Mencari Devina

"Tapi apa?" tanya Mbah Gus.

Robby berbisik ke Mbah Gus, dia memberikan arahan kepada pria paruh baya itu. Keduanya memilih berpencar, bersembunyi agar dapat memantau keadaan. Robby tak melepaskan pandangannya dari ambulans.

"Apa sebenarnya terjadi di rumah sakit ini," Mbah Gus terheran dengan segala perubahan di rumah sakit itu.

Terlihat ada tiga perawat pria yang keluar dari ruangan isolasi, mereka menuju ke ambulance yang terisi oleh seseorang. Robby dan Mbah Gus saling memberikan kode ke satu sama lain. Mereka berdua mencegat ketiga perawat pria itu.

"Tunggu, bolehkah saya meminta waktu kalian sebentar?" Mbah Gus berusaha mengalihkan perhatian mereka.

"Apa?"

"Siapa yang kalian bawa di ambulance itu?" tanya Robby.

Ketiga pria itu saling berpandangan, tak berniat menjawab pertanyaan Robby. Mereka malah tak ingin enyah dari hadapan Mbah Gus dan Robby.

"Apa yang kalian sembunyikan?!" Mbah Gus tersulut emosi karena dia merasa dibohongi oleh pihak rumah sakit.

Ketiga perawat itu tetap masuk ke dalam mobilnya, Mbah Gus di minta Robby berlari meninggalkan tempat itu, sementara Robby ingin bertindak brutal, dengan gesit ketiga perawat itu dipukuli hingga pingsan. Ada kunci mobil di kantong celana dari salah satu mereka, bergegas Robby membuka pintu belakang ambulans, dia memeriksa seseorang yang diselimuti selimut.

"Ahhpp .." Robby terkesiap dengan yang didapatinya.

"Ini bukan Devina, tapi .." Wanita yang sudah terbujur kaku itu bukan Devina. Namun ada keanehan dari wanita tersebut, ada banyak bekas gigitan yang berada di leher jenazah wanita itu. Tubuhnya juga sudah lebam membiru, kiri kanan ada banyak sayatan, semua mata, dan organ lainnya lenyap dari tubuhnya.

Robby segera turun dari mobil lalu berlari cepat keluar dari halaman rumah sakit. Saat itu CCTV tak dapat menangkap bayangannya, sehingga ia lebih leluasa melakukan berbagai hal. Mbah Gus sudah menunggu di luar rumah sakit, mobilnya sengaja ia parkir jauh dari rumah sakit agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Bagaimana?"

Robby menggelengkan kepala, sejenak dia menenangkan pikirannya, mengingat lagi kondisi wanita yang ia temukan di dalam ambulans. Robby memang bukan manusia, tapi ia tahu betul keadaan manusia bila meninggal.

"Kau kenapa, Robby?" Mbah Gus khawatir karena Robby teramat shock.

"A-aku melihat wanita yang mati mengenaskan, Mbah Gus."

"Maksud mu dia bukan Devina? Lalu seperti apa?"Mbah Gus penasaran, seorang Vampir tidak muda terkejut dengan hal seram, tetapi melihat Robby, dia merasa ada hal buruk yang suami Devina itu temukan.

Robby menutupi wajah dengan tangannya, "Aku takut Jia Devina diperlakukan seperti itu, aku harus bagaimana," keluhnya.

Mbah Gus memukul-mukul pundak Robby, itu cara agar mengendalikan sifat Vampir Robby.

"Sadarlah, kau ini Vampir."

Mata Robby memerah, dia mengeluarkan suara erangan, setelah merasa menguasai jiwanya kembali, Robby kembali mengingat jenazah wanita itu.

"Rumah sakit itu bukan untuk menyembuhkan orang, tapi ada kejahatan di dalamnya, sejak kapan rumah sakit ini di dirikan? Dan siapa pemiliknya, itu yang harus kita ketahui," tutur Robby. Ia yakin ada kejahatan yang pihak rumah sakit sembunyikan.

Mbah Gus segera mencari tahu informasi itu, ada banyak tulisan lampau mencengangkan di balik pembangunan rumah sakit. Mbah Gus membaca seluruh bagian berita, tak ada yang ia lewatkan.

"Kok bisa secepat ini ya?"

Robby memejamkan matanya, menelisik dari indera penciumannya. Ada aroma yang tidak asing disekitarnya, namun ia tak dapat menebak aroma yang diciumnya.

