DI KAMPUS.
Waktu menunjukkan pukul 08:00 Pagi.
Terlihat Dinda yang baru saja turun dari mobil Erik, karena sepertinya mulai hari ini ia dan Erik harus berangkat dan pulang kampus bersama, karena selama ibu Yuli dan pak Irsyad masih berada di Korea, ia menitipkan Dinda sepenuhnya kepada Erik.
"Hai Din, baru nyampe loh.?" Teriak Tika yang sedang berdiri di depan kampus bersama dengan Ria.
"Eh kalian.?" Kata Dinda sambil tersenyum, kemudian ia pun langsung buru-buru melangkah menghampiri mereka dan berpisah dari Erik.
"Cieee, kayaknya makin akur aja nih sama pak Erik.?" Kata Ria sambil tersenyum menggodanya.
"Iiiihhh apaan sih.? Enggak kok biasa aja." Kata Dinda.
Mendengar ucapan Dinda, Tika hanya tersenyum.
"Ya udah ke kelas yuk.! Entar keburu pak Erik nya masuk lagi." Kata Tika sambil buru-buru masuk kedalam ruang kelasnya, bersama dengan Dinda dan juga Ria karena hari ini di kelas mereka ada jadwal mata kuliah dari Erik.
Sesampainya mereka di dalam kelas, tak lama kemudian Erik pun datang dan masuk ke dalam kelas mereka.
"Pagi semuanya.?"
Kata Erik menyapa seluruh mahasiswanya dengan sangat tegas, kemudian seperti biasa, tanpa basa-basi terlebih dahulu, ia pun langsung fokus kepada inti pelajarannya.
"Sebelum kita memulai belajar, tolong kumpulkan dulu tugas kalian yg kemaren.!" Kata Erik lagi meminta seluruh mahasiswanya itu untuk mengumpulkan tugas darinya yang kemaren.
"Pak Erik.!"
Kata Dinda sambil mengangkatkan tangannya.
"Iya Dinda ada apa.?" Kata Erik tegas.
"Maaf pak Erik, tapi Dinda belum ngerjain tugas dari pak Erik." Jawab Dinda dengan santainya, sehingga teman-temannya yang berbeda di dalam kelas pun kaget, seketika mereka semua pun langsung menatap kearahnya, begitu juga dengan Ria dan juga Tika.
"Din, loh apa-apaan sih.? Loh serius belum ngerjain tugas dari pak Erik.?" Bisik Tika panik.
Mendengar bisikan dari Tika, Dinda tidak menjawabnya, ia hanya tersenyum.
"Iiiiiihhh apa-apaan sih Dinda, kok malah senyum sih.? Lagi cari mati kali dia, udah enggak kerjain tugas dari pak Erik, tapi malah berani-beraninya ngomong sesatai itu.? Sebenarnya ada apa sih sama ini anak.? Pengin dihukum lagi kali sama pak Erik.?" Kata Tika dalam hati bingung, mengapa dengan beraninya Dinda berkata seperti itu di depan Erik.
"Kenapa kamu enggak ngerjain tugas dari saya.?" Kata Erik dengan suara sedikit tinggi, dengan raut wajah marah.
"T, t, tangan Dinda semalam sakit paaak.! Soalnya semalam, tangan Dinda kena minyak panas, jadinya Dinda enggak bisa kerjain tugas dari pak Erik deh.!" Kata Dinda pelan, sambil memasang wajah melas, ia mencoba menjelaskan kepada Erik, yg sebenarnya Erik pun sudah mengetahui semuanya, ia mencari alasan seperti itu karena ia sangat yakin, untuk kali ini Erik tidak akan mungkin berani menghukumnya, apalagi mengingat semalam betapa baik dan perhatiannya Erik kepada dirinya, ia pun jadi semakin yakin kalau semua alasannya itu pasti akan berhasil.
"Saya gak mau tau, alasan kamu itu apa.! Sekarang juga kamu keluar.! Dan bereskan gudang sampai bersih.!" Kata Erik marah, karena ia sangat tau kalau sebenarnya itu semua hanya alasan Dinda saja untuk tidak mengerjakan tugas darinya, karena ia sangat yakin, kalau untuk menulis tangan Dinda masih sanggup, apalagi mengingat luka Dinda yang hanya terdapat dipergelangan tangan.
