Bab 17

Hari-hari berlalu, Naina dan Alfin kian dekat seiring waktu berjalan. Sementara sang manager, tetap menahan diri agar tidak melampiaskan amarah kepada Naina.

Gadis itu selalu menghindar setiap kali ia dekati atau bahkan muncul dari ruangan. Berpura-pura tidak melihat, bahkan terkadang mengalihkan pembicaraan atau tidak menyahut sama sekali.

Sikap tak acuh Naina, sungguh membuatnya frustasi. Tak dapat berpikir saat bekerja, semua pekerjaan terbengkalai karena terus memikirkan Naina.

"Argh! Sial!" Ia menggebrak meja cukup kuat, membuat karyawan gudang tersentak karenanya.

"Kenapa sama si Bos? Kok, akhir-akhir ini kelihatannya marah-marah mulu, ya?" celetuk salah satu pekerja sembari memindahkan tumpukan dus dan menyusunnya.

"Nggak tahu. Mungkin karena dicuekin sama si Penjaga kasir itu kali. Jadinya, kayak gitu," sahut yang lain dengan tangan yang sibuk pula.

"Penjaga kasir? Siapa? Naina, Vita? Atau ...." Ia tercenung mengingat beberapa waktu terakhir sang atasan selalu memandangi Naina.

"Naina, siapa lagi? 'Kan, cuma dia yang sering diajak ngobrol sama si Bos," sambar rekannya sembari mendesah.

Sementara orang yang mereka bicarakan, tengah berpikir keras di dalam ruangan. Berjalan mondar-mandir sesekali akan menggigit bibir dan menjambak rambutnya.

"Aku nggak bisa kayak gini. Nggak bisa. Aku harus ngomong sama Naina atau ... aku buat perhitungan aja sama pemuda brengsek itu," gumam laki-laki itu menemukan sebuah ide yang menerbitkan senyumnya.

"Yah, aku akan membuat perhitungan dengannya. Enak saja dia mau rebut Naina dari aku. Dia pikir pantas jadi pendamping Naina? Hah, jangan mimpi," kecamnya sembari tersenyum sinis membayangkan wajah sang pemuda yang tersenyum bersama Naina kemarin.

Dia mengepalkan tangan kuat-kuat, matanya memerah dan wajahnya menghitam. Emosi memuncak, tak sabar ingin segera menemui sang pemuda.

Laki-laki itu keluar ruangan secara tiba-tiba, mengejutkan kedua pekerja yang baru saja bergosip tentangnya. Mereka lekas membungkam mulut, tersenyum kikuk pada sang atasan sambil menunduk. Kemudian, saling pukul pun terjadi, saling menyalahkan satu sama lain karena tak membagi tahu keberadaan bos mereka.

Naina tak acuh ketika sang manager muncul dari pintu, terus tersenyum pada pelanggan yang membawa belanjaannya ke meja kasir. Seperti biasa ia akan bertanya dengan sopan juga menawarkan paket promosi yang tersedia di mejanya.

Laki-laki itu ingin menyapa, tapi urung karena Naina bahkan tak melihat ke arahnya. Dengan perasaan rindu bercampur kesal, dia pergi keluar untuk menemui Alfin.

Secara kebetulan, pemuda itu berada di halaman masjid sedang menyapu bersama anak-anak. Diawasi pak ustadz yang duduk sambil membaca kitab.

"Itu dia. Aku harus menegurnya agar tidak mendekati Naina." Dia bergumam, dengan langkah mantap melaju menyebrangi jalan menuju rumah Allah.

"Maaf, bisa kita bicara?" ucapnya begitu tiba tanpa salam dan basa-basi.

Mendengar suara bernada ketus itu, pak ustadz mengalihkan pandangan dari kitab. Sedikit menurunkan kacamata untuk dapat melihat siapa yang menegur Alfin. Begitu pula dengan semua anak-anak yang ada, mereka memandang laki-laki yang terlihat tak senang terhadap ayah asuh mereka.

Alif menegakkan tubuh, tersenyum ramah padanya. Dia ingat siapa laki-laki itu? Dialah yang telah membuat Naina menangis tempo hari.

"Wa'alaikumussalaam. Tunggu, ya," sindir Alfin berhasil membuat wajah sang manager memerah karena malu.

Emosi yang sejak tadi ditahannya semakin membuncah, ia menahannya dengan memainkan kepalan tangan. Gatal rasanya ingin menghantam wajah sok suci itu.

Sementara Alfin berbalik pada laki-laki yang tengah kembali larut dengan kitabnya. Lalu, beralih pada semua anak yang sedang menatapnya.

"Pak Ustadz, anak-anak. Maaf, ya. Pamit sebentar," pamitnya kemudian berbalik setelah diangguki semua orang.

"Mari, jangan berbicara di depan anak-anak." Alfin mengajak manager Naina menuju sebuah gubuk yang masih berada di lokasi masjid.

Duduk bersila dengan tetap mempertahankan ketenangan hati juga dirinya.

