Perlahan Queen melangkahkan kakinya, dia bersikap seolah-olah dia sehat karena Queen tidak mau terlihat lemah di depan Daddynya.
Queen berjalan, melewati Daddynya tanpa memperdulikannya.
"Tunggu!"
Queen menghentikan langkahnya, Daddy Darwis menghampiri Queen dan memperlihatkan foto saat Alfa memeluk Queen di depan rumah sakit.
"Apa maksud dari semua ini?" tanya Daddy Darwis.
Queen melihat ponsel Daddynya tapi Queen tidak mau menjawab apa-apa karena bagi Queen percuma dijelaskan juga, pasti ujung-ujungnya Queen yang akan disalahkan.
"Ke sini kamu, Queen."
Daddy Darwis menarik tangan Queen untuk masuk ke dalam rumah. Daddy Darwis duduk di ruangan tamu, dan mengeluarkan besi kecil andalannya.
"Kamu selalu saja membuat Daddy marah, kamu tahu Alfa sekarang sudah menjadi suaminya Putri, kenapa kamu berani sekali diam-diam menyuruh Alfa untuk datang ke sini sampai bermesraan di depan umum seperti itu, apa kamu tidak memikirkan perasaan Putri!" bentak Daddy Darwis.
Plaaaakkk...
Daddy Darwis mulai memukulkan besi kecil itu ke betis Queen, Queen sama sekali tidak bicara dia hanya diam saja.
"Kamu tidak malu dengan perbuatan mu itu, Queen?"
Lagi-lagi Queen tidak menjawab ucapan Daddynya, Daddy Darwis kembali memukul betis Queen kali ini sedikit lebih keras membuat Queen menggigit bibir bawahnya saking sakitnya.
Mommy Vivian dan Nenek Arini masih di sawah, melihat kondisi sawah dan belum pulang jadi, mereka tidak tahu kalau saat ini Daddy Darwis sedang memukuli Queen.
Pak Darna dan ART hanya bisa bungkam tanpa bisa berbuat apa-apa, bahkan salah satu ART sampai menangis melihat Queen karena merasa kasihan.
Rifki pun hampir sampai di rumahnya, tapi Rifki melihat sopir dan ART di rumah Nenek Arini tampak ketakutan.
"Loh, mereka kenapa?" gumam Rifki.
"Ada apa Nak?" tanya Ayah Haris.
"Itu Yah, kok sopir Nenek Arini kaya yang ketakutan gitu bahkan ARTnya pun ada yang menangis, apa sudah terjadi sesuatu di rumah Nenek Arini?" sahut Rifki.
"Coba kamu tanya Nak, takutnya ada apa-apa," seru Ibu Nur.
Rifki pun menghentikan mobilnya di depan rumah Nenek Arini, Rifki segera turun dari dalam mobilnya dan menghampiri mereka.
"Maaf Pak Darna, ada apa? kok kalian terlihat seperti yang ketakutan?" tanya Rifki.
"Itu Mas Rifki, Non Queen-----"
"Kenapa dengan Bu Dokter?"
"Kamu masih tidak mau bicara, Queen!"
Rifki mendengar teriakan Daddy Darwis membuat dia merasa curiga.
"Siapa itu yang berteriak?" tanya Rifki kembali.
"Itu Tuan Darwis, Papanya Non Queen."
Rifki merasa ada yang tidak beres, Rifki pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah Nenek Arini, dia tidak peduli walaupun disebut tidak sopan.
Kebetulan pintu rumah Nenek Arini terbuka, betapa terkejutnya Rifki saat melihat apa yang sedang dialami oleh Queen.
"Astagfirullah."
Rifki langsung berlari masuk ke dalam rumah itu.
"Hentikan Pak!" teriak Rifki.
Daddy Darwis menghentikan pukulannya, Rifki melihat betis Queen sudah berdarah sedangkan Queen terlihat menangis tapi tanpa suara sedikit pun bahkan wajahnya sudah sangat pucat.
"Kamu siapa? berani-beraninya masuk ke rumah orang tanpa permisi!" sentak Daddy Darwis.
"Bapak tidak boleh melakukan itu, karena itu namanya KDRT dan Bapak bisa dihukum atas tindakan Bapak ini."
"Jangan coba-coba menggurui saya, lagipula Queen anak saya jadi kamu tidak berhak ikut campur atas apa yang sedang saya lakukan kepada anak saya."
"Bapak bisa lihat, saya memakai seragam apa? saya seorang Polisi Pak, jadi saya tahu. Lagipula sebagai abdi negara, saya tidak akan tinggal diam melihat siapa pun disiksa seperti ini karena perbuatan Bapak memang sudah melanggar hukum," seru Rifki tegas.
