Bab 2

"Naina! Ibu kamu kenapa?" pekik sebuah suara yang bagai angin segar di telinga Naina.

Gadis itu mengangkat wajahnya yang basah, mengiba pada mereka yang kebetulan berkunjung.

"Ibu Sei!" Dia berlari menghampiri Seira, memeluk wanita berhijab itu sambil menangis sesenggukan.

"Tolong Ibu, Ibu pingsan, Bu. Tolong Ibu," mohonnya sembari menangkupkan kedua tangan di dada.

Sigap anak lelaki Seira masuk ke dalam dan mengangkat tubuh Lita yang sudah tidak sadarkan diri.

"Kakak, ayo cepat! Buka pintunya, kita bawa Ibu ke rumah sakit," titah Rayan dengan panik.

Naina bersama Fathya bergegas mendekati mobil, membuka pintunya dan masuk ke dalam. Seira menyusul setelah memastikan pintu kontrakan Lita terkunci.

Ia masuk ke dalam, melirik Lita yang diapit kedua gadis di kursi belakang. Ibu Naina itu tampak pucat, sudah lama Lita menderita sakit, tapi setiap kali diajak berobat, dia selalu menolak.

"Ibu! Bangun, Bu!" rintih Naina sembari mendekap tubuh Lita yang terkulai. Rayan mempercepat laju mobil, menekan klakson meminta jalan pada pengemudi lain.

"Sabar, Nak. Jangan grasak-grusuk," ingat Seira melihat jalanan yang dipadati banyak kendaraan.

"Ah, pake macet segala lagi!" umpatnya seraya menoleh ke belakang memastikan keadaan Lita.

"Udah, Kak. Jangan nangis, kita berdoa sama-sama buat Ibu Lita supaya nggak kenapa-napa," ucap Fathya sembari mengusap-usap lengan Naina yang melingkari tubuh Lita.

Naina mengangkat wajah, menatap gadis remaja di depannya yang begitu serupa dengan sang ayah.

"Makasih, ya," katanya penuh haru.

Fathya mengangguk sambil tersenyum, berdoa dalam hati untuk kesembuhan Lita. Mobil tiba di parkiran rumah sakit, buru-buru Rayan keluar dan mengendong Lita memasuki ruang IGD.

"Dokter, tolong Ibu kami!" teriaknya disambut beberapa petugas medis yang membawa brankar.

Lita dibawa masuk ke dalam, mereka meminta semua orang untuk menunggu di luar ruangan. Naina memeluk Fathya, masih menangis mengingat kondisi Lita yang tak sadarkan diri.

Seira mendekat, duduk di samping Naina usai memastikan Lita dari luar ruangan. Tangannya mengusap punggung gadis itu dengan lembut, menyalurkan kekuatan ke dalam hatinya yang rapuh.

"Kenapa? Kok, ibu kamu bisa pingsan kayak gitu?" tanya Seira dengan lemah lembut.

Naina masih sesenggukan, mengangkat kepala dari bahu gadis remaja Seira. Ia menunduk sambil mengusap kedua sudut matanya, terisak sedih mengingat kejadian saat di rumah tadi. Seira mengusap punggung Naina memberinya kekuatan.

Merasakan sapuan lembut di punggungnya, Naina sadar dia tidak seharusnya menyimpan kesedihan seorang diri. Mungkin dengan berbagi, akan sedikit meringankan beban yang dipikulnya. Ia menghela napas, mengangkat pandangan memberanikan diri untuk berterus terang.

"Ibu syok. Tadi pagi orang yang dekat sama aku ke rumah buat ngelamar, tapi waktu Ibu kasih tahu tentang aku dia cuma diem nggak bisa menjawab. Laki-laki itu nggak bisa terima dengan asal-usul aku. Awalnya Ibu masih biasa aja, tapi kemudian orang tuanya datang terus marah-marah, menghina ibu juga aku. Ibu nggak terima, terus mengusir mereka dan jadi kayak gini. Aku nggak mau kehilangan Ibu," ungkapnya seraya menutupi wajah ketika tangisnya semakin menjadi.

Mengingat setiap kata yang dilontarkan ibu laki-laki itu, membuat Naina merasa sakit. Apakah memang sehina itu anak yang terjadi di luar pernikahan? Apa mereka pantas direndahkan? Apa mereka layak untuk tidak dihargai? Padahal, percayalah, mereka pun tidak ingin dilahirkan dengan keadaan yang demikian.

"Kurang ajar! Laki-laki kayak gitu harus dikasih pelajaran, Kak. Lihat aja kalo ketemu nanti, aku pasti kasih dia hadiah," geram Rayan sembari meremas kepalan tangannya sendiri.

Seira pun merasa geram dengan hal tersebut, bila tidak bisa menerima setidaknya jangan menghina. Cukup katakan dengan bahasa yang tidak menyakiti untuk didengar.

"Kenapa Kakak nggak bilang sama Mamah? Coba aja kalo Mamah ada di sana, pasti dia nggak akan menghina Ibu Lita," ucap Fathya sangat menyayangkan apa yang terjadi di rumah Naina.

Gadis itu menoleh, tersenyum pada anak remaja yang tak banyak bicara itu.

