Setelah selesai memakaikan seat belt tersebut kepinggang Dinda, Erik pun kembali ketempat duduknya, ia kembali fokus mengendarai mobilnya, sedangkan dari tadi Dinda terlihat terdiam dan canggung.
"Aduuuuh.! Dinda, Dinda, Dinda.! Sebenarnya dari semalam otak loh itu lagi mikirin apa sih.?" Kata Dinda dalam hati kesel dan bingung dengan pikirannya dari semalam yang beranggapan Erik akan menciumnya.
"Kalau mau numpang mobil saya, lain kali pake dulu seat beltnya! Saya enggak mau yah, kena masalah gara-gara kamu.!" Kata Erik ketus dan dingin, sambil terus menyetir mobilnya tanpa menatap kearah Dinda sama sekali, sepertinya sekarang ini ia sedang mengalihkan pikiran Dinda agar tidak canggung lagi dan kembali seperti semula.
"Pak Erik enggak usah takut.! Lagian ini juga yg pertama dan terakhir kok Dinda numpang di mobil pak Erik dan ini juga karena terpaksa." Kata Dinda ketus karena kesal mendengar ucapan dari Erik itu
"Oohhhh iya Dinda lupa, ini buat pak Erik.!" Sambung Dinda lagi sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya, kemudian memberikannya kepada Erik.
"Buat apa kamu ngasih saya uang.?" Kata Erik bingung, mengapa tiba-tiba Dinda memberikan uang tersebut kepadanya.
"Ini buat pak Erik.! Asal pak Erik tau yah.? Dinda enggak mau punya hutang budi sama pak Erik, dan sekalian buat bayar yg semalam." Kata Dinda lagi-lagi ketus, namun entah apa maksud dari ucapannya itu.
"Semalam.? Emang semalam saya ngelakuin apa sama kamu.?" Kata Erik masih kebingungan karena setahunya, semalam ia tidak berbuat apa-apa untuknya.
"Iya semalam, ngapain coba pak Erik bela-belain Dinda didepan mamah.? Pak Erik sengaja kan, biar Dinda ngerasa punya hutang budi sama pak Erik, iya kan.?" Kata Dinda dengan suara sedikit tinggi.
"Maksud kamu itu apa sih.? Saya enggak ngerti.!" Kata Erik semakin bingung.
"Ya semalam, waktu Dinda masuk kekamar pak Erik, kenapa coba pak Erik belain Dinda didepan mamah.?" Kata Dinda berusaha menjelaskan yang sejelas-jelasnya kepada Erik.
Mendengar penjelasan dari Dinda, Erik pun tersenyum heran, ia tak habis pikir dengan cara berpikir Dinda yang menganggap segala sesuatunya bisa dibayar pake uang.
"Kenapa pak Erik senyum sih.?" Kata Dinda semakin kesal melihat Erik yang tidak menjawab pertanyaannya, tapi malah justru tersenyum.
"Terus kamu maunya, saya gimana.? Kamu mau, saya ngomong sama mamah kamu.! Kalau anak perempuannya yg manja dan polos ini masuk ke kamar saya tengah malam disaat saya sedang telanjang, gitu.?" Kata Erik sambil tersenyum dingin.
"Y, y, ya bukan gitu maksudnya.? Aahhh udah lah.! Terserah pak Erik aja mau ngomong kayak gimana, yang jelas ini uang buat bayar pak Erik.! Dinda enggak mau punya hutang budi sama pak Erik." Kata Dinda gugup, sambil menjelaskan kepada Erik dengan sejelas-jelasnya, kemudian ia pun langsung memberikan uang tersebut untuknya, namun sayang Erik tetap tidak mau menerima uang tersebut, ia tetap fokus menyetir mobilnya, sehingga membuat Dinda pun semakin kesal.
"Pak Erik tuh kenapa sih.? Enggaaaak pernah mau dengerin Dinda ngomong.?" Kata Dinda dengan suara sedikit tinggi.
Melihat Dinda yang terus marah-marah, Erik pun lagi-lagi tidak menghiraukan ucapannya, ia justru malah menghentikan mobilnya.
"Kok malah berhen,,,,,," Seketika Dinda pun terdiam, kemudian ia pun langsung menatap kearah luar.
Ia baru sadar kalau ternyata ia sudah sampai di halaman kampus.
"Mau sampai kapan kamu marah-marah terus.? Kamu gak mau turun.? Udah sampai tuh.!" Kata Erik dengan raut wajah dingin.
"Y, y, ya mau lah.! Dinda juga enggak mau lama-lama disini.! Nih uangnya, Dinda taruh disini.! Udah yah.? Dinda udah enggak punya hutang budi sama pak Erik." Kata Dinda kesal, sambil menaruh uang di depan Erik, kemudian ia pun mencoba untuk keluar dari mobil Erik, namun belum sempat ia keluar, tiba-tiba buku-buku yg sedang ia pegang tak sengaja jatuh kebawah di dekat kaki Erik.
Melihat buku-bukunya terjatuh, Dinda pun langsung mengambilnya, akan tetapi karena ia memakai baju yang sangat seksi dan terbuka, ia pun kesulitan untuk mengambilnya, roknya sangat pendek dan ketat sehingga ia kesulitan jongkok untuk mengambil buku-bukunya itu, begitupun dengan bajunya yang sangat seksi dan terbuka, sehingga sedikit melihatkan belahan dadanya apalagi jika ia sedang jongkok, akan tetapi ia tetap berusaha mengambil buku-bukunya, Ia tetap jongkok di hadapan Erik sambil menutupi bagian depan bajunya menggunakan satu tangannya, karena ia tidak mau kalau Erik melihat bagian terpenting dari tubuhnya.
Melihat Dinda kesulitan seperti itu, Erik tidak membantunya sama sekali, ia hanya terdiam sambil menatap dingin ke arahnya.
"Ayo cepetan ambil bukunya.! Udah siang nih.! Saya enggak mau yah, telat gara gara kamu.!" Kata Erik dengan suara sedikit tinggi.
Mendengar ucapan Erik yang lagi-lagi membuatnya kesal, kali ini Dinda diam, ia tidak menjawabnya, kemudian ia pun langsung keluar dari mobil Erik JEBRET.!
"Gila yah itu dosen.? Bukanya bantuin.! Dasar dosen enggak tau diri.! Udah numpang di rumah gw juga." Kata Dinda marah dengan suara sedikit tinggi, sehingga Ria dan Tika yang sedang berjalan di belakangnya pun mendengar ucapannya.
"Dinda, emang siapa yg numpang di rumah loh.? Kok tadi gw denger ada dosen gila yang numpang dirumah loh, siapa emang.?" Tanya Tika penasaran.
"Siapa lagi kalau bukan dosen galak.!" Jawab Dinda kesal, Dosen galak yang ia maksud adalah Erik, Tika dan Ria pun sudah mengetahui panggilan tersebut untuk siapa.
"Yang bener Din, ko bisa sih.? Emang pak Erik saudara kamu yah.?" Sambung Ria kaget dan penasaran sebenarnya ada hubungan apa Erik dan Dinda, mengapa Erik bisa numpang di rumahnya.
"Bukan lah.! Yang bener aja gw punya saudara kayak pak Erik, iiiihh enggak sudi gw." Jawab Dinda ketus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Umi Sururiyah
cowok dingin kalo sekali senyum beeehhh langsung bikin pr cewek jingkrak-jingkrak 😂😂
2022-01-27
1
AnnizaAzzahra Azzahra
next
2021-12-14
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pak Erik pasti nanti inget trus sama Dinda
2021-11-24
1