Beberapa saat sebelumnya.
"Mom, Dad, aku pamit sebentar. Mau ke toilet dulu," pamit Leandra.
Lendra terlihat tersenyum manis ke arah kedua orang tuanya, dengan seperti itu dia berharap agar kedua orang tuanya tidak curiga saat melihat raut wajahnya.
"Jangan lama-lama, karena pesanan kita sebentar lagi akan datang," ucap Tuan Lincoln.
Mendengar ucapan dari ayahnya, senyum di bibir Leandra semakin mengembang. Dia sangat senang karena akhirnya dia mempunyai kesempatan untuk melakukan hal yang sedang dia rencanakan.
"Yes, Daddy!" jawab Leandra.
Setelah mengatakan hal itu, Leandra nampak melangkahkan kakinya untuk pergi ke tempat yang dia ingin tuju.
Bukan ke toilet seperti yang sudah dia katakan, karena kini di dalam otaknya dia sudah mempunyai rencana untuk membalaskan dendamnya kepada Leonel.
"Sebentar lagi kamu akan merasakan pembalasan dariku, tuan yang menyebalkan!" ucap Leandra seraya menutup mulutnya karena takut tertawa lepas.
Ketika melihat dapur Resto, Leandra langsung masuk tanpa izin. Pelayan yang melihat kedatangan Leandra, seorang pelayan langsung menghampirinya dan berkata.
"Maaf, Nona. Ini area khusus untuk karyawan, pelanggan tidak boleh masuk ke sini," tegur pelayan tersebut.
Pelayan tersebut nampak menatap Leandra dengan tatapan tidak suka, karena berani-beraninya seorang pelanggan masuk ke tempat yang bukan seharusnya.
"Oh, maaf Mbak. Kalau saya sudah lancang, saya yang duduk di bangku nomor 10. Itu, anu. Saya hanya mau menambahkan pesanan saja, untuk sambel ayam goreng madunya tolong ditambahkan udang goreng terus dihaluskan," pinta Leandra.
Wajah pelayan yang tadinya terlihat masam, kini berubah terlihat lebih ramah. Karena ternyata leandra hanya ingin menambahkan pesanan saja.
"Oh, seperti itu ya, Nona. Baiklah, apa ada lagi yang anda inginkan?" tanya pelayanan tersebut.
Leandra langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari pelayan, karena apa yang dia inginkan sudah dia sampaikan.
"Tidak ada, itu sudah cukup. Jangan lupa untuk memasukkan udang gorengnya 5, biar enak." Leandra tersenyum setelah mengatakan hal itu.
"Baik, Nona," jawab pelayan tersebut.
Setelah mengatakan hal itu, Leandra nampak keluar dari dalam dapur dengan seringai licik di bibirnya. Dia sudah membayangkan pasti wajah Leonel dan seluruh tubuhnya akan memerah karena alergi dari udang tersebut.
Tanpa Leandra tahu, Leonel memiliki tubuh yang ringkih di balik wajahnya yang selalu terlihat datar tanpa ekspresi.
Dari kecil Leonel sering sakit-sakitan, dia selalu bersikap dingin agar orang lain tidak pernah tahu akan kelemahannya, dia selalu menyendiri karena takut dibully.
Saat Leandra bergabung kembali dengan tuan Lincoln, Lindsay dan juga Leonel, senyum di bibirnya tidak pernah pudar. Karena dia sudah tidak sabar untuk menyaksikan apa yang akan terjadi kepada Leonel.
Saat makanan datang pun Leandra terus saja menolehkan wajahnya ke arah Leonel, dia sudah tidak sabar ingin melihat reaksi apa yang akan ditimbulkan dari udang tersebut terhadap tubuh Leonel.
Namun, satu hal yang tidak terduga terjadi dan membuat Leandra begitu takut. Karena setelah Leonel memasukkan tiga suapan makanan tersebut ke dalam mulutnya, Leonel terlihat sesak bahkan langsung tidak sadarkan diri.
"Tuan!" teriak Leandra dengan perasaan campur aduk.
Leandra langsung menghampiri Leonel dan menepuk-nepuk pipi Leonel, dia terus saja memanggil nama Leonel. Dia benar-benar takut jika pria itu akan mati saat itu juga.
"Berhenti memukul Leonel seperti itu, leandra. Kita harus segera membawanya ke Rumah Sakit," ucap Tuan Lincoln.
Setelah mengatakan hal itu, tuan Lincoln terlihat memanggil petugas yang berjaga di sana. Dia meminta tolong petugas tersebut untuk membopong tubuh Leonel agar dibawa dengan cepat ke Rumah Sakit
Saat tiba di lobi hotel, sopir tuan Lincoln terlihat sudah bersiap membukakan pintu mobilnya agar Leonel bisa dengan cepat dibawa ke Rumah Sakit.
"Daddy dan Mom tunggulah di sini, biar aku dan pak sopir saja yang mengantar tuan Leonel ke Rumah Sakit," ucap Leandra.
Dia merasa kasihan kepada kedua orang tuanya, mereka baru datang dari luar negeri pagi tadi. Menurutnya kedua orang tuanya itu membutuhkan waktu untuk beristirahat.
"Tapi, Sayang. Daddy--"
"Percaya sama aku, Mom sama Dad istirahat saja," ucap Leandra.
"Baiklah,berikan kabar baik secepatnya," ucap Tuan Lincoln dengan penuh rasa cemas.
Bagaimana dia tidak merasa cemas jika melihat keadaan Lionel yang terlihat begitu mengenaskan, pria itu terlihat tidak sadarkan diri dengan tubuhnya yang terlihat memerah seperti udang rebus.
