba di sebuah Rumah elit dan paling besar di kompleks itu.
Tubuhnya yang sudah sangat basah karena terkena hujan keras saat di tengah jalan tadi membuatnya tidak ingin masuk ke teras Rumah besar itu. Ia takut mengotori rumah orang dengan tampilannya sekarang.
Seorang perempuan dengan tampilan yang lumayan terbuka menerima paket makanan itu dengan senyum diwajahnya.
"Betul sekali Kang, makasih ya," ujarnya kemudian menyerahkan sejumlah uang pada Irfin untuk membayar paket itu.
"Terimakasih Mbak," jawab Irfin dengan balas tersenyum dari dalam maskernya. Ia pun ingin kembali melanjutkan perjalanannya tetapi tiba-tiba petir dari langit bergemuruh dengan keras.
"Akang, berteduh di sini aja dulu. Takutnya hujannya semakin deras lho," ujar Imelda seraya mempersilahkan Irfin untuk duduk di sebuah kursi di teras rumahnya.
"Gak apa-apa Mbak, saya berdiri di sini saja. Pakaian saya juga basah, gak enak nanti kalau bikin kotor."
"Ih gak papa. Duduk sini ya kang. Kasihan nanti masuk angin lhoo," Imelda terus menerus membujuk dengan senyum diwajahnya.
Rasa kasihan pada pria itu benar-benar mengganggu perasaannya. Ia jadi teringat bagaimana dulu Ayahnya yang hanya seorang kurir juga menghidupi mereka sampai sebesar ini.
Duarr
Petir kembali datang bergemuruh. Irfin merasakan hatinya ketar-ketir juga. Ia dari dulu takut akan suara petir. Akhirnya ia melangkahkan kakinya ke atas teras dan duduk sesuai dengan permintaan yang punya rumah.
"Santai saja kang. Nanti hujan reda baru deh akang bisa pergi," ujar Imelda lagi dengan tatapan lurus ke dalam wajah Irfin yang tertutup dengan topi dan masker itu. Ia sangat penasaran bagaimana rupa kurir itu.
"Ah iya Mbak. Makasih banyak," ujar Irfin seraya menatap ke arah langit hitam di atas sana. Imelda pun pamit ke dalam untuk memakan paket makanan yang baru diantarkan oleh kang kurir itu.
Irfin membuka helm dan maskernya yang sudah sangat basah. Ia menyimpannya di atas meja kaca yang ada di sampingnya.
Pria itu pun meraup wajahnya kasar. Rasa dingin yang ia rasakan mulai menusuk tulang-tulangnya.
"Ya Allah, semoga hujan ini menjadi berkah, Aamiin. Akan tetapi Aku berharap sekali bisa reda secepatnya," harapnya dengan suara pelan.
Ia memandang motornya yang sudah sempat ia bawa berteduh di dalam garasi rumah ini. Untungnya beberapa paket yang tersisa ia bungkus dengan sangat baik dan rapih jadi meskipun terkena hujan tidak akan rusak.
Tak lama kemudian hujan pun sudah reda. Langit pun kembali terang dan cerah. Ia pun kembali meraih helm dan maskernya untuk ia pakai.
"Kang, udah mau berangkat?" tanya Imelda dengan tatapan kagum pada wajah Irfin yang begitu tampan dan maskulin.
Seketika hatinya berdebar tak karuan. Dengan cekatan tangannya mengambil handphonenya dan membidik wajah Irfin yang sedang menoleh kaget padanya.
"Ah iya Mbak. Hujan sudah reda dan masih banyak paket yang harus saya antar. Permisi Mbak. Terimakasih banyak." Irfin tidak ingin menoleh lagi. Ia tahu kalau perempuan itu sudah berhasil mengambil foto dirinya tetapi ia tidak mungkin marah atau kesal.
"Hati-hati ya kang," teriak Imelda dengan wajah berseri-seri. Ia sudah mulai terpesona dengan ketampanan dan kesopanan kang kurir itu.
Ia pun berniat menggaet hati pria itu dengan sering-sering memesan makanan lewat aplikasi yang membawahi tempat pria itu bekerja. Dengan harapan yang sangat besar agar ia bisa sering bertemu dengan sang kurir.
