Perlahan Queen mulai tertidur akibat pengaruh dari obat yang diberikan oleh Dr.Lisna. Suster pun membawa Queen ke ruangan rawat inap, Daddy Darwis terus saja menggenggam tangan Queen.
"Maafkan Daddy, Queen," gumam Daddy Darwis.
Bruakkk...
Nenek Arini membuka pintu ruangan rawat Queen dengan sangat kencang membuat Daddy Darwis terlonjak kaget.
"Mama."
Nenek Arini menghampiri Daddy Darwis dengan emosi yang memuncak.
Plaaaaaakkk....
Nenek Arini menampar Daddy Darwis, napas Nenek Arini tampak tersengal-sengal.
"Dasar anak tidak tahu diri, kamu apa kan lagi cucuku?" bentak Nenek Arini.
Daddy Darwis tampak menundukkan kepalanya, dia tidak bisa lagi berkata-kata begitu pun dengan Mommy Vivian yang langsung menghampiri Queen yang saat ini masih tertidur akibat obat yang diberikan oleh Dr.Lisna.
"Kamu memang tidak pantas di sebut sebagai seorang Ayah, sekarang juga Mama minta kalian pergi dari sini dan jangan pernah datang menemui Queen lagi!" bentak Nenek Arini.
"Ma, Vivian mohon, Vivian masih ingin di sini menemani Queen," seru Mommy Vivian dengan deraian airmata.
"Sudah cukup kalian menyiksa batin Queen, Mama sudah tidak bisa memaafkan perlakuan kamu terhadap Queen lagi, jadi pergi kalian dari sini."
"Ma, Darwis memang salah tapi Darwis melakukan semua itu karena Queen sendiri yang sudah membuat emosi Darwis kembali terpancing," sahut Daddy Darwis.
"Memangnya apa lagi yang sudah Queen lakukan? kamu memang tidak pernah menganggap Queen sebagai anakmu!" bentak Nenek Arini.
Daddy Darwis mengeluarkan ponselnya dan menunjukan foto Queen yang sedang berpelukan dengan Alfa.
"Queen sudah melakukan hal yang memalukan, Alfa sekarang sudah menjadi suami Putri, dan Queen tidak pantas melakukan hal seperti itu," sahut Daddy Darwis.
"Apa kamu sudah bertanya kepada Queen, apa alasan dia melakukan itu?" geram Nenek Arini.
Daddy Darwis menggelengkan kepalanya dan itu membuat Nenek Arini semakin geram, Nenek Arini kemudian menghampiri Queen dan menyingkap selimut Queen.
"Astagfirullah Darwis, kamu memukul Queen lagi?" bentak Nenek Arini.
Mommy Vivian hanya bisa menutup mulutnya, dia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Nenek Arini menghampiri Daddy Darwis dan memukul tubuhnya bertubi-tubi.
"Sungguh kejam kamu Darwis, hati Mama sakit kalau kamu terus-terus menyiksa Queen. Lebih baik sekarang kamu bunuh saja Mama, Darwis!" teriak Nenek Arini histeris.
Daddy Darwis hanya diam saja, dia membiarkan Mamanya itu memukulinya.
"Sekarang juga, kamu pergi dari sini Mama gak mau lagi melihat kamu Darwis."
"Ma, maafkan Darwis. Darwis tahu kalau Darwis itu salah dan gampang emosi, tapi Queen tetaplah anak Darwis jadi Darwis akan pergi tapi setelah Queen sadar," seru Daddy Darwis.
"Kamu akan menyesal Darwis, Mama yakin kalau di kemudian hari Queenlah yang akan kamu butuhkan dan suatu saat, kamu akan berterima kasih kepada anak yang sudah kamu sia-siakan itu!" bentak Nenek Arini.
Nenek Arini memegang kepalanya, membuat Daddy Darwis dan Mommy Vivian panik.
"Ma, Mama kenapa?"
Nenek Arini terkulai lemas dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
"Mommy, cepat panggil Dokter!" teriak Daddy Darwis panik.
"Iya Dad."
Mommy Vivian langsung berlari keluar untuk memanggil Dokter, sedangkan Daddy Darwis tampak memeluk Mamanya itu.
"Ma, bangun Ma, maafkan Darwis."
Tidak lama kemudian, Dokter pun datang dan segera membawa Nenek Arini ke ruangan pemeriksaan.
Daddy Darwis tampak menundukkan kepalanya, begitu pun dengan Mommy Vivian yang hanya bisa diam saja dengan tatapan kosong.
Tidak lama kemudian, Dr.Lisna pun keluar...
"Dok, bagaimana keadaan Mama saya?" tanya Daddy Darwis khawatir.
"Dr.Arini mengalami stres dan tekanan darahnya pun tinggi, saya harap Dr.Arini jangan sampai stres lagi karena bisa membahayakan nyawanya, apalagi usia beliau sudah usia lanjut jadi semuanya harus dijaga."
"Baik Dokter, terima kasih."
"Oh iya satu lagi, saat ini Dr.Arini sedang istirahat jadi sebaiknya jangan diganggu dulu, biarkan beliau istirahat."
