Hao Zhao baru ingin mengejar dua bandit yang berhasil kabur, sesaat kemudian mengurungkan terlebih dahulu hal tersebut setelah melihat wajah khawatir dari Gao juga warga desa.
Mereka sudah begitu baik pada Hao Zhao selama dirinya tinggal di sana, tentu Hao Zhao tidak ingin perpisahan mereka terjadi begitu saja tanpa ada setidaknya kata selamat tinggal.
“Nak Zhao? Ada apa?" tanya Gao, ketika Hao Zhao tiba-tiba menghampirinya.
Hao Zhao segera membungkuk di hadapan Gao juga warga desa seraya berkata, “Terimakasih atas kebaikan kalian, setiap pertemuan harus ada perpisahan di mana sekaranglah waktu yang tepat untuk kita berpisah."
Gao segera berubah memburuk ekspresinya, bagaimana tidak jika hal tersebut diucapkan oleh penyelamat cucunya juga desa yang ada di bawah kepemimpinannya.
Bisa dibayangkan jika tidak ada Zhao saat Rong ingin di tangkap oleh para bandit, juga tidak ada Hao Zhao saat desa itu di serang bandit. Satu hal yang pasti, tidak ada dari setiap warga desa maupun Gao yang ingin hal itu terjadi.
“Nak Zhao, tidakkah kau ingin tinggal di sini lebih lama lagi?"
“Benar Nak Zhao, kehadiranmu di sini benar-benar menyenangkan kami. Jangan berpikir takut merepotkan kami jika dirimu sebenarnya ingin menetap sekalipun."
Beberapa warga desa mencoba membujuk Hao Zhao untuk tetap tinggal. Bukan maksud mereka ingin memanfaatkan Hao Zhao yang seorang pendekar, hanya saja mereka begitu menyayangkan jika pemuda sebaik Hao Zhao harus mengambil jalan sulit sebagai seorang pendekar yang pasti selalu berurusan dengan hal berbahaya.
Salah satu hal yang mendukung pikiran itu muncul pada warga desa ialah fakta kalau Hao Zhao memiliki penyakit yang entah apa, membuat kedatangan pertamanya ke desa tersebut saja harus diawali dengan Hao Zhao yang kehilangan kesadaran.
“Nak Zhao, setidaknya menetaplah hingga penyakit yang dirimu derita pulih."
“Benar Nak Zhao, meski dirimu merupakan pendekar, tetapi tetap saja pendekar butuh yang namanya rehat bahkan walau hanya sebentar."
Beberapa warga desa, mengungkapkan hal itu murni karena kekhawatiran mereka. Awalnya tidak ingin melibatkan Hao Zhao terkait masalah bandit pun karena penyakit yang diderita Hao Zhao lah alasannya.
Hao Zhao mulai menyadari itu, Hao Zhao awalnya selalu bertanya-tanya bahkan membuat dugaan sendiri mengapa warga desa tidak terang-terangan meminta bantuannya.
Sekarang semuanya sudah terjawab, membuat Hao Zhao sedikit banyak merasa tersentuh apalagi jika teringat akan bagaimana hidup di zamannya dahulu.
Semua hanya dilakukan untuk kepentingan masing-masing bahkan memberi kebaikan pun karena memiliki maksud lain, kini segalanya telah jauh berbeda tentu cukup membuat Hao Zhao merasa lega.
“Aku hargai maksud baik kalian, tetapi penyakit yang aku derita bukanlah penyakit biasa. Di mana penyakit ini mengharuskan aku pergi ke berbagai tempat untuk mencari setiap obatnya." Hao Zhao ingin tersenyum sebenarnya tetapi wajahnya kaku, membuat ekspresi datar saja yang tampak saat mengatakan itu.
Gao juga warga desa sesaat setelah mendengar hal tersebut dengan berat hati akhirnya mencoba mulai mengerti, agak menyayangkan sebenarnya mereka mengetahui Hao Zhao akan pergi tetapi menahannya di sana lebih lama belum tentu baik untuk Hao Zhao sendiri.
“Baik kalau itu pilihanmu, Nak Zhao. Berhati-hatilah dan jangan pernah ragu mengunjungi desa ini lagi di masa depan jika dirimu memiliki kesempatan." Gao menepuk pundak Hao Zhao pelan.
“Aku akan melakukan itu. Oh iya, para Paman tidak perlu khawatir terkait masalah bandit karena aku akan mengurus mereka hingga ke akarnya setelah ini." Hao Zhao mulai kembali menarik pedang yang tersarung di pinggangnya.
“Jangan terlalu memaksakan diri Nak Zhao, lakukan saja sebisamu. Lagipula kami tidak selemah itu hingga harus takut pada para bandit sialan macam mereka."
“Benar Nak Zhao, utamakan saja keselamatanmu sendiri."
Beberapa warga desa saling menyahut, tidak ingin Hao Zhao kenapa-kenapa hanya karena mengurus masalah yang jelas milik mereka.
Hao Zhao sendiri hanya mengangguk pelan, sesaat setelahnya ingin segera melangkah pergi dari sana sebelum suara familiar terdengar.
“Kak Zhao." Rong sudah berlari dengan kaki kecilnya untuk menghampiri Hao Zhao.
