Mendengar ucapan Dinda, Ria dan Tika pun tersenyum.
"Din, enggak boleh looooh, benci ke orang berlebihan gitu.! Hati-hati entar loh jatuh cinta lagi." Kata Ria sambil tersenyum meledeknya.
"Iiiiihhhhh ogah gw, kayak enggak ada laki-laki lain aja.! Lagian pak Erik itu bukan tipe gw, kalian pengin tau tipe gw yang mana.?" Kata Dinda mencoba memberi tahu kepada Ria dan Tika siapa tipe cowok yang ia inginkan.
Mendengar kata-kata Dinda, seketika Ria dan Tika pun langsung menatap kearahnya.
"Itu tuh.! Baru tipe gw." Kata Dinda sambil menunjukkan ke arah tipe cowok yang ia maksud.
"Yang mana Din.?" Kata Tika penasaran.
"Oooohhh itu pak Asep.! Tukang kebun di kampus kita.? Gilaaa, selera loh rendah amat.!" Kata Tika lagi sambil tersenyum menggodanya, ia sengaja mengalihkan perhatiannya ke arah pak Asep tukang kebun dikampusnya, padahal ia sangat tau kalau cowok yang Dinda maksud adalah Adit.
"Ya ampuuuun Din, pak Asep tipe loh.?" Sambung Ria sambil tersenyum, ia pun ikut-ikutan menggodanya.
"Tau ah.! Terserah kalian aja.! Ya udah yah.? Gw pergi dulu." Jawab Dinda sambil buru-buru melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ehhhh Din, loh mau kemana.? Gitu doang ngambeeeek." Teriak Ria dan Tika secara bersamaan, mereka penasaran sebenarnya Dinda itu mau pergi kemana.
"Ke kelas.!" Triak Dinda sambil terus berjalan meninggalkan mereka berdua, ia berjalan dengan gayanya yang sangat centil, apalagi pakaian yg ia kenakan itu sangat seksi dan terbuka sehingga memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuhnya.
Melihat Dinda berjalan dengan gaya dan pakaian seperti itu, semua mata pun tertuju kepadanya, apalagi buat para kaum lelaki, mereka semua pun langsung terdiam dan terbengong karena terpesona melihat kecantikan dan keseksian tubuh Dinda, akan tetapi tidak dengan Erik yang sedang berjalan di belakangnya, melihat Dinda berjalan dengan gaya seperti itu, ia hanya tersenyum dingin sambil menggelengkan kepalanya karena heran.
"Suiiiiiiit....suiiiiiiiit...!" Suara suitan dari cowok-cowok yang menggodanya.
"Ehemmmm ehemmmm.! Dindaaaa.?" Kata cowok-cowok yang melihatnya, mereka semua menggodanya, akan tetapi Dinda tidak menghiraukannya, ia terus berjalan dengan gaya centilnya itu, namun disaat ia sedang berjalan tiba-tiba langkahnya terhenti.
"Hay tunggu.!" Teriak seseorang memanggil Dinda sambil berjalan menghampirinya.
Mendengar seseorang memanggilnya, seketika Dinda pun menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang tersebut.
"K, k, kak Adit.?" Kata Dinda gugup dan kaget sambil terus menatap kearah Adit yang masih terus berjalan menghampirinya.
"Dinda yah.?" Kata Adit yang sekarang sudah berdiri tepat dihadapannya sambil tersenyum.
" I, i, iya,,, a, a, ada apa yah kak.?" Jawab Dinda gugup dan salah tingkah
"Maaf ini pulpen kamu tadi jatuh.!" Kata Adit sambil memberikan pulpen tersebut kepadanya, karena tanpa Dinda sadari ternyata tadi pulpennya jatuh tepat di dekat Adit.
"O, o,ohhh,,, i, i, iya kak makasih yah.?" Jawab Dinda lagi-lagi gugup.
Melihat tingkah laku Dinda, Adit yang terkenal playboy dan suka mempermainkan perempuanpun sangat tahu kalau Dinda itu pasti tertarik kepadanya, bahkan dari sejak awal Adit bertemu dengannya, ia sudah mengetahuinya.
"Iya, sama-sama." Jawab Adit singkat sambil tersenyum, kemudian melangkah kembali menuju teman-temannya.
"Eh bro, boleh juga tuh Dinda.! Loh cobain lah.!" Kata salah satu teman Adit sambil menunjuk ke arah Dinda.
"Iya bener juga tuh Dit, lagian Dinda itu kan perempuan yang paling cantik di kampus ini, jadi loh harus bisa lah pacari dia." Sambung salah satu teman Adit lagi.
Mendengar ucapan teman-temannya, Adit pun tersenyum karena ia merasa tertantang.
"Gini aja, kita bikin taruhan yuks.! Kasih gw waktu dua minggu, kalau selama dua minggu gw bisa dapatin Dinda, kalian taraktir gw selama satu bulan, tapi kalau gw gagal, gw yang traktir kalian semua selama satu bulan, gimana.?" Kata Adit serius, sepertinya ia penasaran dengan tubuh seksi Dinda, hingga akhirnya ia pun menjadikannya sebagai bahan taruhan, namun sayang sepertinya Adit dan teman-temannya tidak menyadari kalau semua ucapannya itu terdengar jelas oleh Erik, karena ternyata meraka berbicara tepat di depan ruangannya.
Mendengar kata-kata dari mereka, Erik hanya terdiam sambil memegang kepala nya karena pusing dengan tingkah laku Adit dan teman-temannya itu.
Satu hari kemudian,,,,,,
DI KAMPUS.
Waktu menunjukkan pukul 05:00 sore.
Terlihat Dinda yang sedang berdiri di depan kampus sambil menunggu taksi untuk pulang.
