Pagi ini wajah Leonel sudah terlihat lebih segar, dia sudah terlihat lebih tampan dan terlihat lebih muda.
Sudah tidak ada lagi bulu-bulu halus yang tumbuh di wajahnya, rambutnya sudah tercukur dengan rapih. Penampilannya benar-benar sudah terlihat sempurna, karena memang dia harus segera pergi ke luar kota.
Untuk beberapa hari ini Leonel akan pergi ke kota B untuk urusan bisnis, tentunya dia akan pergi ditemani oleh Lucky. Sang asisten pribadinya, pria muda yang sudah menemaninya selama tiga tahun ini.
"Apakah anda sudah siap, Tuan?" tanya Lucky ketika melihat Leonel yang baru saja menyelesaikan sarapan paginya.
Sebenarnya Leonel merasa sangat lelah, karena dia baru tertidur saat waktu menunjukkan pukul 01.00 malam. Tentu saja hal itu bisa terjadi karena dirinya harus pergi ke salon terlebih dahulu.
Di saat sampai di rumah dia malah merendam tubuhnya di dalam bathup seraya melamunkan sang istri yang sudah tiada, rasa sepi seakan melanda malamnya.
Beruntung untuk urusan mobil sudah ditangani oleh Lucky, tentu saja hal itu membuat dirinya merasa lebih mudah.
Karena mengurusi mobil milik Leonel, Lucky harus rela tidur pada pukul dua pagi. Hal itu terjadi karena dia harus memastikan jika mobil milik sang atasan sudah kembali seperti sedia kala.
Pukul empat pagi dia sudah terbangun, dia langsung mandi dan juga bersiap untuk pergi. Walaupun matanya masih terasa berat, bahkan badannya masih terasa membutuhkan waktu untuk beristirahat.
"Sudah," jawab Leonel seraya menyeka ujung bibirnya.
Walaupun merasa kurang berselera, tapi Leonel tetap memakan masakan buatan sang ibu mertua. Ibu dari Leana.
Walaupun wanita paruh baya itu sudah dilarang untuk tidak melakukan apa pun, tapi dia selalu berdalih jika dirinya tidak ada kegiatan.
Leonel pasrah, yang terpenting jangan sampai kecapean, pikirnya. Karena jika Lili kecapean dan sakit, maka Leonal akan merasa sangat bersalah.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, soalnya meeting akan dimulai pukul sepuluh pagi," ajak Lucky.
"Hem," jawab Leonel seraya melirik jam tangannya yang ternyata waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi. "Oh iya, sebelum pergi aku ingin mampir ke makam istriku sebentar."
Lionel akan pergi selama satu minggu ke kota B, maka dari itu dia ingin berpamitan terlebih dahulu kepada almarhumah istrinya
Lucky terlihat langsung menganggukkan kepalanya mendengar permintaan dari atasannya tersebut Seraya membungkukkan badannya dengan hormat
"Baik, Tuan," jawab Lucky.
"Jangan lupa belikan bunga anggrek kesukaan istriku," imbuhnya.
"Ya, Tuan," jawab Lucky.
Setelah mengatakan hal itu, Lionel terlihat bangun dan segera pergi meninggalkan meja makan untuk menghampiri Lili yang sedang menyiram bunga di halaman belakang.
"Bu, aku pergi dulu untuk satu minggu ke kota B. Jaga diri baik-baik, aku juga akan berpamitan terlebih dahulu kepada Leana. Apa ibu mau menitip pesan?" tanya Leonel.
Leonel terlihat memeluk wanita yang sejak lama sudah mengasuh dirinya itu, wanita yang kini menjadi mertuanya. Wanita yang sudah menjadi pengganti ibunya yang sudah tiada.
Walaupun Lili hanya seorang pembantu, tapi kasih sayang yang dia berikan kepada Leonel sangatlah tulus.
"Kalau mau pergi hati-hati, ingatlah satu hal. Kamu mempunyai alergi dingin, sekarang sedang musim hujan. Di kota B udaranya sangat dingin, bawalah minyak hangat," ucap Lili.
Lili sangat tahu jika Leonel memiliki alergi dingin, bahkan dia akan merasa sesak napas jika udaranya terasa begitu dingin.
"Hem, nanti aku akan membelinya di jalan," jawab Leonel seraya mengurai pelukannya.
"Jangan sampai lupa," ucap Lili seraya mengusap lengan menantunya dengan lembut.
"Iya, Ibu," jawab Leonel.
