Bab 19

Sekembalinya Alfin dari mengantar Naina. Jalanan semakin sepi mencekam, nyaris tak ada kendaraan yang melintas kecuali dirinya. Mungkin karena malam itu adalah malam Jum'at Kliwon, di mana di sebagian daerah masih menganut kepercayaan tentang sakralnya malam tersebut.

Alfin menghembuskan napas, tak lupa memanjatkan doa meminta perlindungan dari Allah. Ayat kursi dibacanya berulang-ulang kali, guna mengusir setan yang membawa rasa gelisah ke dalam hati.

Hembusan angin terasa berbeda, lebih dingin menusuk. Tubuh Alfin yang hanya dibalut kokok nyaris menggigil karenanya.

"Astaghfirullah al-'adhiim! A'uudzubillaahiminasy-syaithoonir-rojiim, bismillahir-rahmanir-rahim. Qul a'uudzu birobbil falaq. Min syarri maa kholaq. Wa min syarri ghoosiqin idzaa waqab. Wa min syarri haasidin idzaa hasad."

Alfin menggumamkan surat Al-Falaq, memohon perlindungan kepada Allah dari segala kejahatan manusia di malam hari. Deru suara beberapa motor di belakangnya terdengar menggaung. Alfin masih bersikap tenang, yakin bahwa Allah akan melindunginya.

Motor-motor itu melesat mendahuluinya, satu motor menghadang jalannya di depan, satu di samping kanan, dan satu berada di belakangnya. Alfin melirik kedua pengemudi motor tersebut. Dia merasa tertantang, dunia yang sudah ia tinggalkan seolah-olah kembali karena situasi malam itu.

Namun, Alfin tersadar, buru-buru mengucap istighfar. Memohon ampunan kepada Allah. Ia kembali tenang, kemudian memelankan laju motor dan berhenti diikuti ketiga pemotor itu. Masih lima belas menit jarak antara jalan tersebut dan masjid. Alfin sengaja berhenti untuk menanyai maksud dan tujuan mereka.

Ia turun dari motornya, menunggu ketiga orang itu datang mendekat.

"Apa maksud kalian menghadang jalanku?" tanya Alfin masih dengan sikap tenang. Dia tidak terlihat gentar sama sekali, berdiri tegak seolah-olah tak ada bahaya yang mengancam.

"Membunuhmu!" desis mereka seraya menyerang Alfin tanpa basa-basi.

Dengan sebilah pisau di tangan mereka masing-masing, ketiganya menyerang Alfin dari segala sisi. Alfin mengangkat kedua tangan, menangkis serangan dari kanan dan kiri. Melompat sambil melakukan gerakan menendang menghalau serangan dari depan.

"Apa kita punya urusan? Kenapa kalian mau membunuhku?" tanya Alfin lagi lebih bersiap dengan serangan berikutnya.

"Jangan banyak bacot, cepat kita bunuh dia!" sahut salah satu dari mereka seraya kembali menyerang Alfin.

Pertarungan sengit tiga lawan satu pun tak terelakkan, Alfin yang terlihat kalem dan agamis, nyatanya memiliki bekal bela diri yang tidak dapat diremehkan. Dalam hitungan menit, dia berhasil melumpuhkan ketiganya.

Mereka terdesak, Alfin terus merangsek menghajar ketiganya hingga tak berdaya. Wajah tenang dan kalemnya raib, berganti sangar dan mengerikan. Bola mata merah menyala, Alfin berubah buas seketika.

"A-ampun ... to-tolong ampuni kami. Ka-kami cu-cuma disuruh. Maafkan kami," mohon salah satu penjahat yang berada dalam cengkeraman Alfin. Sementara dua sisanya tak mampu lagi melawan meski kesadaran masih mereka miliki.

Mendengar suara lemah terbata itu, Alfin tersadar. Sesegera mungkin melepaskan cengkeraman dan termundur ke belakang sambil memandangi kedua tangan. Mulutnya terbuka, matanya membelalak dipenuhi penyesalan.

"Istighfar, Nak. Istighfar, wahai anak muda!"

Suara pak ustadz berdenging di telinganya. Ia mengangkat wajah, menangis menatap ketiga orang yang baru saja dihajarnya.

"Pergi! Pergi kalian dari sini! Cepat!" teriak Alfin menggema di kesunyian malam.

Ia berjongkok sambil menjambak rambutnya sendiri. Menjerit seperti seseorang yang kerasukan. Ketiga penjahat itu saling membantu untuk dapat lari secepat mungkin dari tempat tersebut. Menjalankan motor mereka sambil sesekali melirik ke belakang khawatir Alfin akan mengamuk.

"ARGH!" Alfin berteriak sambil menengadahkan wajahnya ke langit. Menangis tergugu menyesali diri karena tak mampu menahan emosi.

"Astaghfirullah al-'adhiim! Astaghfirullah al-'adhiim! Ya Allah!" Alfin menjatuhkan dahi di jalan beraspal.

Bersujud memohon ampunan sambil terisak pilu. Merasa sia-sia taubat yang ia lakukan, ternyata sulit baginya untuk mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi ketika tersudut. Jiwa pegulat di dalam dirinya, masih melekat kuat.

"Astaghfirullah al-'adhiim ... astaghfirullah al-'adhiim ... sabar, Nak. Sabar!" Suara pak ustadz kembali terdengar, kali ini bukanlah fatamorgana belaka.

