Leonel benar-benar tidak menyangka jika Leandra bisa mengatakan hal seperti itu, gadis yang terlihat begitu nakal dan susah diatur itu ternyata memiliki pemikiran yang begitu dewasa.
Mendengar kata-kata dari Leandra, Leonel menjadi teringat akan istrinya Leana. Istrinya itu begitu pengertian, perhatian dan selalu bisa memberikan kata-kata bijak untuk dirinya.
Entah kenapa dia merasa jika Leandra begitu mirip dengan Leana saat bertutur kata, dari cara pemikiran pun seakan sama.
Leandra yang melihat Leonel terdiam langsung menggoyang-goyangkan tangan kanannya di depan wajah Leonel, lalu dia berkata.
"Kenapa anda malah bengong, Tuan? Apakah ada yang salah dengan apa yang saya bicarakan?" tanya Leandra.
Leonel terlihat menggelengkan kepalanya dengan cepat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Leandra, kemudian dia tersenyum kaku dan berkata.
"Tapi, banyak kok wanita yang tidak berpendidikan mampu mendidik anaknya menjadi anak yang sukses. Bagaimana dengan hal itu?" tanya Leonel.
Leandra terlihat memutarkan bola matanya dengan malas mendengar apa yg dikatakan oleh Leonel, pria itu masih saja menanyakan hal yang tidak perlu, pikirnya.
Seharusnya Leonel paham, bukan hanya lelaki yang ingin menggapai cita-citanya melalui jalur pendidikan. Akan tetapi wanita pun sama, tapi ada kalanya wanita yang tidak memiliki biaya tidak bisa menggapai impiannya melalui jalur pendidikan.
Walaupun seperti itu, tidak jarang perempuan berjuang untuk mendidik putra-putrinya dengan mempercayakan putra-putri mereka kepada guru di sekolahnya.
Tentunya, untuk membayar seorang guru wanita akan rela bekerja pagi hingga malam agar bisa membayar pendidikan putra-putri mereka.
Lagi pula ini adalah jaman yang modern, jika wanita tidak berpendidikan. Maka dia bisa belajar dari lingkungan tempat dia tinggal, ataupun dari internet.
Karena jaman sekarang begitu banyak orang yang berbagi ilmu secara gratis lewat postingan di sosial media, atau wanita yang tidak berpendidikan bisa belajar lewat artikel yang terpampang secara gratis di mesin pencarian seperti gulu-gulu.
"Kenapa diam, Nona Leandra? Apakah anda tidak mampu menjawab pertanyaan dari saya?" tanya Leonel
"Mereka memang tidak berpendidikan, tapi bukan berarti mereka bodoh. Mereka bisa saja belajar dari gulu-gulu tentang cara mendidik anak yang baik, atau... mereka bisa memercayakan putra-putri mereka pada guru yang mengajar di sekolah."
Leonel terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Leandra, dia terlihat tersenyum kemudian dia kembali berkata.
"Lalu--"
Belum sempat Leonel melanjutkan pembicaraannya, Leandra sudah menyala ucapan dari lelaki yang kini sedang terbaring lemah di sampingnya.
"Anda itu cerewet sekali, sekarang katakan saja apa yang anda inginkan. Jangan bertanya terus seperti seorang wartawan!" kesal Leandra.
Leonel terlihat menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa gatal, selama ini dia begitu jarang sekali berbicara banyak dengan orang lain.
Dia lebih banyak diam dan mendengarkan saja, hanya kepada Lucky saja dia sering berbicara. Itu pun masalah pekerjaan, bukan hal yang lainnya.
Dia kini merasa aneh, kenapa dia bisa berbicara begitu banyak dengan Leandra, wanita yang baru saja dia kenal dan bahkan hampir menghilangkan nyawanya.
"Kenapa malah diam?" tanya Leandra.
Mendengar pertanyaan dari Leandra, Leonel terlihat kebingungan. Saat dia berbicara dengan banyak, Leandra mengatakan jika dirinya cerewet.
Sekarang saat dia terdiam, Leandra malah bertanya kenapa dirinya kenapa diam. Leonel menjadi bingung dibuatnya, Leonel terlihat berpikir dengan jawaban apa yang harus diberikan kepada gadis kecil tersebut.
"Ehm! Tidak apa-apa, aku hanya ingin segera pulang. Aku ingin cepat beristirahat di rumah, karena aku merasa tidak betah berada di Rumah Sakit. Bau obat dan aku merasa tidak nyaman," jawab Leonel asal.
Leandra langsung menolehkan wajahnya ke arah tuan Lincoln saat mendengar apa yang dikatakan oleh Leonel, dia seolah meminta jawaban dari ayahnya tersebut.
Tuan Lincoln seakan paham dengan tatapan dari putrinya tersebut, dia tersenyum seraya mengusap puncak kepala putrinya. Lalu, dia terlihat menolehkan wajahnya ke arah Leonel dan berkata.
