Alfa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat Queen merasa ketakutan.
"Alfa, hentikan! kamu apa-apaan sih?" teriak Queen.
Alfa tidak mendengarkan teriakan Queen, dia terus saja melajukan mobilnya sampai Alfa pun membelokan mobilnya ke sebuah perkebunan teh.
Napas Queen sampai terengah-engah saking kagetnya dengan cara Alfa melajukan mobilnya. Queen langsung turun dari dalam mobil Alfa dan Alfa pun ikut turun juga. Sementara itu, Rifki pun baru saja sampai dan memperhatikan interaksi antara Queen dan Alfa.
"Queen, aku harus bagaimana? aku dipaksa harus menikah dengan Putri dan alhasil sekarang aku sudah sah menjadi suami Putri," seru Alfa.
"Kamu jalani saja hidup kamu dan Putri, karena sampai kapan pun kamu dan aku tidak akan pernah bisa bersatu," sahut Queen dingin.
Alfa membalikan tubuh Queen supaya Queen bisa menatap Alfa.
"Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi, Queen?"
"Ini bukan masalah cinta atau tidak, tapi sekarang lihatlah, kamu sudah menikah dengan Putri. Terus, apa yang harus aku lakukan? aku harus jadi pelakor gitu?" seru Queen.
"Queen, kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cintai, aku tidak mencintai Putri jadi bagaimana aku bisa hidup dengannya sementara aku sama sekali tidak mencintainya."
Queen menghempaskan tangan Alfa supaya Alfa melepaskannya.
"Cukup sudah kalian menyiksaku, aku sudah tidak mau lagi terlibat dalam masalah kalian. Biarkan aku hidup tenang dan bahagia, jangan ganggu aku lagi!" bentak Queen dengan deraian airmata.
"Mana bisa aku membiarkan kamu hidup sendirian, sedangkan yang mengerti kamu cuma aku."
Alfa mengulurkan tangannya hendak menghapus airmata Queen, tapi lagi-lagi Queen menepis tangan Alfa.
"Kamu tahu Alfa, kalau sampai Putri tahu kamu datang ke sini menemui ku, bisa-bisa dia ngadu sama Daddy dan Daddy akan menyiksaku lagi, apa itu yang kamu mau?" bentak Queen.
"Tidak Queen, justru aku merasa sakit melihat kamu disiksa seperti itu. Bagaimana kalau sekarang kita kabur saja? dan kita menikah lalu hidup bahagia," seru Alfa dengan menggenggam tangan Queen.
Queen menggelengkan kepalanya. "Kamu sudah gila Alfa."
Queen berusaha melepaskan tangan Alfa tapi Alfa tidak mau melepaskannya.
"Lepaskan Alfa."
"Tidak, kali ini aku tidak akan melepaskan mu. Aku sangat mencintaimu Queen, aku tidak bisa kalau harus hidup bersama Putri," seru Alfa dengan mata yang memerah.
"Alfa, aku mohon jangan seperti ini."
"Ayo Queen, ikut pergi bersamaku, kita akan hidup bahagia."
Alfa menarik tangan Queen dan memaksa Queen untuk masuk ke dalam mobilnya tapi Queen tidak mau.
"Tidak Alfa, lepaskan."
Rifki yang awalnya tidak mau ikut campur urusan Queen hendak pergi dari sana, tapi melihat Queen dipaksa seperti itu membuat Rifki tidak bisa tinggal diam, Rifki pun menghampiri Queen dan Alfa.
"Jangan bersikap kasar kepada seorang wanita," seru Rifki.
Queen sampai terkejut dengan kedatangan Rifki.
"Kamu siapa? jangan ikut campur urusanku!" sentak Alfa.
"Lepaskan Alfa, sakit," keluh Queen.
Rifki melihat pergelangan tangan Queen sudah memerah, dia pun melepaskan paksa genggaman Alfa.
"Kalau dia tidak mau, jangan dipaksa," seru Rifki.
"Kurang ajar."
Alfa hendak memukul Rifki tapi Queen dengan cepat menghalanginya.
"Kamu tidak berhak memukul dia."
Queen mengambil tasnya dan dengan cepat menarik tangan Rifki membuat Rifki terkejut begitu pun dengan Alfa yang jauh lebih terkejut.
"Antarkan aku ke rumah sakit," seru Queen dingin.