Laki-laki sepuh berkalung sorban hijau tua itu, muncul dari arah belakang Alfin. Tak sengaja melihatnya mengusir ketiga penjahat ketika melintas sepulang pengajian dari kota tetangga.

Alfin mengangkat tubuh, memandang pak ustadz dengan mata yang basah. Ia berjalan menggunakan kedua lutut menghampiri sosok alim yang membimbingnya itu.

"Pak Ustadz! Aku berdosa, Pak. Sia-sia taubatku selama ini karena aku nggak mampu mengendalikan diri. Aku berdosa, Pak," ratap Alfin sembari memeluk kaki laki-laki itu.

Pak ustadz mendesah, menengadah menatap langit sambil memohon ampunan untuknya juga pemuda yang sedang menangis di kakinya itu. Tangannya dengan lembut mengusap rambut Alfin, menurunkan pandangan sambil tersenyum.

"Bangunlah, kita pulang dulu. Naik ke mobil saya aja, ya," ucap pak ustadz sembari membantu Alfin untuk berdiri.

Pemuda itu mengusap matanya, berdiri sambil tertunduk lesu. Ia mengikuti langkah pak ustadz menuju mobil yang terparkir beberapa meter dari arah yang berlawanan.

"Innamat-taubatu 'alallaahi lilladziina ya'maluunas-suu`a bijahaalatin tsumma yatuubuuna min qariibin fa ulaa`ika yatuubullaahu 'alaihim, wa kaanallaahu 'aliiman hakiimaa.

Artinya: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa: 17)."

Pak ustadz menghela napas setelah membacakan sebuah ayat tentang taubat. Ia melirik Alfin yang duduk menunduk di sampingnya. Menepuk bahu laki-laki itu, sembari tersenyum memberinya dukungan.

"Kamu ngerti maksud ayat tadi?" tanya pak ustadz menelisik wajah Alfin yang masih tertunduk.

Pemuda itu menggelengkan kepala, sungguh penyesalan kini mengendap di hatinya. Bersusah payah meninggalkan dunia hitam, setelah mendapatkan hidayah, masih tak mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu dunia.

"Ketika seseorang melakukan suatu kejahatan karena kejahilan ataupun karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang agama, tapi kemudian dia segera bertaubat setelah mengetahuinya, dan berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi maka, itulah taubat yang sesungguhnya, dan Allah akan menerima taubat orang tersebut. Insya Allah."

Alfin mengangkat wajah, menatap pak ustadz yang tersenyum padanya.

"Tapi gimana sama saya, Pak? Saya tahu itu nggak benar, tapi saya nggak bisa ngendaliin diri saya. Saya kalah, Pak Ustadz," keluh Alfin sambil menunduk kembali dan mengusap air yang keluar dari mata.

"Apa kamu melakukannya dengan sengaja ingin mengganggu mereka?" tanya pak ustadz menelisik wajah sang pemuda dari samping.

Alfin menggelengkan kepala.

"Nggak, Pak. Demi Allah, saya tersudut dan nggak tahu harus apa. Mereka memegang senjata dan mau membunuh saya. Sementara untuk meminta tolong nggak ada siapapun selain diri saya sendiri, Pak," jawab Alfin dengan wajah terangkat menatap laki-laki di sampingnya.

Pak ustadz mengangguk-anggukkan kepala, mengerti dengan perkara yang terjadi.

"Itu artinya kamu membela diri. Coba denger ini:

'An Abii hurairata qaala: "Jaa'a rajulun ilaa rasuulillaahi shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Faqaala, "Yaa Rasuulallaah, aroaita in jaa'a rajulun yuriidu akhdza maali?"

Qaala, "Falaa tu'thihi maalaka."

Qaala, "Aroaita in qaatalanii?"

Qaala, "Qaatiluhu."

Qaala, "Aroaita in qatalanii?"

Qaala, "FA anta syahiidun."

Qaala, "Aroaita in qataltuhu?"

Qaala, "Hua Fin-naar."

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?”

Beliau bersabda, “Jangan kau beri padanya.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?”

Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.”

“Bagaimana jika ia malah membunuhku?” Ia balik bertanya.

“Engkau dicatat syahid," jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Bagaimana jika aku yang membunuhnya?” Ia bertanya kembali.

“Ia yang di neraka," jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam."

(HR. Muslim no. 140)

Mendengar itu, Alfin termenung dalam diam.

Terpopuler

Comments

Rumi29

Rumi29

Islam melarang menyerang tanpa alasan,bukan membiarkan diri di siksa tanpa alasan.mangkanya klo ada yg bully gue trus sambil dia tonjok malah gue gebukin ampe penyot dia😂

2023-05-23

0

Junida Susilo

Junida Susilo

Pak menejer hati nya sangat busuk, menghalal segala cara untuk mencapai keinginan nya...😠

2023-01-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 Kedatangan Seseorang
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Meluluhkan Aminah
87 Bab 87
88 Bab 88 Kemarahan Alfin
89 Bab 89 Pengorbanan Naina I
90 Bab 90 Pengorbanan Naina II
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 Kedatangan Seseorang
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Meluluhkan Aminah
87
Bab 87
88
Bab 88 Kemarahan Alfin
89
Bab 89 Pengorbanan Naina I
90
Bab 90 Pengorbanan Naina II
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!