Bandit berkepala plontos, sontak melangkah mundur ketika menyadari Hao Zhao sudah mulai melangkah untuk menghampirinya.
“Tuan, tolong jangan mempermasalahkan semua ini lebih jauh. Aku akui kebodohanku karena sudah berani menyinggung sosok luar biasa sepertimu." Bandit berkepala plontos terus menerus mengucapkan penyesalannya, berharap Hao Zhao mau mengerti dan melepasnya.
Apes untuk bandit itu, mengingat Hao Zhao bukanlah orang yang rela melepas musuhnya terlebih setelah semua yang baru saja terjadi.
Dihina, dicerca dan direndahkan. Hao Zhao punya masalah cukup serius jika ada orang yang berani melakukan salah stau dari ketiga hal itu padanya, karena mengingatkan Hao Zhao pada hal buruk yang pernah dialaminya. Sehingga keinginan untuk menghabisi orang yang berani melakukan itu amat sangat besar Hao Zhao rasakan.
Hao Zhao sendiri memang sama sekali tidak memiliki niat melepaskan para bandit itu, terlebih satu bandit yang tersisa merupakan pemimpinnya jika dilihat dari bagaimana ketiga bandit sebelumnya bersikap pada bandit berkepala plontos tersebut.
“Kau, berhenti melangkah mundur atau aku buat kematianmu menjadi jauh lebih menyakitkan dari yang seharusnya." Hao Zhao dengan sorot mata tajam ketika mengatakan hal itu.
Bagaimana cara Hao Zhao menatap sendiri dengan segera jelas membuat bandit berkepala plontos gentar, hingga bahkan jatuh berlutut sebab kakinya yang entah mengapa tiba-tiba terasa lemas.
“Tuan, mohon ampuni kebodohanku." Bandit berkepala plontos dengan ekspresinya yang sudah begitu menyedihkan, berharap Hao Zhao memiliki belas kasihan setelah melihatnya seperti itu.
“Mengampuni kebodohanmu itu hal mudah untukku, tetapi untuk sekarang coba saja dahulu jawab pertanyaanku." Hao Zhao saat sudah ada tepat di hadapan bandit berkepala plontos yang tengah berlutut.
“Cepat katakan apa saja yang ingin Tuan ketahui, aku akan menjawabnya sebisaku." Bandit berkepala plontos dengan pasrah, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk melawan mengingat kemampuannya dengan ketiga bawahannya yang telah dihabisi Hao Zhao sama sekali tidak jauh berbeda.
“Katakan, apa benar dengan uang kau bisa membeli sumber daya?" Hao Zhao yang masih begitu dibingungkan terkait hal tersebut akhirnya memilih bertanya.
“Tentu benar Tuan, bagaimana bisa aku berani berbohong padamu." Bandit berkepala plontos mengangguk cepat membenarkan ucapan Hao Zhao.
“Kalau begitu bisa aku tau kelompok atau sekte mana yang bersedia memperjualbelikan sumber daya seperti itu?" tanya Hao Zhao.
Hao Zhao jelas tertarik untuk mengetahui pihak mana yang rela menjual sumber daya yang mereka miliki hanya untuk uang. Karena untuknya uang adalah hal mudah dan dirinya memiliki banyak bahkan hampir tidak terhitung jumlahnya, sementara sumber daya yang dirinya miliki semakin menipis membuat Hao Zhao berniat membeli sebanyak mungkin sumber daya yang dijual untuk menyembuhkan luka dalamnya juga memperkuat dirinya.
“Sumber daya itu diperjualbelikan di berbagai tempat Tuan, tergantung sumber daya sejenis apa yang Tuan cari. Jadi jika Tuan bertanya padaku di mana tempatnya, hampir di setiap kota ada saja yang menjual sumber daya." jawab bandit berkepala plontos.
Bandit berkepala plontos sempat merasa aneh sebenarnya, mempertanyakan bagaimana Hao Zhao bisa bertanya terkait sesuatu yang mungkin anak kecil saja sudah ketahui.
“Jangan mencoba berbohong padaku." Hao Zhao sudah menarik pedangnya keluar sebagai ancaman untuk bandit berkepala plontos.
Hao Zhao memang merasa semua yang dikatakan bandit berkepala plontos sama sekali tidak masuk akal.
Jika bandit itu mengatakan ada satu atau dua tempat yang dikhususkan untuk itu mungkin Hao Zhao akan percaya, tetapi kalau di banyak tempat ada orang atau kelompok yang memperjualbelikan sumber daya. Anak kecil mana yang coba bandit itu bohongi? Itulah yang ada di pikiran Hao Zhao.
