Ajarkan Aku Ikhlas (Naina)

Ajarkan Aku Ikhlas (Naina)

Bab 1

"Kamu yakin mau nikahin anak saya?"

Seorang wanita paruh baya berperawakan kurus dan wajahnya yang pucat, tersenyum pada seorang pemuda yang datang bersama anak gadisnya.

Mereka duduk lesehan di lantai sebuah rumah kontrakan yang tak seberapa luasnya. Saling berhadapan, menunduk karena segan.

"Iya, Tante. Saya serius sama Naina. Saya mau nikahin dia secepatnya. Itu kalo Tante kasih kami restu buat menikah," ujarnya dengan yakin.

Tak terdengar getar keraguan dari lisannya, kalimat itu ia ucapkan dengan mantap untuk meyakinkan sang calon mertua.

Wanita yang tak lain adalah Lita menghela napas dalam-dalam. Menelisik raut wajah pemuda berkumis tipis di depannya, dengan penuh pertimbangan. Lalu, lirikannya jatuh pada seorang gadis yang duduk tak jauh dari mereka.

Ia tersenyum, menggantungkan harapan pada sang ibu untuk restunya. Naina memohon lewat sorot mata agar Lita merestui hubungan mereka.

"Baik, tapi sebelum itu kamu harus dengar dulu siapa Naina. Agar di kemudian hari nggak ada yang namanya penyesalan. Apalagi setelah menikah nanti, pastinya akan menjadi masalah untuk rumah tangga kalian kelak. Apa kamu siap mendengarnya?" ungkap Lita tanpa keragu-raguan sedikit pun.

Pandangannya jatuh pada Naina, gadis itu menunduk. Apa yang dikatakan Lita menjadi dilema untuk hatinya. Lita harus melakukan itu, agar kelak Naina bisa mendapatkan cinta sejati yang tak akan pernah menyakiti.

"Saya siap mendengarnya, Tante." Jawaban tegas dari lisannya, tak membuat kegelisahan Lita menghilang.

"Kamu yakin akan bisa menerima semua yang saya ucapkan apapun itu?" tanya Lita lagi menegaskan.

"Saya siap!" jawab sang pemuda dengan tegas pula.

Lita menghela napas, sekali lagi menatap anaknya yang kali ini pun tengah memperhatikan dia. Lita berbalik menghadap pemuda itu lagi, menilik keyakinan yang terpancar di raut wajahnya.

"Kamu harus tahu, Nak. Naina itu nggak sama seperti gadis yang lainnya. Dia berbeda, tapi dia istimewa. Saya cuma nggak mau nantinya dia disakiti oleh karena masa lalu yang terkuak. Jadi, saya mau bilang dari sekarang kalo Naina itu nggak punya wali karena dia anak yang terjadi diluar pernikahan. Kelak, kalo kalian menikah, wali hakim yang menjadi walinya."

Pemuda itu mengangkat wajah dengan kedua mata yang membelalak lebar. Kepalanya berputar pelan, menatap Naina yang termangu bersiap menerima takdirnya. Gadis itu meneguk ludah, menyerahkan keputusan sepenuhnya pada sang pemuda.

Lita menghela napas, sudah ia duga bahwa laki-laki itu sama saja dengan yang sebelumnya.

"Jadi, gimana, Nak? Apa masih yakin mau nikahin anak saya?" tanya Lita kemudian.

Naina memutuskan pandangan darinya, menunduk dengan hati yang telah siap menerima kenyataan. Dia selalu ingat nasihat Lita bahwa laki-laki yang menerimanya diawal dengan keyakinan, dia pasti akan menerima segala kekurangan di akhir kemudian.

"Saya ... saya." Pemuda itu ragu, dia butuh waktu untuk memikirkan itu semua. Keluarganya perlu tahu, karena pasti wali si gadis akan dipertanyakan saat ijab kabul terjadi nanti.

"Nggak apa-apa, kamu bisa pikirin dulu aja gimana baiknya. Nggak usah maksa buat nerima asal-usul anak saya. Karena kalo tetep maksa, ujung-ujungnya anak saya yang sakit hati dan saya nggak mau itu terjadi. Silahkan dipikir dulu aja," ungkap Lita setelah menangkap keragu-raguan di dalam dirinya.

Ia mengerti, tidak mudah memang menerima kenyataan bahwa Naina yang notabene adalah gadis yang baik itu anak yang terjadi diluar pernikahan. Siapapun tak akan menyangka, dan aib itu tetap terjaga sampai dia mendengar langsung dari mulut sang ibu.

"Maafin saya, Tante. Saya emang butuh waktu buat mikirin semua ini. Saya cuma nggak nyangka aja. Nggak apa-apa, 'kan, kalo saya minta waktu tiga hari aja," ungkap si pemuda gelisah.

Ia melipat bibir, memainkan jemari, apa saja dilakukan demi menutupi rasa cemas di hatinya. Dia ragu keluarga akan menerima Naina karena hatinya pun saat ini telah meragukan keyakinannya.

Lagi-lagi hembusan napas berat dilakukan Lita untuk mengurangi rasa sesak atas kenyataan pahit yang ia terima. Kesilapan di masa lalu yang dilakukannya, berbuah pada kelangsungan hidup sang anak. Ia hanya berharap suatu saat nanti, akan ada laki-laki yang dapat menerima asal-usul Naina.

