Ingin sekali rasanya Leonel menolak
ajakan makan siang bersama dari tuan Lincoln, karena dia merasa tidak enak hati jika harus makan siang bersama dengan gadis nakal itu.
Terlebih lagi dia sudah berkata jujur kepada tuan Lincoln kalau dirinya sudah mengerjai putrinya, demi membalaskan rasa kesalnya.
Namun, jika menolak ajakan dari tuan Lincoln, dia juga merasa tidak enak hati. Dia takut jika tuan Lincoln akan mengira dirinya adalah pria yang sombong, karena tidak mau ikut bergabung makan siang dengan dirinya.
Saat ini, Leonel terasa dihadapkan dengan pilihan yang begitu sulit. Menolak ataupun menerima ajakan tuan Lincoln merupakan hal yang tidak membuat dirinya senang.
"Kenapa malah diam saja? Oh, ataukah anda sudah ada janji makan siang bersama dengan seseorang?" tanya Tuan Lincoln yang melihat Leonel malah terdiam.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari tuan Lincoln, Leonel dengan cepat menggelengkan kepalanya. Karena bukan itu alasan dia terdiam.
"Eh? Tidak ada, saya... saya hanya sedang memikirkan Lucky, kenapa dia belum keluar dari dalam kamarnya?" jawab Leonel asal.
Tuan Lincoln terlihat tersenyum ke arah Leonel, dia merasa jika Leonel dan Lucky memang tidak pernah bisa dipisahkan.
Kedua pria itu selalu pergi kemana pun bersama-sama, melihat Lucky yang tidak ada di samping Leonel memang merupakan hal yang aneh baginya.
"Anda benar, kalian berdua sudah seperti paket lengkap dengan alamat tujuannya. Tidak dapat terpisahkan dan saling berkaitan," kekehnya.
Leonel ikut terkekeh, karena pada kenyataannya dia dan juga Lucky memang selalu bersama ke mana pun mereka pergi.
Apalagi semenjak Leana meninggal, Lucky seakan takut dirinya kenapa-napa. Lucky selalu menjadi bayangan untuk dirinya, Lucky selalu pergi ke mana pun bersama dengan dirinya.
"Ehm! Mungkin seperti itu," kata Leonel mengiyakan.
"Jadi, anda mau mengajak Lucky sekalian atau bagaiama?" tanya Tuan Lincoln.
"Tidak perlu, saya akan ikut bergabung makan siang dengan anda. Mungkin Lucky sedang beristirahat," jawab Leonel pada akhirnya.
Dia sudah diajak untuk makan siang bersama oleh tuan Lincoln, rasanya terlalu memanfaatkan jika dia juga harus mengajak Lucky, walaupun pada awalnya memang itu hanyalah sebuah alasan.
"Bagus, kita bisa mengobrol dengan santai. Tanpa urusan pekerjaan," kata tuan Lincoln seraya tersenyum hangat.
Setelah Leonel menyetujui ajakan dari tuan Lincoln, akhirnya pria paruh baya itu terlihat mengajak Leonel dan juga anak istrinya untuk pergi ke Resto yang ada di hotel tersebut.
Tidak usah pergi jauh-jauh, pikirnya. Karena makanan yang disediakan di hotel tersebut pun sudah sangat lengkap. Dari mulai makanan khas daerah sampai western pun ada.
Saat tiba di Resto, Leonel terlihat duduk tepat di samping kanan tuan Lincoln dan di samping kirinya ada Leandra, gadis nakal yang membuat dirinya kesal.
Hal itu bukan karena keinginan darinya, tapi karena memang ternyata mejanya berbentuk bundar dan hanya ada empat bangku setiap mejanya.
Tidak lama setelah mereka duduk, seorang pelayan langsung menghampiri untuk mencatat pesanan dari keempat insan berbeda usia tersebut.
"Mau pesan apa, Tuan?" tanya wanita muda dengan baju berbahan minim yang melekat di tubuhnya.
Tuan Lincoln tersenyum, karena dia yang terlebih dahulu di tanya. Mungkin karena dia adalah pria tua di sana, pikirnya.
Dia terlihat menolehkan wajahnya ke arah Leandra dan juga Lindsay, kedua wanita yang dia cintai itu langsung tersenyum seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mereka seolah paham dengan arti kata dari pandangan tuan Lincoln.
"Kami sangat suka aneka makanan laut, jadi aku memesan tiga porsi udang saus tiram, cumi sambel ijo dan kepiting saus padang. Minumnya teh lemon sama air putih, itu saja cukup."
Pelayan wanita itu nampak tersenyum lalu mencatat pesanan dari tuan Lincoln, kemudian dia berkata.
"Oke, sudah saya catet. Ada lagi yang mau dipesan?"
Mendengar pertanyaan dari pelayan tersebut, tuan Lincoln terlihat menolehkan wajahnya ke arah Leonel.
"Kamu mau pesan apa, Tuan Leonel?"
Saat mendengar tuan Lincoln memesan makanan laut, rasanya Leonel ingin ikut memesan makanan tersebut. Sayangnya pria itu tidak pernah bisa memakan makanan laut.
Dia hanya bisa menelan ludah saja jika ada yang memakan makanan laut, karena dia mempunyai alergi terhadap makanan itu.
"Aku mau pesan ayam bakar madu saja, minumnya jus jeruk saja."
Tuan Lincoln terlihat mengernyitkan dahinya, menurutnya makanan laut itu sangat enak jika dibandingkan dengan ayam.