“Tuan, tolong jangan mengarahkan pedangmu padaku. Apa yang aku katakan semuanya adalah kebenaran, jika tidak percaya aku bahkan bisa mengantarmu untuk datang ke salah satu tempatnya." Bandit berkepala plontos jelas panik melihat bilah pedang kini sudah ada begitu dekat dengan lehernya.
Hao Zhao sempat memperhatikan ekspresi bandit berkepala plontos sejenak, sebelum dengan tanpa beban menebaskan pedangnya ke leher bandit itu membuatnya jatuh terpenggal kehilangan nyawa.
“Biar aku pastikan sendiri kalau begitu." Hao Zhao sebelum kembali melangkah untuk pergi dari sana, dengan pedang yang kini sudah kembali rapih ada di sarungnya.
Hao Zhao sendiri bukan tidak percaya akan apa yang bandit berkepala plontos katakan, terlebih setelah melihat sendiri betapa serius ekspresi bandit tersebut ketika mengatakan semua itu. Sehingga rasa penasaran Hao Zhao terkait sumber daya menjadi semakin besar, membuat Hao Zhao ingin sekali segera melihat sendiri kebenaran hal tersebut.
“Tunggu ... seharusnya aku juga bertanya terkait keberadaan desa terdekat."
Hao Zhao yang baru ingat jika dirinya sedari tadi hanya memutar di sekitar sana saja, tanpa tau kemana sebenarnya dirinya melangkah akibat perubahan cukup signifikan area sekitar bukit tempatnya bermeditasi.
“Hanya dalam waktu tidak berapa lama semuanya sudah menjadi begitu berbeda, dari mulai kelangkaan sumber daya hingga bahkan tempat ini saja ikut berubah. Semua Ini benar-benar membingungkan," ucap Hao Zhao.
Hao Zhao yang mulai merasa lelah dengan perjalanannya, akhirnya memutuskan beristirahat di bawah sebuah pohon, “Terlalu mengganggu sekali luka dalam ini, seharusnya aku bisa berjalan berminggu-minggu lamanya dengan tubuhku yang sekarang. Tetapi karena luka ini, berjalan tidak berapa lama saja sudah terasa begitu parah lelahnya."
Hao Zhao setelahnya lebih banyak asik dengan pikirannya sendiri, sebelum mendengar suara langkah kaki dari kejauhan.
Awalnya hanya ada satu orang yang Hao Zhao rasakan tengah mendekat ke arahnya, sebelum merasakan keberadaan dua orang lain yang sepertinya tengah mengejar orang pertama yang Hao Zhao sadari keberadaannya.
Hao Zhao segera melompat ke atas pohon untuk memperhatikan lebih jauh akan apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Tidak terlalu suka ikut campur akan apa yang bukan menjadi urusannya memang Hao Zhao, sehingga memilih untuk menjadi pengamat terlebih dahulu di sesuatu yang sepertinya akan merepotkan untuknya itu.
Seorang gadis kecil mendekat tidak lama setelah Hao Zhao mendarat di dahan pohon, di mana gadis kecil itu nampak panik bahkan menangis di tengah setiap langkah kecilnya yang harus terus tetap berlari.
"Tolong!!!"
Suara pekikan permintaan tolong terdengar, di mana itu berasal dari gadis kecil tersebut yang nampak sudah begitu panik setelah menyadari kalau beberapa orang yang mengejarnya kini sudah semakin dekat dengannya.
“Haha, teruslah berlari Gadis kecil. Kau akan tamat jika berani berhenti!"
"Oh, larinya cepat. Sulit sekali sepertinya untuk menangkapnya, hahaha."
Sekitar dua orang pria dengan wajah seram tidak bersahabat tengah berjalan tidak terlalu cepat mengikuti gadis kecil yang mencoba berlari sekuat tenaga, seperti sengaja memberi harapan pada si gadis kecil untuk bisa kabur walau faktanya sama sekali tidak. Di mana jika kedua pria itu ingin, bisa mereka tangkap sebenarnya gadis kecil itu kapan saja.
“Kapak itu? Apa mereka dari kelompok yang sama dengan keempat bandit yang sudah aku habisi sebelumnya?" gumam Hao Zhao yang memperhatikan dalam diam dari atas pohon tidak jauh dari sana, di mana Hao Zhao menyadari jika dua pria yang mengejar si gadis kecil juga membawa kapak yang sama dengan yang di bawa empat bandit sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Haikal Akbar
Next
2023-02-01
2
Aira Lim
nyicil dulu yah kak.. soalnya aku kan baca seluruh bukan asal scoll🤭 semangat terus
2023-01-20
3