Memasuki usia kandungan sembilan bulan, Elma dirujuk di rumah sakit besar untuk menunggu persalinannya sambil memantau keadaan kandungannya yang bermasalah.
Hanya kekuatan doa yang bisa menguatkan hati calon ibu muda ini. Air matanya seakan tidak pernah habis menguras kesedihannya karena terlalu angkuh untuk sebuah harga diri. Ia telah mengabaikan hak hidup putranya demi membalaskan dendam pada sang ayah bayinya.
"Sayang! Jika Allah mengirim kamu untuk bunda, tolong segera sembuh. Apa yang harus bunda lakukan untukmu? Bunda sendirian hidup di dunia ini.
Tidak ada tempat yang bisa bunda datangi kecuali mesjid untuk bunda adukan masalah bunda pada Allah."
Ucap Elma dengan rasa bersalahnya.
Dokter Weni memberikan dukungan besar untuk Elma yang tidak memiliki siapapun untuk ia berbagi.
"Setiap ujian pasti ada hadiah besar yang akan kita raih nona Elma. Aku tidak tahu proses hidupmu seperti apa.
Tapi dari kesakitan itu justru membuat kita lebih tangguh untuk menyikapi setiap masalah dengan bijak. Ujian itu pengalaman untuk mendewasakan pikiran kita.
Sakit itu adalah bukti cinta Allah yang merindukan tangisan hambaNya. Jika tidak diberikan ujian, apakah kita butuh Allah?"
"Aku tidak pernah melakukan kemaksiatan besar dalam hidupku dokter. Tapi kenapa aku yang terus diberikan ujian yang tidak pernah habisnya. Seakan Tuhan tidak ingin melihat aku bahagia."
Ucap Elma dengan kalimat diplomatis.
"Apa maksudmu nona Elma ?"
"Kenapa aku harus melahirkan anak dari hasil pemerkosaan?"
Deggggg...
"Jadi kau...!"
Dokter Weni memelankan suaranya karena Elma sedang berada di ruang ICU dalam pengawasannya.
"Iya dokter. Itulah sebabnya aku tidak mau melakukan cek up kehamilanku ke rumah sakit karena aku ingin janinku keguguran, dengan begitu aku tidak perlu menanggung aib seumur hidupku...hiks... hiks!"
Elma Menutup wajahnya menahan sesak yang begitu sakit didadanya.
Dokter Weni langsung memeluk Elma yang terlihat sangat menderita. Ia salah paham pada gadis ini karena mengira Elma melakukan dengan kekasih atas dasar suka sama suka dan sang kekasih pada akhirnya tidak mau tanggung jawab atas kehamilannya Elma.
"Mengapa kamu menuliskan nama calon ayahnya adalah Tuan Darren? Apakah dia pelakunya?"
"Tidak dokter. Dia bukan pelakunya. Aku hanya sedang memikirkan nama seseorang yang melintas begitu saja
di pikiranku."
"Apakah kamu mengenali wajah pelaku yang telah memperkosamu?"
"Saat itu, mataku ditutup ketika ia memperkosaku. Aku tidak mengenali wajahnya sama sekali hingga ia meninggalkan aku sendirian dan kabur entah ke mana. Beruntung saja aku tidak melihat wajahnya, kalau tidak aku terus merasa jiwaku teraniaya oleh wajahnya.
"Mengapa sekarang kamu menyesali perbuatanmu dan sangat takut kehilangan bayimu? Bukankah sebelumnya kamu tidak ingin dia lahir ke dunia ini?"
"Entahlah dokter. Aku baru merasakan dia sangat berarti saat ia bergerak di dalam rahimku. Aku merasa aku punya teman dan dia akan menemani hari-hari ku yang sepi.
Aku mencoba melupakan trauma ku dan sekarang pikiran juga waktuku hanya tercurahkan semua untuknya. Aku ingin dia hadir ke dunia ini dalam keadaan sehat, dokter.
Aku hanya memikirkan Tuhan sedang menitipkan bayi ini untuk menghibur lara ku." ucap Elma dalam pelukan dokter Weni.
"Baiklah. Tuhan sedang mendengarkan pintamu. Kamu harus yakin kalau putramu akan sembuh dan dia akan hadir ke dunia ini sesuai dengan keinginanmu.
Kita sedang menantikan kehadirannya dalam hitungan hari. Langsung tekan bel ini jika kamu mengalami kontraksi. Ok, ?"
"Siap dokter!"
"Dokter Weni! Ada pasien yang siap melakukan persalinan normal di kamar bersalin." Ucap suster Naysilla.
"Terimakasih suster Naysila."
Dokter Weni pamit pada Elma langsung menuju ruang bersalin.
...----------------...