"T, t, tapi pak Erik.! S, s, semalam ini tangan Dinda benar-benar sakit pa,,,,,,," Seketika ucapan Dinda terpotong.
"Tidak ada tapi-tapian.! Sekarang juga kamu keluar.!" Kata pak Erik lebih tegas lagi.
"Iiiiiiihhhhh ngeselin banget sih.! Semalam aja pak Erik baik ke gw.! Sekarang udah jahat lagi kayak gini.! Dasar dosen Aneh." Kata Dinda dalam hati sambil menatap sinis wajah Erik.
"Kenapa kamu diam.? Sekarang juga keluar.!" Kata Erik, lagi-lagi ia menyuruh Dinda untuk keluar.
"Iya.!" Jawab Dinda sewot, sambil buru-buru melangkah ke luar dari dalam kelas, meninggalkan teman-temannya dan juga Erik yang sedang mengajar itu.
Melihat Dinda keluar dari dalam kelas, Erik pun tersenyum dingin.
"Ya udah semuanya.! Ayo cepet kumpulkan tugas kalian.!" Kata Erik menyuruh seluruh mahasiswanya untuk mengumpulkan tugasnya kembali.
DI GUDANG.
Terlihat Dinda yang baru saja sampai dan masuk ke dalam gudang tersebut.
"Iiiiiihhhhh.! Ngeselin, ngeselin, ngeselin.! Dasar pak Erik dosen ngeseliiiiin.!" Kata Dinda dengan suara tinggi, kemudian ia pun langsung menarik lap yg tergantung di tembok.
"Apaan lagi ini.! Gimana gw mau pakenya.?" Kata Dinda lagi kesel, karena ia tidak tau bagaimana caranya menggunakan lap tersebut untuk apa, namun karena terpaksa akhirnya ia pun mencoba-coba menggunakan lap tersebut untuk membersihkan semua barang-barang yang berada di dalam gudang.
2 jam berlalu,,,
DI RUANG KELAS.
Terlihat Erik yang baru saja selesai mengajar dan keluar dari dalam ruang kelas tersebut.
"Udah jam berapa ini.? Kok Dinda belum balik ke kelas yah.? Apa dia belum selesai membereskan gudang.?" Kata Erik dalam hati panik, karena sebenarnya tadi itu ia benar-benar tidak tega menghukum Dinda seperti itu, karena ia pun sangat tau kalau Dinda itu adalah perempuan yang sangat manja, yang pastinya belum pernah mengerjakan hal seperti itu sebelumnya, namun ia terpaksa harus menghukumnya, karena sebagai seorang dosen ia harus tegas terhadap murid-muridnya, dan ia juga ingin mengajarkan Dinda bagaimana caranya bertanggung jawab.
"Apa saya samperin aja ke gudang yah.?" Kata Erik lagi bingung.
"Ya udah deh.! Lebih baik sekarang saya samperin ke gudang aja." Kata Erik sambil buru-buru melangkah menuju gudang, namun sebelum ia melangkah ke gudang, ia mampir dulu ke kantin untuk membeli air minum, karena ia berniat ingin memberi air minum tersebut kepada Dinda, karena ia sangat tau kalau Dinda pasti sangat lelah dan capek, apalagi ia pun sangat tau, kalau keadaan di dalam gudang itu sangatlah panas, sepertinya tanpa ia sadari, sekarang ini ia sudah mulai perhtian kepada Dinda.
"Oh iya bener, itu Dinda masih ada di dalam gudang." Kata Erik yang baru saja sampai di depan gudang, sambil menatap kearah Dinda yang sedang sibuk membereskan buku-buku ke dalam rak.
"Kasihan kamu, pasti kamu haus yah.?" Kata Erik lagi sambil tersenyum dan terus menatap kearahnya, kemudian dengan segera ia pun langsung mencoba untuk melangkah masuk ke dalam gudang tersebut, namun belum sempat ia melangkah, tiba-tiba langkahnya terhenti.
"A, a, adit.?" Kata Erik gugup dan kaget melihat Adit yang masuk kedalam gudang dan menghampiri Dinda lebih dulu darinya.
"Aduuuhh.! Susah banget sih naruh bukunya, mana tinggi banget lagi raknya." Kata Dinda sedikit kesal karena rak buku di dalam gudang tersebut cukup tinggi, sehingga ia kesusahan untuk menaruh buku-buku tersebut.