"Baik Dokter."
Dr.Lisna pun pamit pergi, Daddy Darwis dan Mommy Vivian memutuskan untuk masuk ke ruangan Queen. Kebetulan ruangan rawat Queen dan Nenek Arini bersebelahan.
"Nek, Nenek," lirih Queen.
Mommy Vivian dan Daddy Darwis yang baru saja masuk, langsung menghampiri Queen.
"Ini Mommy sayang, sekarang apa yang sakit? katakan sama Mommy," seru Mommy Vivian dengan senyumannya.
Queen menatap tajam ke arah Mommynya, kemudian bergantian menatap Daddynya.
"Nek, Nenek!"
Queen terus saja memanggil Neneknya tanpa memperdulikan kedua orangtuanya, bahkan Queen hendak turun dari ranjang pasiennya tapi Daddy Darwis dengan sigap menahannya.
"Kamu mau ke mana, Queen?"
Queen lagi-lagi menatap tajam ke arah Daddynya, dan menepis tangan Daddynya itu.
"Jangan sok perhatian," seru Queen dengan dinginnya.
Queen pun melanjutkan langkahnya dengan menggeret selang infusnya.
"Queen sayang, Nenek Arini juga sedang dirawat dan ruangannya ada di sebelah ruangan ini," seru Mommy Vivian.
Queen menghentikan langkahnya, lalu membalikan tubuhnya dan menatap ke arah Mommynya itu.
"Kenapa Nenek sampai dirawat? apa yang sudah terjadi kepada Nenek?" tanya Queen.
Daddy Darwis dan Mommy Vivian hanya diam saja, mereka bingung harus menjawab apa. Apalagi Daddy Darwis hanya bisa menundukkan kepalanya.
"JAWAB! apa yang sudah terjadi sama Nenek?" teriak Queen.
"Sayang, tenang dulu kamu itu masih sakit," seru Mommy Vivian.
Queen menatap kedua orangtuanya dengan penuh kebencian, mata Queen sudah mulai berkaca-kaca.
"Belum cukupkah kalian menyiksa batin dan fisik Queen? dan sekarang, apalagi yang mau kalian lakukan kepada Queen? Queen sudah pergi dari rumah kalian, jadi tolong biarkan Queen hidup bahagia karena Queen juga ingin merasakan kebahagiaan seperti orang lain. Kalian urus saja Putri, dan jangan memikirkan Queen lagi anggap saja Queen sudah mati," seru Queen dengan deraian airmata.
"Tidak Nak, kami juga menyayangi kamu," sahut Mommy Vivian dengan deraian airmata juga.
"Hanya butuh waktu Queen, saat ini usia adikmu tidak akan lama lagi, jadi Daddy hanya ingin membuat kenangan indah untuk Putri," sambung Daddy Darwis.
"Membuat kenangan indah untuk Putri dengan cara menyiksa Queen, begitu?" bentak Queen.
Mommy Vivian menggelengkan kepalanya dengan deraian airmata. "Tidak sayang, maafkan kami, selama ini kami memang kurang memperhatikanmu tapi percayalah kalau di hati kami, kami sangat menyayangimu," sahut Mommy Vivian.
"Bohong, selama ini kalian tidak pernah menganggap Queen ada. Buktinya, selama 7 tahun Queen hidup di Italia apa kalian pernah menjenguk Queen ke sana? apa kalian pernah menanyakan kabar Queen bagaimana? kalian hanya sibuk mengurus Putri, bahkan sepertinya kalau Queen mati pun kalian tidak akan memperdulikannya," sahut Queen dengan deraian airmata.
"Queen-----"
"Daddy tidak punya perasaan, membiarkan Queen hidup sengsara di negara orang. Bahkan Queen harus banting tulang bekerja ini itu hanya untuk sesuap nasi, Daddy marah karena Alfa memeluk Queen. Asalkan Daddy tahu, Alfa sendiri yang datang ke sini, Queen tidak pernah memintanya dan satu lagi Queen tidak akan pernah merebut sesuatu dari orang, karena Queen bukan Putri yang bisanya merebut kebahagiaan Queen. Jadi, Queen minta sekarang kalian pergi dari sini dan jangan pernah menemui Queen lagi!" teriak Queen dengan deraian airmata.
Queen kembali memegang kepalanya yang terasa sakit, pandangan Queen mulai buram dan hingga tidak lama kemudian, Queen pun kembali jatuh tak sadarkan diri membuat kedua orangtuanya panik.
"Queen....."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Muhammad Hasyir Kamil
masa sih anak udah gede di siksa ngak mau pergi ,lari gitu,aneh bangt
2024-04-21
1
Janah Husna Ugy
menguras air mata👀👀👀
2024-04-23
1
Heryta Herman
dasar ortu tak ada akhlak...katanya pengusaha...tapi bodohnya amit amit..
membahahiakan satu anak dgn mengorbankan anak yg lain....hallloooo.. otakmu taruh dimana darwis...
2024-02-15
3