"Ahh! Ada apa sebenarnya ini? Aku tidak ingin istri dana anakku di sakiti," keluh Robby.

Mbah Gus megajak Robby ke kantor polisi, dia akan melaporkan atas hilangnya Devina. Robby menyetujui itu, apapun arahan Mbah Gus akan ia lakukan. Sepanjang perjalanan ke kantor polisi, Robby tiada henti mengingat aroma ketika bertemu berada di rumah sakit.

"Kau mencurigai sesuatu? " tanya Mbah Gus menebak.

"Sulit dijelaskan secara gamblang, tapi aroma yang ada di rumah sakit itu mengingatkan aku pada sesuatu, " sahut Robby.

"Berusahalah ingat, mungkin saja itu petunjuk dari kehilangan istrimu."

Robby memejamkan mata, menelaah aroma yang pernah ia tandai. Ada sosok yang pernah melontarkan amarah kepadanya, sosok pria yang dari Kerajaan Vampir, tetapi saat itu ia tak ingin gegabah mengambil kesimpulan, Robby mengelak mungkin saja itu efek karena telah lama menjadi patung.

Setiba di kantor polisi, Mbah Gus membuat laporan atau hilangnya Devina, dia mengakui dirinya sebagai paman Devina. Robby tak memiliki daya saat itu sebab ia tak memiliki data sebagai penduduk.

"Tapi ini belum 24 jam hilangnya, setelah 24 jam, kami akan mulai proses pencarian," kata polisi itu.

Mbah Gus tercengang, "Yang hilang orang sedang sakit dan hamil, kenapa mesti tunggu 24 jam? Keselematan seseorang tak ada yang tahu waktunya kalan, tolong proses Pak.. "

Polisi tetap saja dengan prosedurnya, mencari Devina setelah 24 jam, mendegar itu emosi Robby tersulur.

"Jika terjadi apa-apa dengan Devina sebelum 24 jam terlewati, siapa yang akan tanggungjawab?! "

Robby di tarik paksa keluar dari kantor polisi, diberikan peringatan jika sekali lagi melakukan keonaran. Mbah Gus saat itu mencoba menenangkan Robby. Dia yang akan berperan dalam pelaporan mereka. Ia tajut jika institusi itu malah menjadi candaan hilangnya Devina.

"Saya harap lakukan pencarian sekarang juga, Pak. Saya takut dengan keselamatan Devina, ada banyak orang-orang yang membencinya, dia selalu jadi bahan bullyan di kampus nya, " kata Mbah Gus.

Di perjalanan, Robby menceritakan kisah-kisah Devina yang banyak mendapatkan bullyan, sehingga istrinya itu tak dapat hidup normal, bahagia selayaknya gadis-gadis lainnya. Bagi Devina tak ada tempat yang paling nyaman dan aman selain rumahnya.

Setelah melakukan pelaporan, Robby kembali mengajak Mbah Gus ke rumah sakit. Dia tidak akan puas sebelum menemukan jejak Devina, Robby meyakini tidak semudah secepat itu mereka membawa Devina.

"Kau benar, mereka akan kelabakan bila melakukan aksi itu, apa perlu kita buat keonaran lagi?" tanya Mbah Gus.

"Tidak, aku memiliki cara lain," sahut Robby.

Setelah mereka tiba di rumah sakit, Robby menyelundup masuk ke ruangan dokter, ia memakai kekuatan super cepatnya untuk mencari asal aroma itu. Benar saja, aroma itu makin kuat, bahkan semakin membawa Robby ke ingatan masa lalu.

'Benar, ini aroma sewaktu di Kerajaan,' gumamnya.

Karena memaksa mengingat memori dua ratus tahun yang lalu, Robby dihinggapi rasa pusing. Dia berjalan mundur di ruangan tanpa kehadiran dokter dan perawat. Namun ketika menghentakkan tubuhnya di tembok, Robby malah merasakan ada keanehan di tembok itu. Sekali lagi ia menghentakkan tubuhnya di tembok itu, perlahan terbuka pintu rahasia yang disengaja disembunyikan.

Robby menjalarkan pandangannya mencari CCTV, ruangan dokter tak memajang kamera pengintai, karena merasa aman, Robby membuka pintu yang ia temukan itu. Perlahan membuka kenop pintu, Robby terhentak dengan apa yang ditemukannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!