Queen dengan cepat menghentikan taksi, Queen memutuskan untuk pulang. Selama dalam perjalanan, Queen tak henti-hentinya meneteskan airmatanya hingga Queen pun sampai di rumah.
"Nek, Nenek!" panggil Queen.
Nenek Arini pun keluar dari kamarnya, dia tahu kalau Putri masuk rumah sakit tapi dia memilih untuk diam di rumah.
"Ya Allah Queen, kamu kenapa sayang?" tanya Nenek Arini cemas.
"Nek, Queen lebih baik tinggal bersama Nenek di kampung, Queen sudah tidak mau tinggal lagi di sini," sahut Queen dengan deraian airmata.
Nenek Arini pun memeluk cucu kesayangannya itu. "Apa kamu yakin sayang, mau tinggal bersama Nenek di kampung?"
"Iya Nek, bukanya Nenek punya rumah sakit di kampung, biar Queen bekerja di rumah sakit Nenek."
"Baiklah kalau begitu, kapan kita pergi dari sini?"
"Sekarang juga Nek."
"Ya sudah, apa kamu mau membawa barang-barang kamu?"
"Kebetulan koper Queen belum di bongkar, Queen bawa koper itu saja."
Queen dan Nenek Arini pun akhirnya pergi dari rumah itu tanpa sepengetahuan semuanya.
Sementara itu, di rumah sakit Alfa baru tersadar.
"Queen, Queen, kamu di mana?" seru Alfa.
"Queen barusan pergi Nak," sahut Mama Vina.
Alfa panik, dia pun segera berlari keluar untuk mencari Queen. Setelah cukup lama berkeliling mencari Queen, Alfa tidak bisa menemukannya.
"Queen ke mana, apa dia pulang ya?" gumam Alfa.
Alfa pun segera masuk ke dalam mobilnya, menuju rumah Queen. Beberapa saat kemudian, Alfa sampai dan Alfa langsung masuk ke dalam rumah Queen.
"Pak, apa Queen ada di dalam?" tanya Alfa.
"Nona Queen baru saja pergi bersama Nyonya besar," sahut sekuriti.
"Ke mana?"
"Saya kurang tahu Mas."
Alfa benar-benar merasa sangat bersalah, bisa-bisanya tadi dia melupakan Queen sampai-sampai dia tidak sadar kalau Queen sudah pergi.
"Sial, bodoh-bodoh kenapa aku sampai bodoh seperti ini sih," geram Alfa.
Alfa hanya bisa menjambak rambutnya sendiri, kalau Nenek Arini yang membawa Queen, sudah bisa dipastikan Queen pergi ke kampung dan Alfa tidak tahu di mana.
***
Pukul 22.00 malam, mobil Nenek Arini pun sampai di rumahnya. Queen tampak tertidur pulas, mungkin karena kelelahan dan capek menangis juga.
"Darna, tolong kamu bawakan koper Queen."
"Baik juragan."
Darna adalah sopir Nenek Arini, rumah Nenek Arini lumayan besar hanya ditempati oleh Nenek Arini, sopir, 2 ART, beberapa pengawal dan juga sekuriti.
Namanya di kampung, Nenek Arini sangat disegani oleh semua warga di sana. Namun semua warga sangat menyayangi Nenek Arini, walaupun ia orang terpandang tapi ia tidak sombong bahkan Nenek Arini mendirikan rumah sakit khusus untuk orang-orang yang tidak mampu.
"Queen, bangun sayang, kita sudah sampai," seru Nenek Arini dengan mengusap pipi Queen.
Queen mulai menggerakkan tubuhnya dan mengucek matanya.
"Sudah sampai ya, Nek?"
"Sudah, ayo kita masuk dan dilanjut lagi tidurnya di kamar kamu."
Queen pun menganggukkan kepalanya dan keluar dari dalam mobil.
"Nek, Queen tidur dulu ya."
"Iya sayang."
Queen pun melangkahkan kakinya menuju lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya, kamar yang biasa dia tempati kalau berkunjung ke rumah Neneknya itu.
Untuk sesaat Queen duduk di pinggir ranjang, tapi karena dia merasa sangat ngantuk, Queen pun naik ke atas ranjang dan mulai merebahkan tubuhnya kemudian menutup tubuhnya dengan selimut tebal karena suasana di kampung sangatlah dingin, dan tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Queen pun masuk ke alam mimpinya.
Di rumah sakit...
"Dad, kata si Bibi, Queen pergi bersama Mama dan Queen juga membawa koper," seru Mommy Vivian.
