Bab 15

Beberapa saat lamanya ia terus menyendiri di dalam gudang, bersembunyi di antara tumpukan kardus agar tak ditemukan siapapun. Sampai hatinya merasa tenang kembali, dan semua kesedihan terlewati.

Naina mengangkat kepala, mengusap air di matanya sebelum berdiri dan masuk ke kamar mandi. Memeriksakan wajahnya beberapa saat di hadapan cermin. Ia mengeluh, menunduk sambil berpegangan pada wastafel.

"Bengkak begini gimana mau keluar coba? 'Kan, malu," keluhnya sembari memejamkan mata.

Gegas Naina mencuci wajah, menormalkan keadaan mata yang membengkak. Dipolesnya sedikit make-up untuk menyamarkan bagian yang terdampak tangisan. Ia menghela napas, lebih baik dari sebelumnya. Kemudian keluar bersikap seperti biasa seolah-olah tak terjadi apapun.

"Nai!" tegur Vita, rekan Naina di meja kasir.

Gadis itu menoleh, tersenyum seperti biasanya.

"Kenapa?" tanyanya berpura-pura tak tahu bahwa semua orang sibuk mencari.

"Tadi si Pak Bos nyariin kamu, lho. Dari mana aja emangnya?" tanya Vita dengan dahi mengkerut dalam.

Naina bergegas mendatanginya, merapatkan pada tubuh gadis itu dan berbisik, "Aku tadi sakit perut. Makanya buru-buru ke toilet. Nggak enak sama si Bos soalnya."

Ia menggigit bibir sambil mengangguk, menegaskan apa yang diucapkannya tadi adalah benar.

"Ooh ... terus kenapa nggak nyahut tadi waktu dipanggil?" selidiknya sembari melengos pada layar komputer di atas meja.

"Yah, aku malu, Vit. Masa lagi ngeden nyahut, bisa-bisa berabe urusan." Naina terkekeh diikuti Vita yang tertawa kala membayangkan jadi Naina di dalam toilet.

Senyum di bibirnya surut perlahan, melengos setelah Vita sibuk melayani pelanggan. Ia menghela napas, semoga setelah ini semua yang terjadi akan terlupakan dengan mudah. Naina kembali pada pekerjaannya, mencatat apa saja yang sudah berkurang.

****

Menjelang ashar, Naina berpamitan untuk pulang. Sebelumnya, dia mendatangi masjid untuk menunaikan ibadah empat rakaat di rumah Allah itu sambil menunggu Asep menyelesaikan pekerjaan.

Naina mengernyit ketika tidak mendengar suara Alfin maupun anak-anak di dalam masjid tersebut. Biasanya, sore hari masjid akan ramai oleh anak-anak yang belajar mengaji dengannya.

"Ke mana semua anak-anak? Ahmad juga nggak ada. Apa ngaji mereka libur, ya?" gumamnya sembari mengintip dari balik hijab yang menjadi pembatas antara jamaah laki-laki dan perempuan.

Naina mendesah, melirik jam di ponselnya seraya duduk di depan masjid sambil menunggu waktu. Kali ini, dia tidak menunggu Asep di depan toko karena tak ingin bertemu dengan sang atasan.

Deru suara mobil membuyarkan lamunannya, ia memanjangkan leher demi dapat melihat siapa yang datang. Ia tersenyum begitu melihat anak-anak yang biasanya berada di masjid turun dari mobil mewah tersebut. Di tangan mereka masing-masing membawa tas belanjaan, berjalan dengan senyum secerah mentari.

Mereka tertegun di halaman masjid, melihat Naina yang duduk sendiri. Gadis itu mengernyit saat Alfin turut keluar dari mobil tersebut sambil menenteng beberapa tas belanjaan.

"Anak-anak! Kenapa berhenti di sini?" tegur Alfin yang belum menyadari kehadiran sang gadis pujaan.

"Itu!" Salah satu anak menunjuk Naina.

Alfin mengangkat pandangan, tersenyum tanpa sadar.

"Ayo, Kakak kenalkan sama dia," ajaknya seraya menggiring anak-anak tersebut untuk mendekati Naina.

Gadis di depan masjid itu tersenyum malu kala pandangan mereka bertemu. Alfin terlihat lebih dewasa, mengasuh anak-anak yang bukan darah dagingnya.

Pemuda itu membungkuk, membisikkan sesuatu pada semua anak yang datang bersamanya. Kemudian, menegakkan tubuhnya lagi menilik wajah Naina yang bersemu.

Penasaran, itulah yang tercetak di wajah sang gadis. Ingin tahu apa yang dibisikkan laki-laki itu pada mereka.

"Assalamu'alaikum, Kak Naina cantik!" sapa mereka serentak.

Naina membelalak dengan napas yang tertahan, kemudian tertawa ringan sambil menutup bibirnya menggunakan tangan. Ia menggelengkan kepala, memandangi satu demi satu anak-anak malang tersebut.

"Wa'alaikumussalaam. Ahlan wa sahlan (selamat datang) anak-anak semua!" balas Naina dengan senyum lebih cerah.