"Gimana yah.? Ah udah lah.! Gw coba lagi, siapa tau aja bisa." Kata Dinda lagi, sambil terus berusaha menaruh buku-buku tersebut ke dalam rak.
"Sedikit lagi nyampe nih.! Sedikit lagi nyam,,,,,,," Seketika ucapan Dinda terpotong.
"Biar aku aja yang naruh.!" Kata Adit yang sudah berdiri tepat di belakang Dinda.
Mendengar suara Adit, seketika Dinda pun langsung menengok kebelakang.
"K, k, kak Adit.?" Kata Dinda gugup dan kaget, jantungnya pun berdetak semakin kencang, karena melihat Adit orang yang ia cintai, tiba-tiba ada di dalam gudang dan sedang berdiri tepat dibelakangnya.
"Iya ini aku." Kata Adit sambil tersenyum dan menatap dalam wajah cantik Dinda.
"K, k, kak Adit kok bisa ada disin,,,,,,," Belum sempat Dinda menyelesaikan ucapannya lagi-lagi sudah terpotong.
"Ssssssttttt.! Kamu capek banget yah.?" Kata Adit pelan sambil mengelap keringat diwajah cantik Dinda.
"K, k, kak Adit.?" Kata Dinda lagi-lagi gugup, sambil menatap dalam wajah Adit.
Melihat Dinda menatapnya seperti itu, Adit pun langsung mendekat kan bibirnya ke bibir seksi Dinda, perlahan ia pun mencoba untuk ******* nya.
"K, k, kak Adit.! J, j, jangan.!" Kata Dinda gugup dan ketakutan, sambil buru-buru memalingkan wajahnya menjauh dari wajah Adit.
"Ya ampun sory, sory.! Aku khilaf." Kata Adit pura-pura khilaf, padahal sebenarnya ia memang berniat untuk mencium bibir seksi Dinda.
"I, i, iya enggak papa.! D, d, Dina juga minta maaf.? Dinda enggak bisa ngelakuin itu sama kak Adit." Kata Dinda gugup, ia menolak ciuman dari Adit, karena ia memang benar-benar belum ikhlas jika harus memberikan ciuman pertamanya itu kepada Adit, apalagi mengingat Adit itu memang bukan siapa-siapa Dinda, meskipun ia sangat mencintainya, akan tetapi ia tidak semurahan itu.
"Iya enggak papa." Kata Adit sambil tersenyum dan mengusap-usap rambut Dinda, ia mencoba untuk sabar dengan penolakan dari Dinda itu, meskipun sesungguhnya sekarang ini hatinya sangat kecewa, karena secepatnya ia harus bisa mendapatkan Dinda, sesuai dengan taruhannya dengan teman-temannya.
Melihat Adit mengusap-usap rambut Dinda, Erik yang dari tadi masih berdiri di depan gudang pun hanya bisa terdiam.
"Aduuuuh kenapa saya harus ngelihat semua ini sih.?" Kata Erik dalam hati kesal, sambil menggenggam air minum yang sedang ia pegang dengan sangat erat, karena ia tidak terima melihat perlakuan Adit itu kepada Dinda, lelaki yang dengan bernainya menjadikan Dinda sebagai bahan taruhan bersama dengan teman-temannya, namum entah apa alasannya yang membuat ia bisa tidak terima seperti itu, mengingat Dinda itu bukan siapa-siapa Erik, jangan kan kekasih, teman pun bukan, akan tetapi apapun itu alasannya, seperti itu lah perasaan yang sedang Erik rasakan saat ini, kemudian dengan segera ia pun langsung melangkah menuju mobilnya, meninggalkan Dinda dan Adit di dalam gudang hanya berdua, sepertinya diam-diam, sekarang ini ia sudah mulai ada rasa kepada Dinda, namun karena sikapnya yang sangat dingin dan kaku, ia pun jadi tidak tau bagaimana caranya untuk menunjukkan perasaannya itu kepada Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
⍥⃝◡̈⃝︎⍨⃝⍢⃝⍣⃝ RIS⍥⃝⌓̈⃝⍨⃝⍣⃝
gklglhlk kcl
2022-03-06
0
⍥⃝◡̈⃝︎⍨⃝⍢⃝⍣⃝ RIS⍥⃝⌓̈⃝⍨⃝⍣⃝
ljhjsh ga hm dklhkgkhsg smlaggsjggjggglalalj
2022-03-06
0
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
Dinda berubah donk sedikit"
2021-11-24
0