Rifki pun segera memakai helmnya dan naik ke atas motor, begitu pun dengan Queen yang langsung duduk di jok belakang membuat dada Alfa bergemuruh. Rifki mulai melajukan motornya meninggalkan Alfa.
Selama dalam perjalanan, tidak ada yang bicara sama sekali. Rifki melihat dari kaca spionnya, Queen beberapa kali mengusap airmatanya.
Sementara itu, tidak ada yang tahu kalau dari tadi ada seseorang mengikuti mereka dan mengambil gambar mereka.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Queen pun sampai di rumah sakit.
"Terima kasih."
"Sama-sama, Bu Dokter."
Queen berjalan dengan langkah gontai menuju ruangannya, dan Rifki hanya bisa memperhatikan Queen.
Rifki melihat jam yang melingkar di tangannya. "Astagfirullah, aku sudah telat."
Rifki segera melajukan motornya meninggalkan rumah sakit.
Putri mengepalkan tangannya saat menerima foto dari orang suruhannya.
"Kurang ajar, ternyata kamu menemui Kak Queen. Lihat saja, aku akan buat Kak Queen menderita lagi," geram Putri.
Putri segera mengirimkan foto-foto Queen bersama Alfa kepada Daddy, bahkan Putri pura-pura menangis tersedu-sedu supaya Daddynya percaya dengan sandiwaranya.
Daddy Darwis yang masih berada di rumah Nenek Arini, langsung membuka ponselnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat foto-foto Alfa dengan Queen.
"Queen, kenapa kamu selalu membuat Daddy marah? Sebenarnya apa yang kamu mau?" geram Daddy Darwis.
Mommy Vivian ikut bersama Nenek Arini ke sawah, walaupun Nenek Arini tidak mengizinkannya tapi Mommy Vivian memaksa dan Nenek Arini tidak bisa melarangnya lagi.
***
Waktu menunjukan pukul 15.00, Queen tampak memijit kepalanya, entah kenapa akhir-akhir ini kepala Queen sering sakit.
"Ya Allah, kenapa kepalaku pusing banget," gumam Queen.
Queen ingat, kalau tadi pagi tidak sarapan dan siang harinya, Queen hanya makan sedikit karena selera makan Queen menghilang.
"Sepertinya aku harus pulang."
Queen pun mengambil tasnya dan keluar dari ruangannya, tidak lupa dia pun mampir ke ruangan rawat Pak Haris untuk memberitahukan kalau sore ini dia sudah bisa pulang.
Queen pun meminta sopir untuk menjemputnya dan Queen menunggu di lobi dengan duduk di kursi yang ada di sana.
Tidak lama kemudian Rifki datang dengan menggunakan mobil polisi yang dia pinjam dari kantor, soalnya dia akan membawa Ibu dan Ayahnya.
"Bu Dokter sepertinya sedang sakit," batin Rifki.
Rifki pun menghampiri Queen dan terlihat Queen memejamkan matanya dengan kening yang mulai berkeringat.
"Bu Dokter, maaf apa Bu Dokter sedang sakit?" tanya Rifki.
Queen langsung membuka matanya dan melihat Rifki sudah ada di hadapannya. Queen pun mencoba berdiri tapi tiba-tiba tubuhnya oleng membuat Rifki dengan sigap menangkap tubuh Queen.
"Badan Bu Dokter panas."
Queen langsung berdiri membenarkan posisinya, terlihat mobil jemputan sudah sampai. Queen pun melangkah dengan langkah gontai, dan masuk ke dalam mobilnya tanpa bicara apa pun kepada Rifki.
Rifki merasa bingung, Rifki pun segera ke ruangan rawat Ayahnya untuk menjemputnya dan pulang ke rumah.
"Kenapa kepalaku semakin pusing, padahal tadi aku sudah minum obat," batin Queen.
Beberapa saat kemudian, Queen pun sampai di rumah Nenek. Queen keluar dari mobilnya dan terlihat Daddy Darwis sudah berdiri menunggu kedatangan Queen dengan wajah emosi di teras rumah.
Queen sangat tahu kalau Daddynya itu sedang marah.
"Sekarang apa lagi?" batin Queen.
*
*
*
Yuk siapa lagi yang mau pesan bukunya tinggal hubungi aku saja ya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rahma Inayah
dasar putri ratu drama
2024-04-18
1
Widya Asyanti
ya ampun putri,jahat benar
2024-01-19
2
chaaa
udah mau mati aja masih jahat lo
2023-07-03
1