Hao Zhao telah berdiri di atas sebuah pohon tidak jauh dari perkemahan tempat para bandit beristirahat, di mana Hao Zhao melakukan itu untuk mempermudahnya melihat secara jelas keseluruhan kemah yang tidak terlalu besar tersebut.
Hanya ada sekitar belasan tenda saja yang dibangun ala kadarnya, di mana amat dapat di pastikan kalau kemah tersebut tidak akan di tinggali terlalu lama.
“Dari jumlah tendanya amat jelas para bandit berjumlah puluhan, di mana jika tidak dihentikan sekarang para bandit ini mungkin akan mulai menyerang desa sekitar esok hari." Hao Zhao dengan tenaga dalamnya yang telah tersebar di sekitar perkemahan.
Hao Zhao sesaat setelah melakukan itu dengan segera mendapat informasi cukup penting untuk dirinya gunakan, yaitu terkait kekuatan masing-masing dari puluhan bandit tersebut yang kebanyakan ada di bawah rata-rata dari pendekar yang bergabung dengan sekte di mana hal ini merupakan sesuatu yang cukup normal.
“Kalau seperti ini maka tidak ada sama sekali hal yang harus aku khawatirkan." Hao Zhao merasa sudah cukup dengan perhitungannya, akhirnya bergerak demikian cepatnya untuk memasuki bagian dalam perkemahan tersebut.
Perkemahan itu sendiri sebenarnya memiliki banyak bandit yang berjaga di sekitarnya, walau tidak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaan Hao Zhao sebab perbedaan kekuatan yang cukup timpang di antara mereka.
Kecepatan Hao Zhao yang ada di atas rata-rata tentu tidak bisa di tangkap mata kebanyakan bandit tersebut, membuat Hao Zhao bisa dengan leluasa menyusup ke dalam kemah tanpa sedikitpun menerima gangguan.
“Bandit terkuat ada di dalam tenda ini, mari habisi dahulu dia sebelum mengurus yang lain." Hao Zhao sudah menarik pedangnya, memastikan kondisi sekitar sebelum secara hati-hati memasuki salah satu tenda paling besar yang ada di sana.
Seorang pria paruh baya dengan dua orang pria yang jauh lebih muda tengah berbicara saat Hao Zhao menyelinap memasuki tenda, di mana pembicaraan diantara mereka tengah begitu serius hingga seperti menghiraukan Hao Zhao yang telah ada di tenda yang sama dengan mereka.
“Keduanya? Bukankah itu dua bandit yang kabur beberapa hari lalu?" gumam Hao Zhao pelan, bertanya-tanya pergi kemana keduanya hingga bisa berhasil lari, siapa sangka malah bertemu dengan mereka di sana.
Hao Zhao yang mengetahui kedatangannya masih belum di sadari akhirnya memilih mendengarkan terlebih dahulu pembicaraan diantara ketiganya, berharap bisa mendapat informasi berharga yang kebetulan hal itu benar terjadi.
“Jadi maksudmu ketua Jang sudah dihabisi oleh seorang pemuda yang kalian temui?" Pria paruh baya, nampak tidak percaya bagaimana ekspresinya.
“Benar Ketua, sudah bisa kami pastikan sendiri kebenaran hal tersebut dari betapa kuat pemuda itu ketika berhadapan dengan kami." Salah satu dari kedua pria yang ada di hadapan pria paruh baya, menjelaskan demikian seriusnya berharap pria paruh baya mau percaya.
“Ketua Jang meski tidak sekuat diriku dia tetaplah lawan yang sulit untuk dihadapi, sekarang kau mengatakan padaku dirinya dihabisi oleh seorang pendekar muda? Yang benar saja!" Pria paruh baya meraih kapak yang sebelumnya tergantung di dinding sebelum menebaskan nya pada pria yang sebelumnya berbicara.
“Tidak, tolong ampuni aku Ketua." Satu pria yang tersisa, sudah bergetar begitu hebat tubuhnya melihat rekannya kini telah tidak bernyawa.
Pria paruh baya segera terkekeh pelan melihat reaksi pria tersebut, nampak begitu menikmati wajah takut pria itu setelah melihat apa yang baru saja terjadi.
“Jangan takut, sekarang katakan padaku. Apa yang dikatakan rekanmu tadi merupakan kebenaran?" Pria paruh baya sudah mengangkat alisnya menunggu jawaban satu pria tersisa.