“Rong, kenapa kau keluar? Sudah kakek katakan untuk tetap di rumah hingga semua ini selesai," ucap Gao jelas panik melihat cucunya ada di luar rumah ketika anak sepantarannya masih bersembunyi.
Rong sama sekali tidak menghiraukan ucapan kakeknya tetap melangkah sebelum memeluk kaki Hao Zhao dengan tangan mungilnya.
“Oh, kakak lupa berpamitan padamu," ucap Hao Zhao, entah sudah dari kapan mulai menempatkan diri sebagai kakak dari Rong kecil yang mengingatkan Hao Zhao teramat sangat pada seseorang.
“Apa Kak Zhao ingin pergi?" Rong mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Hao Zhao yang jauh lebih tinggi darinya.
“Ada hal yang harus kakak lakukan, jadi jangan menangis atau kakak akan merasa bersalah." Hao Zhao menyeka lembut pipi Rong yang mulai di basuh air mata.
“Hiks, apa Kak Zhao ingin mengajar habis para penjahat itu?"
“Benar."
“Apa Kak Zhao akan kembali kemari setelah melakukan itu?" tanya Rong dengan wajah penuh harap.
Hao Zhao bingung menangapi pertanyaan Rong bagaimana hingga pada akhirnya hanya bisa menggeleng pelan.
Rong yang menerima gelengan kepala pelan sebagai jawabannya dengan segera menangis kencang, membuat Gao merasa tidak enak pada Hao Zhao takut apa yang cucunya lakukan mengganggu Hao Zhao.
“Tidak apa ..." Hao Zhao memberi isyarat pada Gao yang ingin menjauhkan Rong darinya, setelahnya hanya Hao Zhao tepuk-tepuk pelan saja kepala Rong untuk menenangkannya.
Apa yang dilakukan Hao Zhao terbukti berhasil, di mana tangis gadis kecil itu perlahan mulai mereda sebelum sekali lagi mencoba mendongakkan kepalanya.
“Kak Zhao, apa jika aku menjadi pendekar sepertimu aku bisa bertemu lagi denganmu di masa depan?" tanya Rong cukup polos.
“Jika kau benar bisa melakukan itu, maka kemungkinan bertemunya akan menjadi lebih besar." Hao Zhao yang tidak ingin sekali lagi membuat Rong menangis.
“Benarkah? Kalau begitu aku akan menjadi pendekar saja seperti Kak Zhao." Rong nampak membulatkan tekadnya.
“Bagus untukmu, tetapi kau harus giat berlatih. Bisa aku lihat tanganmu sebentar?" Hao Zhao setelahnya memeriksa bakat bawaan Rong, di mana cukup terkejut Hao Zhao setelahnya walau tidak nampak di wajahnya.
"Kau berbakat, gunakan ini untukmu berlatih. Bahasanya mudah di pahami, jadi seharusnya tidak akan terlalu sulit untukmu mempelajarinya." Hao Zhao mengeluarkan satu buah buku termudah menurutnya yang mungkin bisa di pahami oleh anak seumuran Rong.
“Apa ini, Kak Zhao?" Rong memandang antusias buku yang sudah ada di tangannya.
“Itu buku Bela Diri, sebuah dasaran yang harus calon pendekar pelajari."
“Buku? Tetapi aku tidak bisa membaca." Rong dengan wajah polosnya.
Hao Zhao mendengar itu hampir tersedak, jujur saja dirinya terlalu menganggap orang lain memiliki kejeniusan yang sama sepertinya di mana membaca dengan lancar di umur tiga tahun merupakan hal mudah untuknya.
“Berapa umurmu?"
“Enam Tahun."
“Kalau begitu cobalah belajar membaca terlebih dahulu, setelahnya kau bisa menggunakan buku ini sebagai pemandu untukmu." Hao Zhao menepuk beberapa kali kepala Rong.
Hao Zhao sempat menoleh pada Gao juga para warga desa yang kebanyakan segera mengangguk pelan, mempersilahkan Hao Zhao untuk pergi kapan saja sesuai keinginannya.
“Satu pesanku, jangan biarkan orang yang tidak kau percaya mengetahui tentang buku Bela Diri yang aku berikan." Hao Zhao sempat berbisik pada Rong, sebelum sesaat setelahnya seolah menghilang pergi entah kemana.
Rong hanya memandang kosong kejauhan dengan buku Bela Diri di tangannya, gadis kecil itu nampak memiliki pikirannya sendiri yang jelas amat sangat terkait dengan kesedihan, “Kak Zhao, aku akan berusaha sekuat mungkin agar bisa bertemu denganmu lagi."
Rong, gadis kecil yang bertemu dengan Hao Zhao secara tidak sengaja mulai memiliki tekad kuat untuk bisa menjadi pendekar. Hal itu Rong lakukan hanya untuk satu hal, yaitu kembali bisa memiliki kesempatan bertemu dengan orang yang telah dianggap olehnya sebagai kakak sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Putra_Andalas
Pendekar gk jelas...tau² hebat & sakti aje..berasal darimana , dpet ilmu dari mana , Guru nya Siapa , Keluarganya siapa...GAK JELAS 😵
2024-09-20
0
Haikal Akbar
Next
2023-02-02
1