"Baiklah, jika anda ingin segera pulang saya akan mengurus kepulangan anda. Anda boleh membawa putri saya saat pulang ke ibu kota, tapi ingat! Saya juga akan meminta beberapa bodyguard saya untuk berjaga di kediaman anda, karena walau bagaimanapun juga Leandra adalah putri saya satu-satunya. Saya tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putri saya."
Tuan Lincoln terlihat menatap Leonel dengan tatapan penuh ancaman, Leonel paham karena tuan Lincoln pasti sangat mengkhawatirkan putrinya, Leandra.
Leonel mengiyakan apa yang dikatakan oleh tuan Lincoln, walau bagaimanapun juga dia adalah pria normal. Jika terus berduaan bersama dengan Leandra, banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Tenang saja, Tuan. Saya tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak terhadap putri anda, saya hanya ingin putri anda merawat saya sampai saya sembuh sebagai bentuk tanggung jawabnya."
Leonel mengatakan hal itu dengan bersungguh-sungguh, sungguh tidak ada niatan sedikit pun untuk melakukan hal yang tidak-tidak terhadap putri dari tuan Lincoln tersebut.
Dia hanya ingin memberikan sedikit pelajaran kepada gadis nakal yang sudah membuat dirinya hampir kehilangan nyawa itu, gadis nakal tapi memiliki pemikiran yang dewasa itu.
"Ya, saya percaya terhadap anda. Tapi yang namanya setan bisa datang kapan saja jika anda dan putri saya sedang berduaan, maka dari itu saya meminta satu hal kepada anda," ucap Tuan Lincoln.
Leonel terlihat mengernyitkan dahinya, apa yang akan diminta oleh tuan Lincoln, pikirnya. Kenapa pria itu ingin meminta sesuatu dari dirinya. Apa yang akan dia minta?
"Mau meminta apa? Katakan saja," ucap Leonel.
Selama dia bisa melakukannya, Leonel pasti akan menuruti permintaan dari pria paruh baya itu. Lelaki yang menjadi rekan bisnisnya, sekaligus ayah dari wanita yang sudah mempermainkan nyawanya.
"Jangan pernah anda berduaan saja bersama dengan putri saya saat sedang di rumah anda, harus ada seseorang yang menemani," pintanya dengan raut wajah khawatir.
"Ya, Tuan. Saya paham," jawab Leonel.
Tuan Lincoln terlihat menghela napas berat, dia merasa tidak rela untuk melepaskan putrinya pergi bersama dengan Leonel.
Namun, dia juga tidak bisa menolak begitu saja. Karena pada kenyataannya putrinya memang bersalah dan harus bertanggung jawab.
"Bagus, kalau anda paham. Saya akan keluar sebentar untuk mengurus kepulangan anda," ucap Tuan Lincoln.
"Ya, Tuan. Terima kasih sudah mau mengurusnya," jawab Leonel.
Leonel benar-benar merasa berterima kasih kepada tuan Lincoln, karena ayah dari Leandra itu mau mengurusi kepulangannya.
"Sama-sama."
Setelah mengatakan hal itu tuan Lincoln terlihat mengusap puncak kepala putrinya, kemudian ia menunduk dan mengecup kening putrinya dengan penuh kasih sayang.
"Kamu tunggu di sini sebentar, Daddy mau keluar dulu," pamit Tuan Lincoln.
Leandra tersenyum, lalu dia menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh daddynya tersebut.
"Yes, Daddy," jawab Leandra.
Setelah berpamitan kepada putrinya, tuan Lincoln terlihat keluar dari ruang perawatan Leonel karena dia ingin mengurus kepulangan Leonel.
Setelah kepergian ayahnya, Leandra terlihat menatap Leonel yang masih terlihat dalam keadaan kurang baik.
"Sebentar lagi anda akan pulang, bagaimana kalau saya panggilkan dokter agar kita bisa mengetahui dengan pasti bagaimana kondisi kesehatan anda," usul Leandra.
"Iya, panggil saja," jawa Leonel.
Leandra tersenyum mendengar jawaban dari Leonel, kemudian dia menekan tombol darurat agar dokter segera datang.
"Oh iya, Nona Leandra. Anda tidak keberatan bukan, jika harus pulang ke rumah saya dan mengurus saya sampai sembuh?" tanya Leonel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
Kan kamunya maksa Om, gimana mau nolak 😂
2023-02-16
0
🍭ͪ ͩ印尼🇮🇩小姐 ᗯ𝐢DYᗩ☠ᵏᵋᶜᶟ
karena ada ikatan yg samar antara kamu dan Leandra
2023-02-15
0
🍭ͪ ͩ印尼🇮🇩小姐 ᗯ𝐢DYᗩ☠ᵏᵋᶜᶟ
😂😂😂😂😂 mesin gulu2 kan leher, Mbak Cu 🤣🤣🤣
2023-02-15
0