Daddy Darwis hanya diam saja tidak banyak bicara, entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Selama ini kita sudah terlalu menyakiti hati Queen, jadi lebih baik biarkan saja dulu Queen menenangkan hatinya terlebih dahulu di rumah Mama," seru Mommy Vivian.
Lagi-lagi Daddy Darwis hanya diam saja. "Sudah malam, Mommy tidurlah."
"Baiklah, kalau begitu Mommy tidur duluan. Daddy juga harus tidur jangan bergadang."
"Iya."
Mommy Vivian pun tidur di ranjang yang memang sudah disediakan pihak rumah sakit, sedangkan Daddy Darwis duduk di samping Putri dan memperhatikan wajah Putri yang terlihat pucat itu.
Daddy Darwis teringat akan ucapan Dokter tadi siang, kalau usia Putri diperkirakan tidak akan lama lagi. Kemungkinan terburuknya tidak akan sampai satu tahun karena kondisi ginjalnya yang semakin parah dan penyakitnya pun sudah menyebar ke organ-organ lainnya.
Tes....
Airmata Daddy Darwis menetes...
"Maafkan Daddy Queen, maafkan Daddy Putri, Daddy tidak becus menjadi seorang Ayah untuk kalian. Bahkan Daddy harus mengorbankan salah satu perasaan anak demi anak yang satunya lagi. Semoga kamu mengerti dan tidak membenci Daddy, Queen," batin Daddy Darwis.
Sebenarnya Daddy Darwis hanya ingin membuat kenangan indah untuk Putri karena usia Putri tidak akan lama lagi.
Putri sudah terkena penyakit sejak lahir, dan Daddy Darwis berjanji akan membahagiakan Putri tapi ternyata sikap Daddy Darwis salah, dia sudah menyakiti hati anak satunya lagi.
Dalam hatinya, Daddy Darwis tidak ingin kasar kepada Queen tapi entah mengapa setiap melihat Queen, bawaannya ingin marah-marah terus.
***
Keesokan harinya....
Queen mulai menggerakkan tubuhnya, semalam Queen tidur nyenyak sekali. Queen bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon kamarnya.
Queen mengambil jaket karena udara pagi itu sangatlah dingin.
"Ya Allah, dingin banget."
Queen memandang pesawahan yang membentang luas.
"Aku akan memulai hidupku di sini, semoga aku bisa mendapatkan kebahagiaanku," gumam Queen.
Queen pun masuk kembali dan mengambil handuknya, karena udaranya dingin, Queen pun mandi dengan menyalakan air hangat.
Setelah selesai mandi dan memakai baju tebal, Queen pun turun ke bawah.
"Pagi, Nek!"
"Pagi, sayang. Ayo sarapan dulu."
Queen duduk di samping Nenek Arini dan mulai mengambil roti.
"Hari ini jadwal Nenek mau ke mana?" tanya Queen.
"Nenek mau ke sawah sayang, soalnya hari ini Nenek mau panen padi."
"Wah, bolehkah Queen ikut?"
"Boleh dong."
Queen pun dengan cepat melahap rotinya, setelah selesai sarapan Nenek Arini dan Queen pun bersiap-siap akan pergi ke sawah. Karena jarak dari rumah ke sawah lumayan jauh, Nenek mengajak Queen untuk naik sepeda. Nenek Arini memang sudah tua, tapi Nenek Arini terlihat sangat sehat karena Nenek Arini rajin berolahraga.
Queen menyunggingkan senyumannya sembari mengayuh sepedanya, sungguh Queen merasa bebas tinggal di kampung.
"Semoga kamu bahagia, Alfa. Terima kasih sudah menjadi orang yang selalu ada untukku dan pada akhirnya hubungan kita hanya sampai di sini, kamu bukanlah orang yang dikirimkan Allah sebagai jodohku," batin Queen.
Airmata Queen kembali menetes tapi dengan cepat Queen menghapusnya karena takut Neneknya tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
guntur 1609
mampus kau. orang tua kayak kau gak perlu di maafkan. biarkan sj kau tengvelam sm penyesalanmu dan hartamu yg kau banggakan
2024-04-26
2
Unik Hadipranoto
Darwis dari keluarga yg kaya raya, tp ibuk nya di desa masih manen padi di sawah. Kok gak matching
2024-03-05
2
lena
cerita novel bgs thor aku suka bgn dgn jalan cerita y, semangt trs
2024-02-20
1