Disaat ia sedang menunggu taksi, terlihat mobil Erik menghampirinya TIN,, TIN,, TIN.! Erik membunyikan klakson mobilnya.
"Ayo cepetan pulang.!" Kata Erik ketus dan dingin, ia mengajak Dinda pulang dan memberi tumpangan kepadanya, karena tadi ibu Yuli menelfonnya dan memintanya untuk memberikan tumpangan lagi kepada Dinda putri kesayangannya itu.
"Enggak mau.! Dinda enggak mau pulang sama pak Erik."
Kata Dinda menolaknya dengan ketus dan sok jual mahal.
Mendengar jawaban dari Dinda, Erik pun sedikit kesal, ia pun langsung kembali melajukan mobilnya untuk pulang.
Ia tidak menjawab ucapannya sama sekali.
"Iiiiiiihhhhh ngeselin banget sih.! Orang mah paksa kek.! Rayu kek apa gimana.? Malah pergi."
Kata Dinda kesal sambil menatap kearah mobil Erik yang sudah berlalu menjauh darinya, ia berbicara seperti itu, karena ia berharap Erik akan merayu dan memaksanya untuk ikut pulang dengannya, bukan malah pergi meninggalkan dirinya begitu saja seperti sekarang ini.
"Aduuuuuh, gimana nih.? Gw pulang sama siapa.?" Kata Dinda lagi panik, karena seperti yang kita tau, ia belum pernah pulang sendiri, pak irsyad dan ibu Yuli kedua orangtuanya tidak pernah mengijinkannya, mereka takut kalau sampai terjadi sesuatu kepada Dinda putri tersayangnya itu, apalagi mengingat Dinda adalah anak yang manja dan masih sangat polos.
Dinda menununggu taksi sudah cukup lama, akan tetapi taksi tak juga kunjung datang.
"Aduuuuhhh mana sih ini taksinya.? Apa gw nunggu disana aja yah.?" Kata Dinda bingung.
"Iya deh, mendingan gw nunggu disana aja.!" Kata Dinda lagi, sambil buru-buru melangkah menuju sebrang jalan.
Namun baru saja ia melangkah, tiba-tiba langkahnya terhenti.
"M, m, mereka siapa.?" Kata Dinda gugup dan ketakutan sambil menatap kearah beberapa preman yang datang menghampirinya.
Melihat Dinda ketakutan seperti itu, preman-preman tersebut malah justru menghampirinya lebih dekat lagi, kemudian merekapun memandangi tubuh seksi Dinda dari bawah sampai atas, apalagi dengan baju seksi yang Dinda kenakan sekarang ini, itu semua membuat preman-preman tersebut pun semakin tergoda.
"Neng, mau kemana neng.? Temani Abang dong.!" Kata salah satu preman sambil menggoda dan memegang-megang tubuh seksi Dinda itu.
"Abang apa-apaan sih.? Awas.! Jangan pegang-pegang.!" Triak Dinda semakin ketakutan dan panik sambil mencoba untuk menyingkirkan tangan preman tersebut dari tubuhnya.
Melihat Dinda yang semakin ketakutan, preman-preman tersebut pun tidak perduli, ia terus memegang-megang tubuh Dinda, bahkan ia pun terlihat mendorong tubuh Dinda ketembok dengan begitu kuat.
"Aw Sakiiiiiit." Kata Dinda kesakitan.
Melihat Dinda kesakitan seperti itu, lagi-lagi preman tersebut tidak perduli, mereka malah terus menyenderkan tubuh Dinda ke tembok, sehingga Dinda pun tidak bisa untuk melawannya, karena sepertinya preman-preman tersebut mau menikmati tubuh seksi Dinda itu rame-rame.
"Lepasin..! Jangan.! Tolooooong, tolooooong.!" Teriak Dinda meminta tolong sambil menagis berharap ada orang yang akan menolongnya.
Mendengar Dinda teriak sambil menangis seperti itu, preman-preman tersebut pun lagi-lagi tidak menghiraukannya, ia justru menyenderkan tubuhnya lebih kuat lagi, kemudian preman tersebut pun langsung berusaha untuk mencium bibirnya, namun belum sempat preman tersebut mencium bibirnya, preman-preman tersebut sudah dihajar terlebih dahulu oleh Erik dengan begitu kuat, karena ternyata Erik memutar arah dan kembali lagi untuk menjemput Dinda, karena menurutnya sekarang ini Dinda adalah tanggung jawabnya, apalagi mengingat pesan dari ibu Yuli yang menitipkan Dinda putri kesayangannya itu kepadanya untuk pulang bersama, namun setelah ia sampai di tempat di mana Dinda menunggu taksi, ia kaget bukan main melihat Dinda yanng hendak diperkosa oleh beberapa preman, melihat kejadian seperti itu di depan mata, tanpa pikir panjang ia pun langsung menghajar preman tersebut satu-persatu dengan sangat kuat.
Sedangkan Dinda yang meihat Erik datang untuk menolongnya, seketika ia pun langsung menangis begitu kencangnya.
"Hiks,,, hiks,,, hiks,,," Suara Dinda menangis karena takut dengan apa yang telah terjadi kepadanya, namun ia pun merasa sedikit lega karena akhirnya Erik datang diwaktu yang tepat untuk menolongnya.
Setelah selesai menghajar para preman tersebut, dengan segera Erik pun langsung menarik tangan Dinda dengan sangat kuat dan kasar, kemudian ia pun langsung menyuruhnya untuk masuk kedalam mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Dinda kamu pk baju yg kurang bahan jd ngundang cowok yg gak bener
2021-11-24
0
DP
makanya din....kalau pakai baju ke kampus yg sewajarnya ajach.....
2021-07-05
2
Dhita Tata
kulia kok pkek baju kurang bahan🤦
2021-02-14
3