Pukul satu pagi Elma merasakan kontraksi pertamanya. Dokter Weni masih memintanya untuk bersabar karena belum waktunya.
Elma menikmati sakit kontraksi yang luar biasa padahal masih pembukaan tiga.
"Dokter Weni! Aku sudah tidak tahan lagi. Ini sangat sakit." keluh Elma.
"paling setengah jam lagi bayimu akan lahir. Tetaplah menarik nafas panjang lalu menghembusnya pelan sambil beristighfar."
"Tapi dokter aku...! Astaga ini apa dokter..?"
Elma yang belum mengerti dengan air ketuban kerasa bingung sendiri.
"Astaga! Ketuban mu sudah pecah, sekarang waktunya kita bersiap untuk melakukan persalinan. Jangan memejamkan mata dan mengatup rahang karena gigimu mudah goyang. Gigit kain ini saat mengejan."
Titah dokter Weni yang sudah siap membantu proses persalinan Elma.
Berulangkali Elma mengejan bayinya tidak kunjung keluar padahal tenaganya sudah habis terkuras.
"Nona Elma ! Apakah kamu ingin dioperasi sesar?"
"Tidak dokter! Aku mau normal."
"Kalau begitu berjuanglah. Jangan menyerah."
Elma mengumpulkan kembali tenaga yang tersisa. Ia mengejan sekuat tenaga untuk mengeluarkan bayinya. Dalam bayangannya sekilas ia melihat wajah pria pemerkosa itu adalah Darren.
"Tidakkkkkk! Jangannnnn! Kau bukan dia!"
Teriak Elma sambil mengeluarkan bayinya.
Tangis bayi Elma menggema di ruangan itu hingga air matanya mengalir.
Rasa haru Elma saat melihat tubuh kecil dengan gusi merah itu menyapa tubuhnya yang diletakkan oleh dokter ke dadanya.
"Susui ia sebentar sebelum di masukkan ke ruang Nicu!" Pinta dokter Weni.
Dalam sekejap bayinya Elma sudah siap dibawa ke ruang Nicu.
"Apakah kamu sudah menyiapkan namanya nona Elma?"
"Mohammad Darren Gibran."
"Terimakasih nona Elma! Kamu akan di pindahkan ke ruang inap. Apakah kamu ingin dirawat di ruang apa?"
"VVIP dokter!"
Elma masih memikirkan sekilas wajah yang terlintas dalam pengelihatannya.
"Apakah ini bagian dari halusinasi ku saja? ataukah Darren yang telah memperkosaku?"
"Tidak..!! Darren sangat baik padaku. Dia sangat menghormati ku. Dia tidak akan melakukan hal bejat itu padaku." Batin Elma.
Dokter Weni mendatangi lagi kamar inap Elma.
"Nona Elma! Besok kamu sudah diperbolehkan pulang. Tapi bayimu tetap di sini selama satu Minggu untuk memastikan keadaan jantungnya. Kamu bisa datang menemaninya dan membawakan Asi mu untuknya."
"Terimakasih dokter Weni."
"Elma!"
"Iya dokter!"
"Apakah kamu tinggal sendirian di apartemenmu?"
"Iya dokter."
"Kalau kamu tidak keberatan, tinggal lah bersamaku karena aku hidup sendiri."
"Di mana keluarga dokter?"
"Aku hidup melajang sampai usiaku sudah memasuki limapuluh tahun. Aku tidak sempat memikirkan untuk menikah karena terlalu asyik dengan karirku."
"Tapi dokter! Aku tidak mau menyusahkan mu."
"Aku sangat kesepian dan aku rasa kamu juga begitu. Walaupun sekarang ada baby Darren, tapi kamu butuh orang yang memperhatikan kamu dan putramu.
Tolonglah Elma karena nasib kita berdua tidak jauh berbeda. Aku sangat senang sekali jika kamu bersedia.
"Baiklah dokter! Terimakasih untuk tawarannya. Jika aku salah tegur aku seperti putri anda sendiri." Ucap Elma.
"Hmm!"
Sementara di Jakarta, Darren terlihat begitu gelisah karena wajah Elma terus membayanginya.
"KIA! Apakah kamu sama sekali tidak mendapatkan kabar dari Elma?"
"Belum, Tuan!"
"Apakah kamu sudah periksa semua rumah sakit maupun klinik bersalin? siapa tahu Elma sudah melahirkan."
"Oh iya, Tuan Darren! Kenapa aku tidak kepikiran sampai ke situ ya. Aku akan meminta orang kita untuk melakukan penelusuran daftar ibu melahirkan atas nama Elma." Ucap asisten KIA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
اختی وحی
nicu thor bkn niku
2023-01-08
2
felisya enterprise
makasih ya Thor..,
lanjut..
2023-01-05
3