Queen mulai memegang kepalanya yang terasa semakin berdenyut, Daddy Darwis menghampiri Rifki dan mencengkram seragam Rifki tapi Rifki sama sekali tidak takut.
Bruggg...
Queen terjatuh tak sadarkan diri...
"Queen."
"Bu Dokter."
"Queen bangun Nak, kamu kenapa?" seru Daddy Darwis dengan menepuk-nepuk pipi Queen.
Rifki tidak banyak bicara, dia langsung mengangkat tubuh Queen dan membawanya keluar untuk dilarikan ke rumah sakit.
"Tunggu, kamu mau bawa Queen ke mana?"
"Pak, Bu Dokter pingsan kita harus segera bawa dia ke rumah sakit."
"Masukan Queen ke mobil saya, biar saya yang bawa Queen ke rumah sakit."
Rifki tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya Rifki menurut.
"Darna, cepat bawa mobilnya ke rumah sakit!" teriak Daddy Darwis panik.
"Baik Tuan."
Pak Darna pun segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit, sedangkan Rifki hanya bisa diam. Setelah mobil Daddy Darwis pergi, Rifki pun masuk ke dalam mobilnya.
"Ada apa Rifki?" tanya Ibu Nur.
"Nanti Rifki jelaskan di rumah, sekarang kita pulang dulu kasihan Ayah harus istirahat."
Di rumah sakit, Daddy Darwis langsung mengangkat tubuh Queen dan berteriak sehingga suster langsung menghampiri.
"Dokter Queen."
"Suster tolong periksa anak saya secepatnya."
"Baik Pak."
Suster pun langsung membawa Queen ke ruangan pemeriksaan, Daddy Darwis menunggu di kursi tunggu dengan perasaan yang sangat cemas.
"Maafkan Daddy, Queen," gumam Daddy Darwis.
Di saat Dokter mulai memeriksa Queen, Queen pun tampak sadar dan mulai membuka matanya.
"Dr.Queen, sebentar ya aku periksa dulu," seru Dr.Lisna.
Queen menganggukkan kepalanya lemah, Dr.Lisna pun mulai memeriksa keadaan Queen.
"Apa Dr.Queen mempunyai penyakit maag?"
Queen hanya menganggukkan kepalanya.
"Dr.Queen sudah tahu punya penyakit maag, kenapa Dokter tidak bisa menjaganya. Dokter pasti sudah tahu kalau orang yang mempunyai penyakit maag, gak boleh telat makan."
"Iya, aku tahu."
"Terus kenapa Dr.Queen mengabaikannya? Dokter seharusnya tahu, kalau penyakit maag dibiarin nanti lama-kelamaan akan menjadi maag kronis dan itu sangat bahaya."
Queen hanya diam saja, memang selama ini Queen kurang memperhatikan asupan yang masuk ke dalam tubuhnya. Apalagi saat tinggal di Itali, kadang-kadang Queen melupakan makan saking sibuknya bekerja.
"Dr.Queen harus dirawat dulu ya di sini untuk beberapa hari ke depan."
Queen sudah tidak bisa bicara lagi, kondisinya sangat lemah dan kepalanya pun terasa masih sangat pusing. Dr.Lisna melihat ke arah betis Queen yang darahnya sedikit mengering.
"Ya Allah, betismu kenapa, Dr.Queen?"
Queen benar-benar setengah sadar, akhirnya Dr.Lisna menyuruh Queen untuk tengkurep dan dia pun membersihkan dan mengobati luka di betis Queen.
"Ini seperti luka bekas pukulan," batin Dr.Lisna.
Sementara itu, Nenek Arini sangat emosi mendengar cerita ARTnya begitu pun dengan Mommy Vivian yang terkejut dan sangat panik. Keduanya langsung pergi ke rumah sakit menyusul Queen.
"Awas kamu Darwis, kalau sampai terjadi sesuatu kepada Queen, aku tidak akan pernah memaafkanmu," geram Nenek Arini.
Mommy Vivian yang melihat Mama mertuanya murka, hanya bisa menundukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Samsuna
aku rasanya mau cekik si Darwis 😠
2024-03-14
3
Heryta Herman
tunggu balasanmu darwis gila..kau akan lbh menderita daripada queen nti....
2024-02-15
3
Nabil abshor
percumaaaaaaaaaaa percumaaaaaa ,,,,,,.maaf apa.yamg sedang kamu nyanyikan bapak darwin terhormaat,,,,.percuma,,,,,,, emosi saia,,,,
2023-03-18
2