"Kenapa tidak memesan makanan laut saja? Enak loh," tawar Tuan Lincoln.
Leonel tersenyum kecut seraya mengelus tengkuk lehernya, siapa juga yang tidak mau memakan makanan laut, pikirnya.
Dia sangat ingin, jika saja dia tidak memiliki alergi, maka dia ingin memesan semua makanan laut dan ingin mencicipi semuanya.
"Tidak usah, saya memiliki alergi jika memakan makanan laut," jawab Leonel.
"Sayang sekali, padahal makanan laut sangat enak," ucap Tuan Lincoln seraya memajukan bibirnya.
"Apa ada lagi, Tuan? Kalau tidak ada saya akan segera menyiapkan pesanan anda," ucap pelayan wanita itu dengan sopan.
"Sudah cukup," jawab Leonel.
"Oke, kalau begitu saya permisi."
Setelah mengatakan hal itu pelayan wanita itu pun nampak berlalu untuk menyiapkan pesanan mereka.
"Ehm! Tuan Leonel, sepertinya sesekali anda harus mencobanya, siapa tahu alerginya malah akan sembuh kalau anda terbiasa memakannya," usul Tuan Lincoln yang terdengar konyol menurut Leonel dan Lindsay.
"Daddy!" panggil Lindsay seraya mengusap lengan suaminya.
"Sorry, Sayang. Bukannya aku mau memaksa, tapi aku hanya menyayangkan saja."
"Aku paham, Sayang." Lindsay terlihat menautkan tangannya, lalu menyandarkan kepalanya di pundak suaminya.
Leandra hanya bisa memutarkan bola matanya dengan malas, karena kedua orang tuanya itu selalu saja bersikap layaknya anak abege yang baru saja jadian.
Tidak lama kemudian Leandra nampak tersenyum, kemudian dia menolehkan wajahnya ke arah ayah dan ibunya lalu berkata.
"Ehm! Dad, Mom. Aku ke toilet dulu sebentar saja," ucap Leandra.
"Iya, Sayang. Jangan lama-lama, pesanan Daddy sebentar lagi akan datang," jawab Tuan Lincoln.
Leandra tersenyum, lalu dia bangun dari duduknya dan langsung mengecup pipi tuan Lincoln.
"Oke, Dad!" seru Leandra seraya berlalu.
Lima menit setelah kepergian Leandra, dua orang pelayan datang membawa pesanan dari tuan Lincoln dan juga Leonel.
Mereka terlihat menata makanan tersebut di atas meja, setelah itu kedua pelayanan tersebut nampak berpamitan.
"Waah, aku sudah tidak sabar untuk makan," kekeh Tuan Lincoln.
Lindsay langsung memukul manja lengan suaminya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh tuan Lincoln, karena putri mereka belum datang.
"Kita tunggu Lea dulu, Sayang," ucap Lindsay seraya mengendok nasi untuk suaminya.
Tidak lama kemudian, Leandra nampak datang. Dia tersenyum dengan sangat lebar, lalu dia duduk dan langsung mengendok nasi lengkap dengan lauknya.
"Waah, ini sangat menggiurkan. Ayo kita makan, Dad, Mom."
Setelah mengatakan hal itu Leandra langsung memakan makanannya dengan lahap, lalu dia menolehkan wajahnya ke arah Leonel yang ternyata sedang melongo melihat cara Leandra makan.
"Ayo, Tuan. Makanlah, jangan dianggurin tuh ayam. Enak banget itu kayaknya, apalagi dicocol pake sambelnya," ucap Leandra.
Setelah mengatakan hal itu kepada Leonel, Leandra terlihat tersenyum penuh arti kepada pria yang lebih tua 9 tahun darinya itu.
"Ah, iya," jawab Leonel.
Leonel nampak makan ayam yang sudah dia kasih sambal sebelumnya, dia tersenyum karena rasanya yang menurutnya lumayan enak.
Awalnya dia terlihat menikmati makanan itu, tapi setelah dia memasukkan suapan ketiga, dia merasakan ada yang aneh ada tubuhnya.
Leonel terlihat mengusap lehernya yang tiba-tiba saja terasa gatal, tidak lama kemudian dia terlihat mengusap dadanya yang terasa sesak.
"Oh Tuhan, kenapa terasa sesak sekali?" tanya Leonel seraya memukul-mukul dadanya.
Menyadari ada yang tidak beres ada Leonel, tuan Lincoln langsung menghentikan aktivitasnya. Begitupun dengan Lindsay dan juga Leandra.
Mereka terlihat begitu kaget saat melihat Leonel yang seakan kehabisan napas, bahkan wajah Leonel kini terlihat memerah.
"Tuan Leonel, apa yang terjadi terhadap anda?" tanya Tuan Lincoln.
"Aku--"
Belum sempat Leonel menjawab pertanyaan dari tuan Lincoln, tapi dia sudah terlihat tidak sadarkan diri. Tubuhnya bahkan langsung merosot ke atas lantai.
"Tuan!" terika Leandra dengan perasaan campur aduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Arik Kristinawati
gak suka ma Leandra....gesrek ya gesrek tpi ini nyawa orang lo
2023-07-11
1
linamaulina18
g lucu bencanda nya Lea,yg ada kmu bikin orang sekarat secara perlahan
2023-04-12
0
epifania rendo
ulah leandra pasti
2023-03-19
0