Setelah berpamitan kepada Lili, Leonel nampak keluar dari dalam rumah megahnya tersebut. Rumah peninggalan dari kedua orang tuanya.
Saat tiba di halaman rumahnya, Lucky dengan cepat membukakan pintu mobil untuk tuannya tersebut. Leonel tersenyum tipis, lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan duduk di bangku penumpang.
Setelah melihat Leonel duduk dengan nyaman Lucky terlihat menutup pintu mobil tersebut, lalu dia pun segera masuk dan duduk di samping pak sopir.
Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan untuk Lucky dan juga Leonel, maka dari itu dia meminta sopir pribadi Leonel untuk mengantarkan mereka menuju kota B.
Lagi pula di kota B mereka akan sering bepergian, tentu saja jasa sang sopir sangat dibutuhkan. Karena mereka harus berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Leonel, setelah lima belas menit melakukan perjalanan, pak sopir terlihat menepikan mobilnya di sebuah pemakaman.
Pak sopir dengan cepat turun dan membukakan pintu untuk Leonel, sedangkan Lucky terlihat berlari ke toko bunga yang tidak jauh dari pemakaman tersebut untuk membeli bunga anggrek kesukaan sang majikan yang sudah tiada.
"Ini bunganya, Tuan," ucap Lucky seraya menyerahkan bunga anggrek kepada sang atasan yang kini sedang duduk seraya menatap makam sang istri.
Leonel terlihat mengusap kedua pipinya yang terlihat basah dengan air mata, sungguh setiap kali dia melihat gundukan tanah di hadapannya itu selalu membuat dirinya bersedih.
Dia juga selalu merasa bersalah, karena merasa tidak becus melindungi istri dan juga calon buah hati mereka.
Jika saja membunuh adalah hal yang lumrah, ingin rasanya Leonel membunuh Lyra dengan tangannya sendiri.
Wanita yang sudah menghilangkan nyawa istri dan calon buah hatinya, wanita yang dulu sangat dia cintai dan dengan teganya meninggalkan dirinya begitu saja.
"Terima kasih," jawab Leonel seraya menerima bunga anggrek tersebut dari tangan Lucky.
Setelah mengatakan hal itu, Leonel terlihat menyimpan bunga anggrek tersebut pada pusara terakhir sang istri.
"Aku pergi dulu, Sayang. Maaf karena besok tidak bisa menemui kalian dulu," pamit Leonel seraya mengusap batu nisan bertuliskan nama istrinya.
Setelah istrinya tiada, Leonel selalu menyempatkan diri untuk datang ke pusara terakhir istrinya sebelum dia berangkat bekerja.
Karena dengan seperti itu, dia merasa jika istrinya selalu dekat dengan dirinya. Setiap kali dia datang, dia merasa jika Leana selalu menyambut kedatangannya.
"Jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja." Leonel kembali mengusap pipinya yang basah dengan air mata.
Setelah berpamitan kepada istrinya, Leonel langsung mengajak Lucky untuk segera pergi dari sana. Karena dadanya terasa semakin sesak bila berlama-lama di sana.
Rasa bersalah selalu saja menyeruak ke dalam dasar hatinya, dia benar-benar merasa tidak becus karena tidak bisa menjaga keselamatan istri dan calon buah hatinya.
Selama 2 jam perjalanan menuju kota B Leonel terlihat menyibukkan dirinya dengan mempelajari materi yang akan menjadi bahan untuk meeting kali ini, begitupun dengan Lucky. Dia melakukan hal yang sama.
Pukul 09:09 pagi mereka pun sudah tiba di kota B, mereka langsung berhenti tepat di hotel M. Tempat di mana mereka akan melakukan janji temu dengan klien, karena kebetulan klien mereka juga menginap di hotel tersebut.
Saat turun dari mobil, Leonel nampak mengusap kedua lengannya. Udara dingin langsung terasa menyusup sampai ke dalam tulang.
"Apa perlu saya ambilkan mantel, Tuan?" tanya Lucky yang melihat tuannya mulai kedinginan.
"Tidak usah, sepertinya udaranya sudah mulai menghangat." Leonel nampak memperhatikan keadaan di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
hoomano1D
tokoh-tokohnya pake hutuf L utk awal namanya ya..
leonel
leana
lyra
lucky
lincoln
2023-02-23
1
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
jangan merasa bersalah trus entr ganteng nya ilang bang 🤭
2023-02-22
0
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
klo leana nggk meninggoy psti jd keluarga bahagia, syng nya author lebih syng leana hihihi
2023-02-22
0