"Kakak nggak mau selalu ngerepotin Ibu Sei. Kakak nggak berpikir dia akan sampai menghina Ibu juga Kakak kayak gitu, tapi ternyata mereka lebih jahat daripada binatang," sahut Naina sambil menggelengkan kepala dan menggigit bibirnya menahan tangis.

Seira yang mendengar, memeluk gadis itu dengan lembut.

"Ibu nggak ngerasa direpotin sama Nai. Kenapa bilang begitu? Kalo ada apa-apa, ngomong aja biar kita cari solusinya sama-sama. Jangan dipendam sendiri, kamu nggak sendirian di sini, sayang." Seira melepas pelukan, mengusap pipi Naina dan menyentuhnya dengan lembut.

Hati yang mana yang tak senang mendapat perlakuan baik dari orang yang dulu dibenci ibunya? Naina tak tahu harus menjawab apa, semua kebaikan yang Seira lakukan sungguh ia tak dapat membalasnya.

Suara langkah kaki yang terdengar cepat mengusik, seorang gadis lain berseragam putih datang dengan tergesa setelah mendengar kabar tentang Rayan yang mendatangi rumah sakit tempatnya bekerja.

"Kak Rayan!" panggilnya sembari mendekat.

Semua orang menoleh, Rayan berjalan pelan menyambut kedatangan gadis itu.

"Kenapa? Siapa yang masuk IGD?" tanya Rani, gadis kecil Rayan, tumbuh menjadi seorang dokter yang cantik.

"Rani? Kamu nggak kerja? Kenapa ke sini?" tanya Rayan, pasalnya Rani adalah seorang dokter umum di rumah sakit tersebut.

"Aku baru dateng, terus lihat ada mobil Kakak. Kata pak satpam Kakak ke sini," jawab Rani menjelaskan.

"Ibu Lita pingsan, kami membawanya ke sini, Kak," jawab Fathya.

Rani menoleh, dan melihat Naina yang masih sesenggukan. Ia merasa lega karena bukan salah satu dari mereka yang sakit.

"Dokter Rani!" Gadis itu menoleh saat sebuah suara memanggilnya.

Ia mengangguk ketika sebuah isyarat menjadi tandanya untuk segera bekerja.

"Kalo gitu aku pergi dulu, ya. Mudah-mudahan Bu Lita nggak kenapa-napa," pamitnya pada semua orang.

Seira mengangguk sambil menyematkan senyum di bibir. Melihat anak Jago itu, selalu membuat dirinya merasa tak percaya.

"Maaf, ada yang bernama Naina di antara kalian?" Dokter dari ruangan IGD muncul memanggil Naina.

"Saya, Dok. Ada apa?" Naina lekas bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri sang dokter.

Ia tidak dapat menyembunyikan kecemasan di wajahnya. Rasa kehilangan menjadi momok menakutkan untuk sepanjang kehidupan yang dia jalani. Berkali-kali merasakan kehilangan, dan setiap itu terjadi hatinya semakin sakit.

Zafran, juga laki-laki yang mengaku mencintainya, semua pergi begitu saja meninggalkan dia. Tidak! Jangan Lita!

"Ibu Anda ingin melihat anaknya. Mari, ikut saya ke dalam," ucap dokter seraya membawa Naina masuk ke dalam IGD.

Rayan bereaksi, memanjangkan leher demi dapat melihat keadaan dalam ruangan. Sayang, dokter menutup tirainya. Ia berdecak cemas, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

Anisul Mukaromah

Anisul Mukaromah

memang menjadi anak yang lahir diluar nikah kebanyakan seperti itu di remehkan dan dipandang sebelah mata mungkin bukan karena anaknya tapi karena kelakuan ibunya yang membuat orang2 pun menjauhi anaknya,,,orang akan berpikir kalo ibunya aja rela jadi pelakor rela menyerahkan tubuhnya secara gratis demi bisa hamil dan dinikahi lelaki kaya meski suami orang bukan gak mungkin anaknya bisa melakukan hal yang sama walaupun sebenarnya kita bisa menilai sendiri sifat seseorang setelah mengenal lebih dekat alangkah lebih baiknya kalo emang gak setuju gak usah menghina simpan ketakutan dalam hati aja biar gak menyakiti hati orang lain karena sejatinya anak gak tau apa2 tentang dosa yang diperbuat ibu dan bapaknya

2023-02-16

4

Junida Susilo

Junida Susilo

naina...semoga kebahagiaan akan menjadi milik ku juga 🤗😘, Terima kasih kk author sudah menghadirkan cerita naina gadis kecil yg berbudi pekerti luhur,kini sudah dewasa...gak ada istilah anak haram semua anak yg lahir ke dunia ini suci...yg haram itu perbuatan orang tua nya 😢 yg kuat naina serah kan semua kepada Allah 😍

2023-01-03

4

Fe

Fe

lanjut kak aku jdi ornasaran

2023-01-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60 Kedatangan Seseorang
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Meluluhkan Aminah
87 Bab 87
88 Bab 88 Kemarahan Alfin
89 Bab 89 Pengorbanan Naina I
90 Bab 90 Pengorbanan Naina II
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23 Rahasia Besar Alfin
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Pertemuan Tak Terduga
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60 Kedatangan Seseorang
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Meluluhkan Aminah
87
Bab 87
88
Bab 88 Kemarahan Alfin
89
Bab 89 Pengorbanan Naina I
90
Bab 90 Pengorbanan Naina II
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!