"Ck! Apa kau kira aku ini guling empuk yang enak untuk kamu peluk?" tanya Leonel seraya mendorong tubuh Leandra dengan kasar.
Sontak hal itu membuat pelukan Leandra terlepas, bahkan tubuh gadis itu terlihat terpental dan kepala Leandra sampai membentur pintu mobil milik Leonel.
"Aduh, sakit!" keluh Leandra seraya mengusap jidatnya yang terlihat memerah.
Melihat Leandra yang mengusap jidatnya seraya mengerang kesakitan, Leonel terlihat menatap tangan kanannya yang sudah mendorong Leandra dengan sangat kencang.
Sungguh dia tidak bermaksud untuk melukai gadis itu, dia hanya merasa kesal karena Leandra memeluk dirinya dengan begitu posesif.
Apalagi ketika kakinya terasa hampir menindih miliknya, dia merasa harus waspada dan dengan cepat mendorong tubuh Leandra.
Hal itu dilakukan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, karena walau bagaimanapun juga dia adalah lelaki normal.
Dia harus tetap menjaga kewarasannya, dia tidak boleh khilaf karena terpancing akan apa yang sudah Leandra lakukan.
Leandra yang sedari tadi mengusap-usap jidatnya terlihat mulai membuka matanya, menyadari akan hal itu Leonel terlihat menolehkan wajahnya ke arah kaca mobil.
Lalu, pria itu nampak memejamkan matanya dengan cepat. Dia terlihat berpura-pura sedang tertidur dengan lelap, karena dia akan merasa bingung untuk menjawab pertanyaan dari Leandra jika gadis itu menanyakan apa yang sedang terjadi sebenarnya.
Leandra yang sudah membuka matanya terlihat menolehkan wajahnya ke arah Leonel, lalu dia pun menolehkan wajahnya ke arah Lucky dan juga pak sopir.
Dia merasa bingung dengan apa yang terjadi terhadap dirinya, dia ingin bertanya tapi tidak tahu kepada siapa.
Namun, mengingat jidatnya yang terasa sakit dia merasa wajib untuk bertanya. Tidak lama kemudian Leandra terlihat memajukan tubuhnya dan menepuk pundak Lucky.
Menurutnya, Lucky adalah pria yang paling pas untuk ditanya tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Menurutnya Leonel tidak mungkin bisa ditanya, karena pria itu terlihat sedang tertidur.
"Maaf, Tuan Lucky. Saya mau bertanya, ini kenapa jidat saya terasa begitu sakit ya?"
Setelah menanyakan hal itu, Leandra terlihat berkaca lewat kaca tengah. Dia begitu kaget karena kini jidatnya terlihat memerah bahkan sudah mulai bengkak.
Lucky dan pak sopir terlihat saling pandang, mereka bingung harus menjawab pertanyaan dari Leandra seperti apa.
Karena pada kenyataannya, bos mereka sendiri yang membuat keadaan Leandra seperti itu. Mereka paham kenapa Leonel bisa merasa kesal dan langsung mendorong Leandra dengan kasar.
Karena memang apa yang Leandra lakukan sudah keterlaluan, tapi rasanya tidak mungkin jika mereka mengatakan hal tersebut kepada Leandra.
Melihat Lucky yang hanya diam saja, Leandra terlihat kembali menepuk pundak Lucky. Kemudian dia kembali bertanya.
"Ya ampun, Tuan ini kenapa sih? Saya ini sedang bertanya kepada anda, kenapa anda malah diam saja? Apakah pertanyaan saya begitu sulit untuk dijawab?" tanya Leandra dengan tatapan penuh curiga.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Leandra, Lucky terlihat ketakutan. Dia takut jika dirinya yang disangka oleh Leandra yang sudah melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu.
Apalagi setelah dia melihat tatapan tajam dan penuh tuduhan dari wajah Leandra, hal itu membuat Lucky dengan cepat bersuara.
"Eh? Bukan begitu, Nona. Anda tadi mengigau, terus anda menggeliatkan tubuh anda sampai akhirnya kepala anda terbentur ke pintu mobil," jawab Lucky dengan asal.
Gadis nakal itu terlihat tidak percaya dengan apa yang Lucky katakan, karena walau bagaimanapun juga dia sering mengerjai teman-temannya.
Dia merasa jika dirinya mendapatkan luka itu bukan hanya sekedar karena dia sudah menggeliatkan tubuhnya, tapi ada hal lainnya.
"Benarkah seperti itu?" tanya Leandra seraya memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Lucky, bahkan dia terlihat menatap wajah Lucky dari samping dengan lekat.
Pasalnya selama ini jika dia tertidur dia memang sering menggigau, tapi hanya sebatas bergumam tidak jelas saja. Dia tidak pernah sampai melukai dirinya.
Lucky terlihat salah tingkah, pria lajang itu terlihat begitu grogi mendapatkan tatapan seperti itu dari Leandra.
Bahkan, dia langsung memalingkan wajahnya karena takut jika Leandra menyadari jika dirinya sedang berbohong terhadap gadis itu.
Menyadari sikap Lucky yang berbeda, Leandra terlihat menghela napas berat. Lalu, dia memundurkan tubuhnya kembali dan duduk dengan tenang.
Lalu, dia menolehkan wajahnya untuk kembali menatap Leonel. Namun, pria itu tidak bergerak sama sekali. Dia masih bertahan dengan posisinya.