Ia beranjak turun dan berdiri berhadapan dengan mereka.

"Ahlan bik!" sahut mereka serentak pula.

"Boleh Kakak peluk kalian?" pinta Naina sedikit membungkukkan tubuh di depan semua anak-anak itu.

Mereka berhamburan tanpa harus menjawab, memeluk Naina beramai-ramai, membuatnya merasa dihargai. Mereka tak jauh berbeda dengannya, anak-anak malang sama seperti dia. Ditinggal orang tua, bahkan tidak tahu siapa ayah biologisnya hingga dewasa.

Pandangnya bertemu dengan manik Alfin kala ia mengangkat wajah. Senyum yang diukir pemuda itu, tampak hangat hingga menyentuh sanubarinya. Mereka beruntung, bertemu dengan pemuda baik dan bertanggungjawab seperti Alfin.

"Ayo, anak-anak! Kembali ke kamar kalian!" titah Alfin sengaja mengusir mereka agar dapat bercengkerama dengan Naina.

Mereka menyalami keduanya, berlarian kembali ke belakang masjid. Di sanalah mereka tinggal, seperti halnya pondok pesantren, Alfin sebagai pengasuhnya.

"Mereka tinggal di sini?" tanya Naina menunjuk arah anak-anak itu berlarian.

Alfin mengangguk, pandangannya tak lepas dari wajah yang nampak sedikit sembab itu. Ia tahu baru saja Naina menangis, tapi enggan bertanya karena merasa belum menjadi urusannya.

"Di belakang masjid ini dibangun kamar-kamar untuk mereka tempati. Yah, bisa dibilang aku pengasuh mereka." Alfin berjalan pelan menuju teras dan duduk diikuti Naina.

"Emangnya, siapa yang bangun masjid ini? Dia sangat dermawan dan peduli sama anak-anak kayak mereka," ujar Naina memuji sang dermawan yang berhati mulia.

Alfin menghela napas, menunduk sebentar sambil menghendikan bahu.

"Siapapun orangnya, yang pasti dia memiliki alasan tersendiri mengapa sampai berbuat seperti ini. Kita nggak pernah tahu kehidupan orang lain, kecuali kita emang hidup bersamanya," tuturnya diangguki Naina dengan pelan.

Mata gadis itu melirik tas belanjaan yang dibawa Alfin. Penasaran dengan isinya.

"Itu ... apa? Kamu abis ajak anak-anak belanja?" Naina menunjuk tas tersebut.

"Oh, ini semua keperluan anak-anak. Ada buku-buku, peralatan sekolah dan lainnya. Emang tiap bulan selalu ada dermawan yang menyisihkan sedikit hartanya untuk anak-anak di sini," jawab Alfin menunjukkan isi tas tersebut kepada Naina.

"Kamu senang, ya, merawat mereka?" tanya Naina diam-diam memperhatikan raut wajah sang pemuda yang menarik hatinya.

Alfin tersenyum, memainkan jemarinya gugup. Ini kali pertamanya berbincang dengan seorang wanita setelah terlepas dari masa lalu.

"Yah, ada kebahagiaan tersendiri buatku ketika melihat mereka tertawa, tersenyum, atau makan. Aku senang, mereka semua anak-anakku," katanya seraya menoleh pada Naina.

Senyum yang tersemat di bibirnya, membuat hati Naina berdegup-degup tak menentu. Ia tersipu sendiri, melengos dari tatapan Alfin mengalihkan perhatian.

"Mereka sama kayak aku. Nggak punya orang tua. Aku pindahan dari Jakarta dan di sini tinggal sama paman dan bibi." Naina mendesah mengingat kehidupannya yang nyaris tak pernah menemui kebahagiaan.

Masa kecil harus diisi dengan kerja keras membantu Lita, hingga beranjak remaja, bahkan sekarang dia harus mengorbankan pendidikannya hanya karena tak ingin merepotkan kedua paruh baya di rumah itu.

"Kamu yang sabar, ya. Semua yang kita alami di dunia ini merupakan ujian dari Allah. Setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya. Yakin aja bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar."

Naina mengangkat kepala, memandang pemuda yang berlisan lembut itu. Ia tersenyum dan mengangguk pasti.

****

Alamat nggak tidur nanti malam.

Terpopuler

Comments

Herni Rosita

Herni Rosita

bukanya naina anak Y si jafran yahh... sejak seira pergi trs liat nikah sm jafran udah g bc aku cm bacaY ps ending hihi

2023-01-23

1

Junida Susilo

Junida Susilo

penisirin kelanjutan nya 🙏

2023-01-11

1

Adi Soraya

Adi Soraya

Nexttttt

2023-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 Kedatangan Seseorang
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Meluluhkan Aminah
87 Bab 87
88 Bab 88 Kemarahan Alfin
89 Bab 89 Pengorbanan Naina I
90 Bab 90 Pengorbanan Naina II
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 Kedatangan Seseorang
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Meluluhkan Aminah
87
Bab 87
88
Bab 88 Kemarahan Alfin
89
Bab 89 Pengorbanan Naina I
90
Bab 90 Pengorbanan Naina II
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!