"Silahkan, Bapak mau ngomong apa? Saya dengerin," ucap Alfin dengan sopan.

Sang manager meneguk ludah, malu rasanya berhadapan dengan pemuda beradab seperti Alfin. Akan tetapi, saat mengingat tujuannya datang ia menepis rasa itu.

"Begini. Aku ke sini cuma mau ngasih peringatan sama kamu. Jangan pernah deketin Naina. Kamu tahu siapa aku? Aku manager di sana dan Naina karyawan aku. Selain itu, dia juga bakal calon ibu anakku. Ngerti kamu!" tegasnya sedikit membentak Alfin.

Namun, ketenangan pemuda itu patut diacungi jempol. Dia bahkan tersenyum tidak tersinggung sama sekali. Kepalanya manggut-manggut mengerti atas apa yang dia ucapkan.

"Saya mengerti. Sangat mengerti, tapi apa yang Bapak bilang ini memang benar? Maksud saya apa Naina telah setuju dengan apa yang Bapak lakukan?" ucap Alfin dengan suara yang selembut kapas.

Laki-laki di hadapannya menggeram tak senang, menatap nyalang pemuda yang berani menentangnya itu.

"Mau dia setuju atau nggak, yang pasti aku nggak suka kamu deket-deket sama dia. Jauhi Naina, atau kamu tanggung sendiri akibatnya," ancamnya menuding wajah Alfin dengan bengis.

Pemuda itu tetap tersenyum, tidak gentar dengan ancaman yang dilayangkan olehnya. Sampai dia beranjak dari gubuk, sekali lagi mengancam Alfin lewat sorot mata yang tajam. Dia tetap duduk dengan tenang.

"Astaghfirullah al-'adhiim ... ya Allah, ampuni dosa hamba. Jauhkan hamba dari orang-orang seperti mereka, ya Allah." Alfin mengusap dada, mendesah melepas gelisah yang sempat hadir.

Laki-laki itu terus melewati anak-anak, juga pak ustadz tanpa menyapa seperti kebanyakan orang. Sombong dan angkuh, merasa dirinya paling terhormat karena memiliki jabatan.

Alfin menyusul, sikapnya biasa saja tidak seperti laki-laki sebelumnya. Ia mendatangi anak-anak, kembali membersihkan halaman bersama mereka.

"Itulah dahsyatnya cinta. Membuat pemujanya hilang akal dan berbuat segala macam cara. Astaghfirullah al-'adhiim," gumam pak ustadz memperingatkan Alfin agar tidak terhanyut oleh yang bernama cinta.

"Manusia terkadang lupa bahwa cinta itu sebenarnya suci. Perbuatan mereka sendiri yang membuat cinta ternoda. Banyak-banyaklah beristighfar, memohon ampunan kepada Allah," tutur pak ustadz lagi sebelum berdiri dari duduk dan masuk ke dalam masjid.

Alfin tercenung sambil memegangi sapu di tangan, mencerna ucapan laki-laki bersorban yang menjadi pembimbing rohaninya itu. Ia menghela napas, beristighfar di dalam hati. Terus melanjutkan pekerjaan membersihkan halaman rumah Allah.

"Kurang ajar!" umpat sang manager begitu tiba di ruangannya.

Ia meninju dinding meluapkan emosi yang terus bergejolak di dalam dada. Amarah menggerogoti kewarasannya, rasa cemburu menguasai hati menghilangkan akal sehatnya.

"Sial! Awas aja kamu brengsek! Lihat apa yang akan aku lakukan untuk membuat kamu jera," kecamnya dengan kedua mata memicing tajam.

Sebuah rencana jahat terlintas di dalam otaknya, rencana yang tentunya membahayakan Alfin.

Terpopuler

Comments

Junida Susilo

Junida Susilo

Astaga 🙄🙄 malas banget sama menejer nya naina ini...laki laki pemaksa dan tidak mau menerima kenyataan klw orang yang mati matian dia angap milik nya itu, sama sekali tidak pernah menganggap dia siapa siapa,pacar bukan suami bukan... saudara juga bukan, menejer nya cinta sendiri gila sendiri,hati naina itu milik naina pribadi...naina berhak menentukan pilihan hatinya kepada siapa cinta naina akan berlabuh biar kan itu menjadi ketetapan hati naina...🙏

2023-01-13

1

Fe

Fe

meneger nya punya masalah hidup apa sih... kaka othor buat alfinza dan keluarga nerima naina ya kak

2023-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 Kedatangan Seseorang
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Meluluhkan Aminah
87 Bab 87
88 Bab 88 Kemarahan Alfin
89 Bab 89 Pengorbanan Naina I
90 Bab 90 Pengorbanan Naina II
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 Kedatangan Seseorang
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Meluluhkan Aminah
87
Bab 87
88
Bab 88 Kemarahan Alfin
89
Bab 89 Pengorbanan Naina I
90
Bab 90 Pengorbanan Naina II
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!