Setelah kejadian itu Leandra memutuskan untuk tidak menanyakan apa pun dan tidak akan tidur lagi, karena Leandra takut sesuatu hal akan terjadi lagi kepada dirinya.
"Ck! Ini sangat aneh," keluhnya seraya mengusap-usap jidatnya yang terasa semakin membengkak.
Sebenarnya Leandra ingin sekali mengompres jidatnya yang terasa begitu sakit, sayangnya di dalam mobil tersebut tidak ada air es atau batu es.
Maka dari itu dia terlihat menahan rasa sakitnya karena tidak mau dibilang cengeng oleh ketiga pria yang kini berada satu mobil bersama dengannya, dia terdiam dan sesekali mengusap-usap jidatnya itu.
"Tuan, bangunlah! Kita sudah sampai," ucap Lucky.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Lucky, Leonel terlihat berpura-pura bangun dari tidurnya. Lalu, tanpa banyak bicara dia langsung turun dari dalam mobil tanpa berani menoleh ke arah Leandra.
Berbeda dengan Leandra, dia terlihat kebingungan, karena pak sopir bukan berhenti di depan sebuah rumah. Namun, pak sopir malah memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang pemakaman.
"Loh! Kenapa malah berhenti di sini?" tanya Leandra kepada Lucky yang hendak turun dari mobil untuk menemani tuannya.
Lucky yang hendak turun dari mobil terlihat menolehkan wajahnya kembali kepada Leandra, lalu pria itu tersenyum dan berkata.
"Tuan Leonel mau bertemu terlebih dahulu dengan istrinya sebelum dia pulang ke kediamannya," jawab Lucky.
Leandra terlihat mengerutkan dahinya mendengar apa dikatakan oleh Lucky, dia berpikir jadi berpikir, bisa-bisanya pria kaya seperti Leonel menemui istrinya di kuburan, pikirnya.
Apakah istrinya itu seorang wanita penjaga makam, atau wanita penjual bunga yang berada di dekat kuburan, pikirnya.
Karena tidak ingin banyak bertanya lagi, Leandra terlihat ikut turun dari dalam mobilnya. Lalu dia menyandarkan tubuhnya pada mobil dan memperhatikan langkah Lucky dan juga Leonel yang terlihat membeli bunga anggrek.
Tidak lama kemudian, mereka terlihat melangkahkan kaki ke sebuah makam yang tidak jauh dari tempat Leandra berdiri.
Setalah itu, Leandra bisa melihat dengan jelas saat Leonel yang berjongkok tepat di pusara terakhir Leana.
Leandra juga bisa melihat dengan jelas jika saat ini Leonel sedang menyimpan bunga anggrek di atas pusara terakhir Leana, lalu pria itu terlihat mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya.
Leandra kembali bertanya-tanya di dalam hatinya, mungkinkah istri dari Leonel itu sudah meninggal, pikirnya.
Maka dari itu, kini pria itu datang untuk menemui istrinya yang sudah terbaring di dalam pusara terakhirnya.
Melihat akan hal itu, entah kenapa hati Leandra ikut bersedih. Apalagi ketika dia melihat Leonel beberapa kali mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya.
"Kasihan sekali dia, pasti sangat sedih karena istrinya sudah tiada," ucap Leandra dengan iba.
Leandra terdiam seraya memikirkan kemungkinan apa yang sudah terjadi terhadap Leonel, pria dewasa yang kini meminta pertanggungjawaban darinya itu.
"Kenapa malah bengong? Masuklah, sebentar lagi kita akan sampai," tegur Leonel yang ternyata kini sudah berada di samping Leandra.
Leandra yang kaget mendengar pertanyaan dari Leonel, langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Leonel dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Eh? Iya, Tuan," jawab Leandra. 'Kapan dia datangnya?' tanya Leandra dalam hati.
Sepertinya karena dia terlalu asik melamun, maka dari itu dia sampai tidak sadar kapan Leonel datang menghampirinya.
"Masuklah, aku ingin segera sampai di rumah," ucap Leonel yang masih melihat Leandra terdiam dengan wajah yang terlihat bodoh, menurutnya.
Leandra terlihat tersenyum kaku ke arah Leonel, tidak lama kemudian gadis itu pun kembali mengeluarkan suaranya.
"Iya, Tuan." Leandra langsung masuk ke dalam mobil dan duduk anteng di samping Leonel.
Melihat Leandra yang duduk anteng sambil menundukkan wajahnya, Leonel terlihat mengambil es batu dari kantong plastik yang diberikan oleh Lucky. Lalu, Leonel terlihat mengambil sapu tangan dari saku jasnya.
"Pakailah ini untuk mengompres lukamu," ucap Leonel seraya menyerahkan es batu yang dibungkus memakai sapu tangan.
Bukannya menerima apa yang diberikan oleh Leonel, Leandra yang kaget hanya diam saja seraya menatap es batu di tangan Leonel.
"Apa perlu aku yang mengompres lukamu itu?" tanya Leonel yang kesal karena Leandra malah terlihat bengong saja.
"Hah?" tanya Leandra dengan kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
Kan itu emang tanggung jawab Om, kan Om yg bikin benjoll
2023-02-17
1
💋ShasaVinta💋
Gak salah berpikir gini. Yang salah si lucky. Penjelasannya gak mendetail
2023-02-17
1
💋ShasaVinta💋
Hemmmm, pura2 bego niiihhh Om Leon 🤣🤣🤣🤣 anak org udah dibikin benjol juga
2023-02-17
1