“Aku ... tidak yakin Ketua, bisa jadi itu semua hanya omong kos—"
Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, sebuah ayunan kapak sudah melenggang bebas menebas lehernya, di mana jelas siapa pelakunya yang tidak lain merupakan si pria paruh baya.
“Sebelumnya kau mengatakan dengan yakin kalau itu merupakan kebenaran, sekarang kau berkata tidak yakin ... apa sebenarnya maksudmu."Pria paruh baya dengan senyum lebar di wajahnya, sama sekali tidak peduli apakah itu merupakan kebenaran atau tidak.
Di mana jika hal itu benar pun bukan sedih atau kecewa pria paruh baya tersebut, melainkan senang karena itu berarti salah satu saingannya telah mati terlepas dari siapa pemuda yang memiliki kemampuan menyingkirkannya.
“Pemuda itu, aku harap bisa bertemu dengannya untuk berterimakasih karena telah menyingkirkan Jang sialan itu." Pria paruh baya sebelum menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi besar yang ada di tendanya, menikmati semua yang baru saja terjadi seolah itu memunculkan kepuasan tersendiri untuknya.
“Kalau kau ingin berterimakasih, biar aku katakan kau tidak perlu melakukan itu." Hao Zhao yang sudah merasa cukup dengan itu semua, berjalan dengan langkah ringan menghampiri pria paruh baya tersebut.
Pria paruh baya segera mengerutkan dahi menyadari kehadiran Hao Zhao yang begitu tiba-tiba, mempertanyakan dari mana asal keberanian Hao Zhao hingga berani mengganggu waktu santainya itu.
“Hey Bocah, segera keluar dari sini kalau ingin nyawamu aku ampuni." Pria paruh baya mengibaskan tangannya beberapa kali tanda mengusir, nampak malas meladeni pria muda entah siapa itu.
“Mengampuni nyawaku? Jujur saja aku tidak butuh itu." Hao Zhao dengan gelengan pelan, tidak habis pikir mengapa pria paruh baya masih saja bertingkah seperti itu di depan gerbang kematian yang telah begitu siap terbuka untuknya.
“Kau tidak menginginkan itu? Hahaha, betapa congkak Bocah satu ini." Pria paruh baya tertawa begitu kencang, cukup tertarik dengan betapa berani Hao Zhao bertingkah.
Hao Zhao hanya menyeringai mendengar tawa pria paruh baya itu, tidak sama sekali peduli apakah dirinya dianggap serius atau tidak karena tujuannya ke sana bukan untuk berkenalan atau semacamnya.
“Bocah, aku tidak tau kau menggunakan trik apa hingga bisa sampai kemari. Tetapi biar aku beritahu satu hal padamu, kalau setiap dari puluhan bandit yang ada di sini bisa kapan saja datang sekali aku berteriak lantang." Pria paruh baya sedikit terkesan sebenarnya dengan cara menyusup Hao Zhao, walau hanya sampai di sana saja rasa terkesan itu.
“Kau ingin berteriak lantang? Silahkan saja, mari kita lihat siapa yang lebih cepat antara tebasan pedangku atau teriakanmu." Hao Zhao segera melangkah cepat untuk sampai di hadapan pria paruh baya, di mana sudah terayun pedangnya untuk menghilangkan nyawa pria paruh baya tersebut.
Ctankkk!!!
Suara benturan antara pedang dengan kapak terdengar, nyaring suaranya hingga mungkin para bandit di sekitar tenda dapat mendengar.
“Hahaha, ayunan pedangmu kuat juga. Biar aku tebak, apa kau merupakan seseorang yang menghabisi Ketua Jang?" Pria paruh baya masih dengan tawanya, di mana kali ini tawanya terdengar tidak lepas dan terkesan dipaksakan.
“Tidak perlu mencoba menyembunyikan kekhawatiranmu dengan tawa menyebalkan itu, kau seharusnya sudah cukup pintar untuk menyadari perbedaan kekuatan diantara kita." Hao Zhao kembali mengangkat tinggi pedangnya untuk sekali lagi diayunkan.
Pria paruh baya berbeda dengan sebelumnya kini memperlihatkan ekspresi demikian buruknya, sadar dirinya kalau sebelumnya berhasil menghalau serangan Hao Zhao tidak lain hanya karena keberuntungannya.
“Sial, mundur kau!" Pria paruh baya dengan panik tidak sama sekali mencoba menyambut ayunan pedang Hao Zhao, lebih memilih berusaha menghindar untuk mencoba lari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Haikal Akbar
Up up up
2023-02-02
1
Mann
semangat thor
2023-01-17
1