Satu hal lagi yang membuat dia cemas, Leonel sedang bersama dengan dirinya. Jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, tentu dirinyalah yang akan disalahkan.
"Yes, Dad!" seru Leandra.
Setelah mengatakan hal itu, Leandra terlihat masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku penumpang di mana di sana sudah ada Leonel. Dia langsung menarik lembut tubuh Leonel ke dalam pelukannya.
Tanpa sadar dia memeluk Leonel dengan erat, bahkan air matanya terus saja mengalir di kedua pipinya.
Dia benar-benar merasa takut, merasa bersalah dan merasa kesal terhadap dirinya yang tidak pernah bisa tahan untuk mengerjai orang lain.
Sepertinya setelah ini dia tidak akan mengerjai orang lagi, karena ternyata hal yang dianggap bercandaan juga bisa membahayakan keselamatan bagi orang lain.
"Mafkan aku, Tuan. Aku hanya bercanda saja, aku tidak tahu jika anda akan seperti ini," ucap Leandra penuh penyesalan.
Leandra menangis seraya mengusap-usap kepala Leonel yang dia sandarkan pada bahunya, walaupun terasa berat tapi dia tahan.
"Lebih cepat, Pak!" teriak Leandra pada pak sopir karena tidak juga sampai di Rumah Sakit.
Leandra benar-benar sudah tidak sabar ingin melihat Leonel segera mendapatkan perawatan, sungguh dia takut jika Leonel akan berhenti bernapas.
"Ya, Nona,'' jawabnya.
Leandra terlihat menatap tubuh kekar Leonel yang terlihat begitu lemah, sungguh dia merasa takut melihat keadaan Leonel saat ini.
"Tuan, tidak bisakah anda cepat bangun? Aku sungguh sangat khawatir," ucap Leandra seraya menyusut ingusnya yang turun dan hampir mengenai bibirnya.
Pak sopir terlihat memperhatikan apa yang dilakukan oleh Leandra lewat kaca tengah, dia terlihat tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya.
Selama ini Leandra tidak pernah menangis, dia selalu saja nakal dan berbuat hal yang selalu saja membuat ayah dan ibunya merasa kesal.
Baru kali ini pak sopir melihat Leandra terlihat begitu bersedih dan juga terlihat merasa menyesal saat menatap wajah Leonel, ini hal yang sangat langka, pikirnya.
Bahkan, Leandra terlihat terus saja mengusap wajah Leonel dengan begitu lembut. Dia seperti seorang wanita yang memperlakukan kekasihnya dengan penuh perhatian.
"Sudah sampai, Nona,'' ucap Pak sopir ketika dia memberhentikan mobilnya tepat di depan Rumah Sakit.
Leandra yang sedang asyik menatap wajah Leonel, langsung mengedarkan pandangannya. Kemudian gadis itu pun berkata.
"Cepat minta bantuan, Pak!" pinta Leandra.
"Baik, Nona.'' Pak sopir terlihat turun dari mobil, lalu dengan cepat dia memanggil beberapa suster untuk membantu Lionel agar mendapatkan penanganan dengan cepat.
Tidak lama kemudian datanglah beberapa suster dengan membawa brangkar, dengan cepat mereka membawa Leonel ke dalam ruang IGD untuk segera mendapatkan penanganan.
"Silakan anda tunggu di luar," pinta suster seraya menunjuk ke arah pintu.
Mendengar apa yang dikatakan oleh suster, sungguh leandra merasa berat hati untuk meninggalkan pria dewasa itu.
Namun, jika dia terus berdiam diri di sana. Dia hanya akan mengganggu apa yang akan dilakukan oleh dokter dan juga suster. Keberadaannya di sana sungguh tidak membantu.
"Iya, Sus. dia Tolong lakukan yang terbaik," ucap Leandra ketika melihat suster memasangkan selang oksigen pada hidung Leonel.
Dia juga melihat satu orang suster yang sedang memasangkan selang infus di tangan Leonel, sedangkan seorang dokter terlihat memeriksa kondisi dari Leonel.
"Pasti, kami pasti akan melakukan yang terbaik," jawab suster.
Leandra terlihat menatap wajah Leonel dengan rasa bersalah, lalu dia keluar dari dalam ruang IGD.
"Semoga saja dia bisa segera sadar, semoga saja dia baik-baik saja." Leandra terlihat berdo'a seraya menyandarkan tubuhnya pada tembok.
Leandra terlihat memejamkan matanya seraya menengadahkan wajahnya, dia terlihat sedang berdoa dengan khusyuk kepada Sang Khalik.
Dia benar-benar berharap jika Leonel dalam keadaan baik-baik saja, dia berharap semoga Leonel bisa cepat sadar dan kembali sehat seperti semula.
Tidak lama kemudian, Leandra nampak membuka matanya. Karena dia mendengar derap langkah yang semakin mendekat ke arahnya.
"Ehm! Maaf, Nona! Di mana tuan Leonel sekarang?" tanya Lucky dengan napas yang terengah-engah.
Dia benar-benar merasa bersalah karena tidak ada di samping Leonel saat tuannya itu mengalami sesak napas, dia benar-benar terlihat khawatir dengan keadaan Leonel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
linamaulina18
dasar bodoh d pelihara 😡😡😡
2023-04-12
0
epifania rendo
lendra jangan pernah main2 dengan alegri nya seseorang
2023-03-20
0
Riana
rasakan kamu lea🤨
2023-02-15
0