"Pria setampan itu jadi kurir? oh no. Apa kata dunia?" ujarnya seraya menatap terus layar handphonenya dimana wajah Irfin sudah ia jadikan sebagai wallpaper. Senyum kembali terbit dari bibirnya.
Gadis itu pun masuk ke rumahnya dengan segala niat dan rencana yang akan membuat hatinya bahagia ke depannya.
Sementara itu, Irfin masih sibuk berkeliling komplek untuk mengantar paket-paket makanan pesanan orang lain.
Semua costumer merasa sangat senang karena paketnya aman dan sampai dengan selamat. Mereka semua memberi rating bintang lima pada aplikasinya dengan ulasan yang sangat menarik.
Pesona Irfin dengan kebaikan hati dan kesabarannya mampu menghadapi costumer yang sering marah atau pun kesal.
Terkadang dalam berbagai kasus para Costumer itu marah kalau makanan yang mereka beli tidak sesuai dengan ekspektasi lidah mereka.
Dan biasanya kurir lah yang menjadi korban. Padahal mereka sendiri tidak tahu menahu tentang itu. Tugas mereka hanya mengantarkan paket makanan pesanan mereka dengan selamat tanpa tumpah ataupun rusak.
"Terimakasih banyak ya Mas, makanannya udah semakin enak lihat wajah kurirnya yang tampan," ujar salah seorang customer yang sempat ingin marah dan membuang makanan itu karena tidak suka.
Akan tetapi dengan segala cara Irfin membujuk dengan kata-kata yang baik agar makanan itu tidak dibuang begitu saja. Ada banyak orang di luar sana yang mungkin tidak pernah mencicipi makanan mahal seperti ini.
"Gimana kalau saya yang coba Mbak," ujarnya menawarkan dirinya. Costumernya yang sudah berlangganan dengannya itu hanya tersenyum kemudian mengiyakan.
Irfin membuka maskernya, dan mulai mencicipi makanan itu dengan penuh perasaan. Sungguh kebetulan yang menyenangkan adalah karena ia juga sangat lapar di cuaca hujan-hujan seperti ini.
Ghina tersenyum senang karena dengan insiden penolakan pada makanan ini, ia jadi bisa melihat wajah asli Kang kurir yang sebenarnya. Ia pun ikut makan bersama dengan kurir itu.
"Ternyata enak kan mbak? gini aja. Mbak gak usah bayar. Saya aja yang ambil untuk pacar saya," ujar Irfin seraya membungkus kembali makanan itu.
"Ih, gak bisa gitu dong Mas. Aku yang pesan ini masak mau diambil sama kamu sih," ujar Ghina dengan wajah dibuat cemberut kesal. Ia tentu tidak rela jika makanan yang sudah dicicipi kurir tampan itu diambil kembali.
"Aku kasih bintang satu lho," lanjutnya dengan tatapan penuh kekaguman pada sang Kurir. Irfin pun tersenyum kemudian menyerahkan kembali makanan itu pada Ghina.
"Gak apa-apa bayarnya gak full. Saya juga kan ikut makan tadi."
"Nih uangnya. Aku kasih bonus untuk kamu. Tapi besok, antarkan aku lagi ya makanan yang kamu suka biar kita bisa makan bersama hehehe," ujar Ghina terkekeh. Irfin hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia hanya berharap semua urusannya baik-baik saja dan tidak menimbulkan masalah ke depannya. Dan saat ini ia ingin sekali bertemu dengan Najla Irham sang kekasih.
🌺🌺🌺
*Tobe Continued.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
💝🦂⃟Fᷤiᷤqᷫrie MSFR🥀⃞Cinta 🦂
kang...... kang bajaj.... ayoooo kang
2023-01-07
1
yuuuu123
kurirnya bikin klepek-klepek nih Thor
2023-01-05
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
Dorrrrr derrrrr dirrrrr durrrrr daaaaarrrrr
ishhhhhhhhhhhh
petirnya nakal.....!!!!
2023-01-05
2