"Baik, kalo gitu. Kamu bisa datang lagi setelah tiga hari nanti, saya juga nggak mau membebankan pikiran kamu-"

"Nggak perlu! Saya menolak langsung pernikahan mereka tanpa perlu waktu buat berpikir. Enak aja anak saya yang terpelajar, terpandang, mau dinikahkan sama anak yang nggak jelas asal-usulnya. Saya nggak sudi!"

Sebuah suara menukas ucapan Lita dengan ketus dan sengit. Diikuti munculnya dua sosok paruh baya dengan gaya yang elegan. Matanya melilau ke setiap sudut kontrakan, mencibir, mengejek, keadaan sang gadis idaman anaknya.

Naina mengangkat wajah terkejut, membelalak untuk kemudian menunduk lagi. Diam-diam menyeka air yang jatuh dari mata tak ingin Lita melihatnya menangis.

Sementara sang ibu, hanya bisa pasrah dengan segala yang diucapkan wanita tersebut.

"Kalo saya tahu dia itu anak haram, udah dari dulu saya nyuruh anak saya buat tinggalin dia. Kamu itu, ya. Nanti jadi apa cucu saya kalo lahir dari perempuan kayak kamu itu, hah? Ibunya aja nggak bisa jaga diri, apalagi anaknya. Udah berapa laki-laki yang nikmatin tubuh kamu itu, hah? Jangan-jangan kamu hamil, terus minta anak saya buat tanggung jawab. Iya?!" bentak wanita tersebut menuding Naina yang terisak menahan perih.

Lita meradang, berdiri dengan susah payah untuk membela anaknya.

"Saya yang salah. Anda jangan menghina anak saya. Dia nggak tahu apa-apa, dia anak yang baik-baik. Bawa saja pergi anak Anda dari rumah kami, tapi jangan pernah merendahkan kehormatan anak saya!" hardik Lita tidak terima Naina direndahkan.

Bukannya takut ataupun merasa bersalah, tapi wanita itu justru mencibirkan bibir mengejek. Menatap jijik pada Naina yang terus menunduk dengan kedua bahu yang terguncang.

"Siapa juga yang betah berlama-lama ada di sini. Rumah sempit, pengap, bikin sesak napas ditambah yang huni perempuan nggak bener semua. Ibunya p*l*cur anaknya anak haram. Cuih! Ayo, pergi! Ibu nggak sudi punya mantu anak haram, apalagi besannya wanita nggak bener. Bisa-bisa kamu diracuni sama mereka. Ayo!"

Dia menarik tangan anaknya yang hanya diam selama penghinaan terhadap Naina dan ibunya terjadi. Tak lagi menatap gadis itu meskipun untuk terakhir kalinya.

"Yah, pergi! Pergi aja kalian semua, jangan pernah datang lagi ke hadapan anak saya! Kalian manusia jahat yang nggak punya hati!" teriak Lita sembari menuding mobil mereka yang perlahan meninggalkan tempat tersebut.

"Ibu! Ibu, udah. Jangan marah-marah, nanti sakit Ibu kambuh."

Naina yang mendengar Lita berteriak keras, bangkit untuk menenangkan ibunya. Ia memeluk tubuh Lita, menangis bersamaan menahan perih karena hinaan.

Lita lemah tak dapat menahan tubuhnya sendiri, ambruk di lantai menangis sesenggukan.

"Udah, nggak apa-apa, Bu. Nai nggak apa-apa, kok. Ibu jangan nangis lagi," ucap Naina sambil mengusap wajah Lita yang basah.

"Maafin Ibu, Nai. Kamu kayak gini karena kelakuan Ibu dulu. Semua karena kebodohan Ibu, kamu harus menanggung aib ini. Maafin Ibu, Nak," mohon Lita penuh penyesalan.

Penderitaan yang dialaminya belum seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dia lakukan dulu terhadap Seira.

"Udah, Bu. Nggak apa-apa, nggak usah dipikirin lagi, ya." Naina mendekap tubuh Lita dengan erat.

Air matanya terus tumpah, ia bahkan menggigit bibir supaya tidak terisak.

"Ibu cuma berharap, suatu hari akan ada laki-laki yang bisa nerima kamu apa adanya, Nak. Mencintai kamu dengan tulus. Sabar, sayang. Ibu ... Ibu ... argh!"

Lita meringis sambil memegangi dadanya.

"Ibu! Ibu! Ibu kenapa?"

"Sa-sakit ... dada Ibu ... sa-sakit," ucap Lita terbata.

"Ibu, ya Allah. Ibu!"

Terpopuler

Comments

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

👣

2023-03-01

1

Bintang Yafi

Bintang Yafi

aku mampir thor,baru baca satu bab aja udah sedih😭😭

2023-02-27

2

Enok Wahyu.S GM Surabaya

Enok Wahyu.S GM Surabaya

Naina yg kuat ya sayang 🤗🥰😘😘

2023-01-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 Kedatangan Seseorang
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Meluluhkan Aminah
87 Bab 87
88 Bab 88 Kemarahan Alfin
89 Bab 89 Pengorbanan Naina I
90 Bab 90 Pengorbanan Naina II
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 Kedatangan Seseorang
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Meluluhkan Aminah
87
Bab 87
88
Bab 88 Kemarahan Alfin
89
Bab 89 Pengorbanan Naina I
90
Bab 90 Pengorbanan Naina II
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!